8. Post Wedding

430 12 0
                                    

Aku memasuki ruang makan dan takjub melihat meja makan yang cukup besar terisi penuh oleh makanan-makanan lezat penggugah selera. Spontan, aku pun bertanya kepada Roseline yang sudah duduk manis menunggu kami di meja makan. "Kau yang memasak semua ini, Rose? Mengapa tidak memanggilku? Aku kan bisa membantumu." Siapa lagi tukang masak di rumah ini kalau bukan Rose dan aku, kan? Habis, aku tidak melihat orang lain selain kami berempat di rumah ini.


Atau mungkin, semua ini masakan buatan Michael atau Xavier? Atau keduanya? Tapi, rasanya aku meragukan mereka.


"Tentu bukan aku yang memasak, Carls. Aku sedang berada di luar hotel, dan aku tidak menerima pekerjaan ekstra ketika aku sedang bulan madu." Bukan Rose orangnya, lalu siapa? Masa para suami, sih? Setahuku saja kemampuan suamiku dalam hal masak-memasak itu hanyalah sebatas mencampur tepung, gula, dan garam ke dalam mangkuk, tapi aku tidak tahu bagaimana dengan Michael.


"Chef Pierre yang memasakkannya untuk kita, tetapi dia sudah pergi sekarang. Meskipun kami memiliki istri yang adalah seorang Chef juga, tetapi aku dan Michael tidak ingin menambah pekerjaan kalian di saat-saat santai seperti ini, karena kalian kan harus memfokuskan diri untuk kegiatan malam, jadi untuk urusan dapur, biarlah Chef Pierre yang menanganinya." Jelas Xavier.


Di rumah kami, meski Xavier memiliki banyak uang untuk mempekerjakan seorang atau beberapa orang tukang masak, tetapi aku bersikeras untuk memasak sendiri. Bagaimanapun juga, dapur adalah tempatku, wilayahku, daerah kekuasaanku, dan aku tidak mau jika ada orang lain yang menggunakannya selain aku. Aku ingin memberikan masakanku setiap harinya kepada suamiku, dan aku juga ingin bereksplorasi di dalam dapurku, karena meskipun di luar rumah aku juga menghabiskan waktu di dapur--dapur toko kue--tapi tetap saja dapur di rumah kami lah yang menjadi favoritku.


Xavier tentu tahu jika aku tidak suka apabila kami memakan masakan buatan orang lain jika kami sedang berada di rumah, tetapi berhubung ini bukan rumah kami yang biasanya, dan kami sedang berbulan madu, dan seperti Rose--karena aku sedang liburan, jadi aku tidak akan mengambil pekerjaan ekstra--maka kali ini aku bisa menerima masakan buatan Chef Pierre ini.


"Makanlah, kau akan benar-benar butuh tenaga ekstra untuk hari ini." Perintah Xavier padaku, aku jadi penasaran dengan apa yang akan kami lakukan hari ini.


***


Kali ini bukan limo, namun sebuah Range Rover Sport-lah yang menjadi pilihan kami untuk perjalanan kali ini. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Xavier yang menyetir sendiri mobilnya tanpa menggunakan jasa supir. Michael duduk mendampingi di sebelah kursi pengemudi, sementara aku dan Rose duduk di bangku deret tengah, sibuk melihat deretan bukit yang menghiasi jalan besar beraspal yang lengang tempat mobil kami meluncur ini. Seperti biasa, aku tidak tahu akan kemana para suami membawa kami--mereka selalu merahasiakan tempat tujuannya kepada para istri, membuatku sedikit kesal dan agak penasaran.


Karena aku kesal karena tidak diberi informasi yang jelas mengenai tempat tujuan kami, maka sejak meninggalkan rumah masa kecil Xavier, aku hanya diam saja di dalam mobil, memandangi pemandangan di sekitar dari balik jendela--kali ini pemandangannya adalah sungai berair jernih.


Ketika aku melihat sungai berair jernih tersebut, aku baru menyadari kalau ternyata kami telah meninggalkan jalan mulus beraspal dan mulai memasuki jalan berpasir dan tak rata.

Cupcakes For RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang