Author's POV
Los Angeles, 10.57 PM
"Ada apa, Rose? Mengapa kau belum juga tidur? Bukankah hari ini restoran ramai? Kau pasti lelah. Tidurlah." Michael bertanya kepada istrinya dengan lembut, sementara istrinya sejak tadi hanya duduk termangu di atas tempat tidur sambil memikirkan sesuatu.
"Apa yang kau pikirkan? Apakah ada masalah di dapur?" Tanya Michael lagi lalu menghampiri istrinya yang sedari tadi tidak menjawab pertanyaannya.
"Tidak, bukan masalah di dapur. Aku hanya sedang... bingung. Ibu memintaku untuk berkolaborasi dengannya di acara tv-nya itu, lalu beliau juga mengajakku untuk mendirikan restoran bersama-sama di Perancis. Aku tidak akan menetap disana, sih... tapi kan tetap saja..." Akhirnya, yang ditanyai angkat bicara.
"Lalu, apa masalahnya?" Tanya Michael tak mengerti.
"Itu berarti, aku akan menghabiskan banyak waktu di Perancis, aku akan terpisah jauh denganmu." Roseline bukan hanya takut terpisah jauh dari suaminya, namun ia juga takut jika suaminya akan kurang mempedulikannya seperti dulu. Jika dulu saja Michael kurang mempedulikannya meskipun mereka tinggal di kota yang sama, apalagi jika Roseline pergi jauh?
"Honey, sekarang teknologi sudah canggih, kita bisa melakukan video call sesering mungkin. Kau tetap bisa melihatku meskipun kau bermil-mil jauhnya."
"Tapi, rasanya pasti tidak akan sama dengan bertemu langsung, kan?" Untuk kali ini, Michael hanya diam.
Ia memang sering bepergian ke luar Los Angeles meninggalkan Roseline semenjak ia mengurus hotel milik keluarganya, namun ia tidak pernah memposisikan dirinya sebagai orang yang ditinggalkan, dan sekarang, ia baru membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang yang ditinggalkan.
Ia baru saja bertemu kakaknya yang sudah terpisah dengannya belasan tahun lamanya, lalu ketika ia baru saja bertemu dengan kakaknya, kakaknya malah memilih untuk menetap di London, tetapi Michael tidak terlalu ambil pusing karena ia pun sudah terbiasa hidup sendiri tanpa adanya kehadiran seorang kakak selama ini, lagipula ada Rose yang menemaninya, kan? Jadi ia tidak perlu mengkhawatirkan apapun meskipun kakaknya tinggal di benua yang berbeda dengannya.
Namun, bagaimana jika Rose juga pergi? Meskipun istrinya itu mengatakan bahwa dia tidak akan menetap di negara tempat Menara Eiffel berada, tetap saja mereka akan jarang bertemu.
Ugh, baru membayangkan akan jarang bertemu dengan istrinya saja rasanya sudah sulit, apalagi jika itu benar-benar terjadi?
"Aku serahkan semuanya padamu. Jika kau memang menyukai ide itu, kau bisa ke Perancis. Aku akan selalu mendukung apapun yang ingin kau lakukan." Ujar Michael mendukung istrinya. Ia tidak mau mengekang istrinya apalagi menghalang-halangi istrinya meskipun ia tidak mau Rose pergi. Ia tidak mau menghalangi kebahagiaan istrinya--jika pergi ke Perancis adalah kebahagiaan bagi Rose.
***
3 bulan kemudian...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes For Revenge
Romance[Book #2 of Cupcakes for a Missing Heart - Braxton Family's Life After Married] "Memilih pasangan hidup adalah hal terpenting dalam hidupmu. Karena jika pilihanmu salah, hidupmu akan terasa hampa, dan terkadang kau tak menyadarinya sampai kau terban...