Pagi itu Evan tengah menikmati makan siangnya seorang diri di kantin, biasanya akan ada Rico dan Bintang yang menemaninya. Namun kali ini sangat berbeda, kedua sahabatnya itu hilang entah kemana, sebab sedari ia tiba di kampus kedua pemuda itu tak terlihat.
"Apa mereka bolos ya?" Monolog Evan sambil memainkan ponselnya mencari nomor Rico dan akan menghubunginya. Namun, sebuah suara yang terdengar akrab menyapa pendengarannya, hal itu mengalihkan atensinya pada seseorang yang terlihat berlari ke arahnya.
Dari kejauhan terlihat Rico berlari dengan Erik di belakangnya.
"Van!" Nafas pemuda itu terengah-engah.
"Minum dulu." Evan memberikan minumannya pada Rico.
Usai minum, Rico mencoba mengatur nafasnya dengan tangannya yang sedari tadi mencoba menunjukkan sesuatu yang ada di ponselnya kepada Evan.
Erik menepuk pelan pundak Evan, pemuda bertubuh jangkung itu terlihat khawatir.
Drt!
Ponsel milik Evan berdering, terlihat nomor tidak di kenal. Ia segera mengangkatnya dan terdengar suara teramat familiar di seberang sana.
"Kak Sella?"
"Van, kamu baik-baik aja 'kan?" Terdengar nada khawatir dari seberang sana.
"Aku baik, ini lagi makan. Ada apa ya Kak?"
Terdengar suara ribut di seberang sana, belum lagi suara Sella yang samar-samar oleh keramaian.
"Evan dengerin Kakak. Tapi Evan tolong jangan panik ya, paham?"
Raut wajah Evan terlihat kebingungan, ia masih setia menunggu apa yang akan Sella sampaikan padanya.
"Ada apa Kak? Evan bingung nih."
Terdengar Sella menarik nafas sesekali, lalu terdengar sederet kata yang terlontar dari seberang sana seolah menghentikan perputaran waktu bagi Evan, "pesawat yang Raka bawa mengalami kecelakaan dan jatuh di tengah laut."
Deg!
Nafas Evan bak hilang seketika, ia membatu di tempatnya.
"Van, lo yang-"
"Gak mungkin 'kan?" Lirih Evan menatap nanar Rico. Ia mengabaikan panggilan Sella yang masih terhubung.
"Gue juga lagi cari info, Van. Gue juga berharap ini gak bener." Tutur Erik yang juga tak percaya dengan yang menimpa Raka.
"Kak Raka gak di pesawat itu, Ric. Dia pergi ke Jepang kok. Pesawatnya pasti udah mendarat di Tokyo. Pasti dia lagi istirahat di hotel, biar gue telpon dulu."
Evan mematikan sambungan telepon sepihak tanpa mau mendengar ucapan Sella lagi. Ia segera mencari nomor Raka di ponselnya, setelah ketemu dia langsung mendial nomor itu dan menunggu beberapa saat.
"Maaf nomor yang Anda tuju tidak aktif."
Evan mematikan teleponnya, ia kembali mendial nomor sang kekasih. Tapi jawaban tetap sama, hanya suara operator yang terdengar dari seberang sana.
Evan tak menyerah, ia kembali mendial nomor sang kekasih berulang kali. Ia masih tak percaya dengan kabar yang Sella sampaikan. Ya, Rico pasti bekerja sama dengan Sella hanya ingin mengerjainya saja karena mereka memang sedang berselisih beberapa waktu lalu.
"Van."
"Bentar Ric, gue lagi telpon Kak Raka. Kayaknya dia belum mendarat deh. Nomornya masih gak aktif soalnya." Tutur Evan tanpa mengalihkan atensinya dari ponsel di tangannya.
"Van." Panggil Erik gantian.
"Kalian tuh diem dulu bisa gak sih? Gue lagi coba hubungi Kak Raka!" Bentak Evan pada keduanya, manik matanya terlihat berkaca-kaca siap menumpahkan muatannya. Namun, pemuda mungil itu masih menahannya agar tak tumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesawat Kertas ~ [Terbit]
RomanceTerbit Kisah cinta yang seperti sebuah pesawat kertas, mengikuti kemana angin membawa hingga pada akhirnya akan jatuh atau tetap terbang.