"Dia keguguran! Kehamilannya baru beberapa minggu, perutnya terbentur cukup hebat. Seharusnya kalian menjaga kehamilan Agnes,"
Morgan, sangat shock, hatinya gusar tak karuan. Wajahnya begitu tegang, otaknya terus saja mengingat perkataan dokter tadi, bahkan saat ini Agnes, menangis tiada hentinya.
Gadis itu terpuruk kaget, di campur sedih, hatinya sungguh kecewa mendengar pengutaraan dari dokter, seharusnya itu jadi sebuah kebahagiaan, namun mengapa jadi kesedihan yang mungkin Agnes, sendiri tidak akan melupakan kejadian ini.
"Hiks! Hiks! Maafkan aku. Sungguh, aku tidak tau jika aku, sedangkan mengandung." ujar Agnes, di sela tangisannya.
Pantas saja sudah 2bln Agnes, tidak menstruasi. Bahkan dia tidak ingat sampai kesana, dia sama sekali tidak menyadari jika Morgan, beberapa kali menanam benih di rahimnya.
Morgan, dia mematung memandangi Agnes, yang terus saja menangis dan terus meminta maaf. Sebenarnya ini semua bukan salah Agnes, karena gadis itu sama sekali tidak menyadari jika dirinya sedang hamil.
"Aku, sungguh minta maaf." isak Agnes, memegangi tangan Morgan, yang masih bengong dengan derayan air mata.
Bibirnya tidak berbicara, tatapannya kosong, namun air mata itu menerobos keluar, menandakan jika dia sangat terpukul, hancur, dan kecewa. Entah harus bagaimana Morgan, menghadapi situasi saat ini? Bahkan otaknya mengingat kembali perkataan dokter, yang mungkin lebih menyakitkan hati Morgan.
"Di usia dia yang masih muda, kehamilan baru 2minggu tetapi sudah keguguran, itu akan membuat dia, susah kembali hamil."
Pecah sudah tangisan Morgan, tangannya begitu erat memegangi tangan Agnes, bahkan Aiden, yang melihat Morgan, menangis seperti itu seakan tidak percaya.
Sahabat yang tangguh, arogan, dingin, malam ini dia menangis histeris, karena Agnes, ke guguran. Baru kalian ini juga Agnes, melihat Morgan, menangis histeris seperti itu.
Bagaimana Morgan, tidak menangis histeris? Kehamilan itu yang dia tunggu selama ini, namun sekarang Agnes, ke guguran? Hatinya benar-benar hancur, sudah lama dia menantikan seorang anak dari rahim Agnes, dan dari benih dia dan Agnes.
Namun apa sekarang? Semuanya sudah hancur, semua harapan dia benar-benar hilang, mengingat Agnes, entah bisa hamil lagi atau tidak? Itu, semakin batin Morgan, hancur.
"Bang Morgan, aku sungguh minta maaf. Hiks! Hiks!"
"Apa ini ulah Zarel? Ulah bedebah itu? Katakan Agnes, siapa yang telah membunuh anakku?" suaranya pelan namun mendalam, tatapannya sinis terlihat menyimpan dendam, wajahnya merah menahan emosi.
"Sabar dulu. Kalo Lo, nanya Agnes, dengan nada gini. Dia bakal takut." saran Aiden, mengelus bahu Morgan.
Sungguh tak di sangka, ternyata Aiden, punya hati lembut untuk Agnes, melihat wajah Agnes, ketakutan karena pertanyaan dari Morgan, membuat Aiden, mengerti.
"Nes, ceritakan perlahan ya. Apa yang sebenarnya telah terjadi, sampai kamu keguguran seperti ini?" tanya Aiden, secara lembut.
Agnes, memandangi Aiden, dengan Aiden, yang menganggu seolah mengisyaratkan 'tidak apa-apa katakan saja' tangan gadis itu semakin menggenggam erat tangan Morgan.
"Aku, tak sengaja bertemu dengan ayah dan Zarel, di bar. Aku, penasaran apa yang mereka bicarakan, lalu setelah aku mendengarkan semunya aku, hendak pergi dari bar itu, tetapi seseorang mendorongku hingga perutku terbentur ke meja."
"Lalu?" tanya Morgan, bersuara.
"Lalu... Aku, di kejar dan hampir aku, tertabrak bus. Untung saja seseorang menolongku. Setelah itu mereka berdua pergi entah kemana?" lanjut Agnes.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUBUHMU MILIKKU!
Teen Fictionmengandung cerita dewasa 18 sampai 21++ mau lanjut baca ya udah tanggung sendiri. jangan lupa setelah membaca tinggalkan ⭐, follow, dan komen ya guys. ****** punya abang lelaki itu emang menyebalkan apa lagi jika abang tiri seperti Morgan, selalu m...