Gadis, dengan piyama berwarna hitam itu, terbangun dari tidurnya, merentangkan kedua tangannya, duduk dengan menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.
Agnesia Zelian Azura, gadis cantik dengan wajah mulus bak jalan tol, bibir sexy, bulu alis tebal, hidung mancung, tubuh bak gitar Spanyol, kulit tubuh putih, gadis dambaan bagi setiap lelaki dan gadis primadona di sekolahnya.
Gadis itu menatap meja belajar dimana di sana sudah rapih tas berserta bukunya, dia tersenyum melihat susunan buka dan tas, pasti itu kerjaan abangnya yang menyelesaikan tugas sekolahnya.
"Mandi akhh." ucapnya turun dari ranjang kemudian masuk kedalam kamar mandi.
Agnes, membuka bajunya melihat dirinya dari pantulan cermin, betapa kaget melihat dadanya yang penuh dengan kiss mark, begitu banyak merah-merah yang di ciptakan oleh abang tirinya Morgan.
"Abang sialan." gerutuk Agnes, kesal setiap mandi pasti harus melihat dadanya yang penuh dengan karya Morgan.
Tidak memerlukan waktu banyak Agnes, selesai dengan mandinya dia keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk saja.
Berjalan kearah ranjang dengan handuk yang menutupi wajahnya, karena sedang mengeringkan rambutnya, tetapi karena dia tidak bisa melihat di depannya alhasil kepalanya menabrak dada bidang Morgan, yang sedang berdiri di dekat ranjang.
Dugh.
"Aduh." ringis Agnes, memastikan siapa yang ada di depannya saat ini.
"Pagi-pagi sudah mau menggodaku?" tanya Morgan, membawa handuk dari kepala Agnes.
"Siapa suruh pagi-pagi sudah masuk kamarku." jawab Agnes, dengan ririkan mata sinis.
"Aku, tidak suka ririkan matamu yang sinis, aku pernah bilangkan apa yang tidak aku, sukai." jengkel Morgan, menahan tubuh Agnes, yang ingin pergi ke meja rias.
"Dan aku, sudah pernah bilang peraturan apa, yang sering aku ucapkan." balas Agnes, menatap tajam mata Morgan.
"Sudah berani?" ancam Morgan, mencengkal lengan Agnes, dengan kuatnya membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Bisa gak sih, jadi cowok tuh lembut sedikit?" pekik Agnes, kesal.
"Bisa, asalkan kamu menurut padaku." jawab Morgan, raut wajahnya kembali teduh.
Agnes, memutarkan kedua matanya jengah, ingin berdebat dengan Morgan, di pagi hari? Yang benar saja, dan akan percumah, karena Morgan, selalu merasa dirinya benar, dan selalu ingin menang.
"Abang, ngapain pagi-pagi udah di kamarku?" panik Agnes, celingukan melihat pintu yang tertutup rapat bahkan di kunci.
Cup.
Morgan, tidak menjawab dia malah mencium bibir Agnes, sekilat lalu memeluk pinggang gadis itu, mendekapnya di pelukan Morgan.
"Abang," kesal Agnes.
"Pintu di kunci sayang, aku. Kesini untuk menyiapkan bajumu, dan merindukanmu," ujar Morgan, tersenyum teduh.
"Tiada hari tanpa merindukan aku kah? Lagian, setiap hari kita bertemu, kita serumah, dan ini juga masih pagi, nanti ayah atau ibu, masuk ke kamarku, bagaimana?"
"Kan, sudah aku, bilang pintu di kunci dari dalam. Kalaupun mereka masuk, pasti ketuk pintu dulu." jelas Morgan.
"Ya sudah lepaskan pelukanmu, aku ingin memakai baju." risih Agnes.
"Aku, ingin pemanasan di pagi hari." ucap Morgan, menggoda Agnes.
"Pemanasan apa?" bingung Agnes.
"Jatah di pagi hari." bisik Morgan, di telinga Agnes.
Gadis itu tampak membulatkan kedua matanya, kaget mendengar apa jawaban dari Morgan, yang benar saja di pagi hari seperti ini? Bahkan Agnes, baru saja selesai mandi, masa harus berkeringat lagi di pagi hari, sungguh menyebalkan.
"Bang, aku baru saja selesai mandi." elak Agnes.
"Tidak lama, hanya sebentar." pinta Morgan, mendorong tubuh Agnes, ke kasur.
Agnes, terlentang bebas di kasur, sedikit panik tapi apa boleh buat? Agnes tidak bisa apa-apa, dan tidak dapat berbuat apapun, mengelak, melawan? Jangan harap.
Jika mana Agnes, melawan keinginan Morgan, habislah Agnes, di tangan Morgan, lelaki itu akan berbuat semaunya terhadap Agnes, bahkan lelaki itu mengancam Agnes, jika dia tidak menurut makan Morgan, akan buat Agnes, tidak virgin lagi, bahkan Morgan, mengancam akan membuat Agnes, hamil.
Wanita mana yang tak takut dengan ancaman seperti itu? Apalagi saat ini Agnes, masih bersekolah SMA, jelas dia takut.
"Abang, jangan buat merah-merah lagi, sudah banyak." pinta Agnes, secara hati-hati.
Morgan, tersenyum lembut seolah menjadi jawaban dari permintaan Agnes, lelaki itu membuka jas yang sudah melekat di tubuhnya sejak tadi, menaiki tubuh Agnes, lalu mencium lembut bibir Agnes.
Saling melumat, saling menghisap, kedua tangan Agnes, mengait di belakang leher Morgan, tangan lelaki itu membuka handuk kain satu-satunya yang membungkus tubuh Agnes.
Ciuman Morgan, kini turun ke bagian leher Agnes, lalu ketelinga, dan kembali turun ke leher, lalu ke dada.
"Eumhh." desah Agnes, tubuhnya menggeliat nikmat ketika Morgan, menghisap serta memainkan kedua dadanya.
Tangan Morgan, meraba setiap inci tubuh Agnes, tanpa busana. Baru kali ini, Agnes dan Morgan, melakukan adegan panas dengan Agnes, tanpa busana apapun.
"Akhh. Eumhh." desah Agnes, ketika jemari Morgan, menyentuh sensitif Agnes.
Puas dengan dada Agnes, lelaki itu terus mencium tubuh Agnes, mengangumi setiap inci tubuh Agnes, yang sexy dan bersih itu.
Morgan, membuka kedua paha Agnes, menatap dan mengagumi kepemilikan Agnes, yang bersih dan harum itu, dia berjongkok memainkan Vagina, Agnes oleh tangannya.
"Akhhh." desah Agnes, pikirannya sudah melayang entah kemana.
Kini Morgan, menggunakan mulut bermain dengan Vagina, Agnes. Lelaki itu menjilati, dan menghisap bak memakai mie.
"Akhhh. Eumhhh." Agnes, menggeliat nikmat saat inti sensitifnya di hisap serta di jilat.
"Sebut namaku baby, dan memohonlah padaku." pinta Morgan, tiba-tiba saja menghentikan aksinya membuat Agnes, kesal di buatannya.
Baru saja dia ingin pelepasan, tetapi Morgan, malah menghentikan aksinya, membuat kepala Agnes, pening dan terasa ada yang mengganjal di bawah sana.
"Morgan, pliss touch me," mohon Agnes, dan Morgan, merasa puas.
Lelaki itu kembali menjilati dan menghisap milik Agnes, hingga gadis itu pelepasan, dan merasakan lega di hatinya.
"Akhhh." desah Agnes, setelah cairan keluar dan di hisap tanpa jijik oleh Morgan.
"Nanti setelah kau benar-benar milikku, akan aku tanam benihku, di sana." ucap Morgan, sambil mencium perut dan bibir Agnes, sekilas.
"Jika, aku tidak akan menjadi milikmu?" tanya Agnes, setelah memakai handuk kembali.
"Makan, akan aku paksa kamu menjadi milikku." jawab Morgan, memandang Agnes, dengan tatapan pasti.
"Terserah." pasrah Agnes, menghindari tatapan teduh Morgan, karena tidak dapat di pungkiri saat ini hatinya sedikit menerima tatapan dari Morgan, dan pipinya entah kenapa jadi merah bak tomat busuk.
.
.
.
#tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUBUHMU MILIKKU!
Novela Juvenilmengandung cerita dewasa 18 sampai 21++ mau lanjut baca ya udah tanggung sendiri. jangan lupa setelah membaca tinggalkan ⭐, follow, dan komen ya guys. ****** punya abang lelaki itu emang menyebalkan apa lagi jika abang tiri seperti Morgan, selalu m...