Chapter 9

123 11 2
                                    

Yuhuuuu

Met reading na

* * * * *

Krek!

Pintu terbuka, suara langkah kaki terdengar memenuhi ruangan sepi, bayangan seseorang bertubuh tinggi terlihat menyisiri dinding putih.

Langkah kaki jenjang terus bergerak hingga terhenti di ujung anak tangga, diam sejenak lalu berbalik arah, beranjak menuju sebuah pintu yang terbuat dari kayu dengan desain pesawat, dibukanya dengan sebelah tangan dengan tetap menahan bobot dari seorang pemuda mungil yang terlihat tak sadarkan diri di gendongannya.

"Kasian, kecapean dia." Tangan besar  mengusap lembut surai hitam dengan sedikit kecoklatan, menyibak helaian yang hampir menutupi mata.

"Sweet dream." Seutas senyum terlukis di wajah tampan itu, tatkala hatinya memuji ciptaan Tuhan yang kini tertidur pulas di hadapan matanya.

"Kakak gak tau apa yang terjadi dengan diri Kakak saat ini, rasanya begitu nyaman, semuanya berubah sejak ada kamu." Mata yang biasanya terlihat tajam itu nampak sendu, sirat matanya menatap lembut pada sosok mungil yang kini tinggal bersama dengannya.

Bukan hanya tinggal, namun ia sudah memiliki tempat tersendiri di hati seorang Putra Raka Atmaja, namun sayangnya pemuda yang berprofesi Pilot itu selalu membuat tembok antara dirinya dan perasaannya.

Malam itu Raka cukup lelah setelah berjalan-jalan dengan Evan, ia senang bisa menghabiskan waktu berdua bersama pemuda mungil yang kini menjadi Adik angkatnya. Melihat senyum di wajah manis itu sungguh membuat Raka merasakan hal yang sama, tak ia sangka jika pemuda yang ia temukan tengah kacau di Bandara itu kini tersenyum dan tertawa bersamanya.

Cup!

Entah setan atau dorongan dari mana, Raka memberikan sebuah kecupan lembut pada kening Evan lalu ia pun beranjak pergi masuk ke kamar mandi guna membersihkan dirinya.

~ ~ ~ ~ ~

Sang surya mulai menampakkan dirinya, disebalik awan kelabu ia mengintip malu pada penghuni bumi, menyibak sang langit malam dengan cahaya terangnya, mengusik mimpi satu per satu orang.

Semilir angin pagi itu meniup pelan tirai-tirai putih nan tipis, menari-nari indah dengan cahaya matahari yang ikut serta menembusnya.

Kini, di atas tempat tidur berukuran sedang tengah tertidur pulas dua anak adam, tubuh mereka yang berbeda besar membuat sang pemuda yang lebih mungil terhalang oleh lengan besar yang memeluknya.

Cahaya yang masuk menerobos tirai mulai mengusik tidur sang pemuda yang butuh lebih kecil, tubuhnya menggeliat perlahan di dalam pelukan, mata yang semula terpejam terbuka saat merasakan gerakannya terbatas, pandangannya tak jelas, beberapa kali matanya berkedip hingga pandangannya jelas dengan apa yang kini ada di hadapannya. Kulit putih dengan bentuk beberapa persegi itu menyapa onixnya, aroma khas maskulin masuk memenuhi indera penciumannya, deru nafas berat dan tenang menjadi musik di kamar itu.

"Apa ini? Apa aku sedang bermimpi?" Mata itu berulang kali berkedip-kedip lucu, seolah tak percaya dengan apa yang saat ini ia lihat. Kepalanya perlahan mengadah ke atas, menyusuri dada, leher, dagu hingga wajah tampan dengan rahang nan kokoh milik orang di hadapannya. Matanya menatap kagum pada goresan tangan Tuhan yang begitu sempurna, memuja dalam diam pada sosok yang memiliki ikatan sebagai saudara angkat dengannya.

"Kau hadir dikala lelah ku pada dunia, menghapus dahaga ini dengan sejuta cerita, menjadi tempat ternyaman untuk ku merebah asa. Namun, nyatanya kita bagaikan fatamorgana, yang hanya mampu ku lihat tanpa mampu diriku menjadi bagian nyata dari dirimu. Kau terlalu indah untuk diriku yang rendah ini, kau terbang tinggi di langit sana, sedangkan aku masih berpijak di bumi tanpa mampu menggapaimu." Monolog Evan dengan menatap wajah tenang Raka yang terlihat nyaman memeluk tubuh rampingnya, sungguh Evan teramat memuja Pilot muda itu.

Pesawat Kertas ~ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang