Menangis meratapi nasib yang menimpah dirinya beberapa menit lalu. Agnes, terisak dalam diam, tidak percaya jika tahta yang selama ini dia jaga harus berakhir di siang itu.
Bangsat, brengsek, banjingan, dan segala macam sumpah seripah yang saat ini dia ucapkan dalam hatinya, dengan kepala menunduk.
Ruang kerja Morgan, dan kantor itu benar-benar jadi sakit bisu hilangnya keperawanan Agnes, karena ulah abang tirinya sendiri. Kenapa nasib Agnes, harus seperti ini? Di kehidupan pertama! dia di lakukan tidak baik oleh sang ayah, di kehidupan sekarang, dia di lakukan tidak senonoh oleh kakaknya.
Sepertinya harapan Agnes, ingin hidup bahagia pupus begitu saja karena kejadian hari ini! Gadis itu terisak, air matanya seakan sudah kering, kantong matanya sudah sebab, bibirnya pucat akibatnya dia terus menggigitnya.
"Ini makanan lah." pinta Morgan, menyodorkan piring berisi makanan yang dia pesan barusan.
"Hiks. Hiks."
Enggan menjawab, ataupun melihat! Agnes, menunduk dengan terus terisak, tangannya memeluk tubuhnya sendiri, bahunya gemetar hebat.
"Agnes, ayolah jangan seperti ini! Makannya?" berusaha agar Agnes, mau makan karena dari pagi sampai sore ini Agnes, belum makan apapun.
Gadis itu mengangkat kan kepalanya, menatap sinis netral mata Morgan, bibirnya menyunggingkan senyuman getir, semakin lama menatap semakin dalam juga tatapan Agnes, kepada Morgan.
"Bukannya kita udah sepakat? Kalo keperawanan aku! Aku, sendiri yang menyerahkan. Bukannya dengan paksaan!" pekik Agnes, sambil berdiri tegak di hadapan Morgan.
Lelaki itu termenung diam dengan mata membalas tatapan Agnes, dengan tak kalah tajam dan juga dalam.
"Kenapa harus dengan paksaan? Hiks, di hati aku, bukan kamu orang yang aku, cintai! Tapi orang lain. Orang lain yang dari awal hingga detik ini aku, masih mencintainya dan menginginkannya. Bukan dirimu!"
"Siapa? Siapa yang yang kamu cintai?" tanya Morgan, menggenggam erat bahu Agnes.
"Siapapun itu, kamu bukan orang yang aku cintai! Jadi kenapa memaksa? Kenapa mengambil mahkotaku, dengan paksaan!" pekik kembali Agnes, dengan air mata terus saja berlinang.
Pekikan dan makian yang keluar dari mulut Agnes, mampu menyadarkan Morgan, dari kenyataan bahwa dirinya sama sekali tidak di cintai oleh Agnes, bahkan gadis itu berterus terang jika dia memiliki lelaki yg di cintainya.
"Kau, yang memancing emosiku Agnes! Jadinya dengan paksaan itu aku, tegaskan sama kamu. Jika seluruh tubuhmu sudah murni milikku! Jangan pernah bermain dengan lelaki manapun kecuali dengan aku. Jika saja kau berani mencintai lelaki lain maka kau."
"Makan aku apa?" potong Agnes, dengan bentakan.
"Makan akan aku buat dunia tau, jika kamu milikku!" tegasnya.
"Milikmu? Atas dasar apa kau, memerintah dan menekan jika aku milikmu? Kamu tidak punya hak untuk itu!"
"Sudah ada hak! Di rahim kamu, sudah ada hak diriku." kembali terpancing emosi Morgan, hingga dia kembali membentak.
Agnes, tersenyum getir mendengar pengutaraan dari bibir lelaki yang menurut dirinya sangatlah berengsek! Gadis itu menyeka air matanya, merapihkan rambutnya yang masih berantakan, merapihkan baju yang di pinjamkan dari sekertaris Morgan, kemudian dia keluar dari ruangan Morgan, pergi begitu saja dengan hati yang benar-benar sakit.
"Mau kemana kamu?" tanya Morgan, menahan lengan Agnes, hendak membuka pintu.
"Pergi!" jawab Agnes, menepis tangan Morgan, dari lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUBUHMU MILIKKU!
Teen Fictionmengandung cerita dewasa 18 sampai 21++ mau lanjut baca ya udah tanggung sendiri. jangan lupa setelah membaca tinggalkan ⭐, follow, dan komen ya guys. ****** punya abang lelaki itu emang menyebalkan apa lagi jika abang tiri seperti Morgan, selalu m...