Chapter 20

127 13 1
                                    

Langkah kaki pendek terlihat menuruni anak tangga dengan berlari, wajahnya nampak ketakutan saat melihat asap keluar dari salah satu area rumah tersebut.

"Bau apa ini?" Dihindunya bau yang lumayan familyar di indera penciumannya.

"Imlek kan belum, kenapa ada bau dupa gini ya." Melangkah ia menuju ruangan ruangan di mana asap tersebut berasal.

"Astaga! Si daki dino ternyata. Liat aja lo." Ia bergegas naik kembali menuju lantai dua, tak berselang lama pemuda itu pun turun kembali dengan sebuah gayung plastik di tangannya.

Byur!

"Goblok! Apaan sih lo Evan." Makian keras terdengar dari seorang pemuda yang terlihat tengah duduk di lantai dengan beberapa barang seperti dupa wangi dan juga kemenyan.

"Lo mau bakar rumah gue!" Marah Evan.

"Kaga ya bego! Gue mau ngusir setan bucin dari tubuh lo, capek gue liat lo kek ulat kena ruqiah."

"Gue pukul juga lo!" Kesal Evan lagi hendak memukul Rico dengan gayung plastik tersebut.

"Beresin! Awas aja masih kotor, gue jual lo ke gigolo." Ancam Evan lalu pergi dari sana, meninggalkan Rico yang basah dengan wajah kesal menatap kepergiannya.

Hari itu adalah hari terakhir Rico menemani Evan di rumah, karena esok hari Raka akan libur selama dua hari.

"Tinggal aja baju lo di kamar gue, biar nanti kalau lo nginep lagi, gak usah bawa baju segala."

"Dih, lo kira gue mau nginep di sini lagi apa?"

"Ih! Gak asik lo." Rajuk Evan.

~ ~ ~ ~ ~

Suara knalpot motor ninja terdengar menggema di parkiran sebuah Fakultas. Terlihat beberapa hamasiswi berbisik kala sang pengemudi kuda besi itu turun dan melepaskan helm full face itu.

"Astaghfirullah. Ganteng banget."

"Anjir! Rasanya gue meleleh liat dia."

Dan masih banyak lagi pujian yang keluar dari mulut para mahasiswi itu, memuja pemuda tersebut yang kini terlihat berjalan memasuki Fakultas Ekonomi. Kaki jenjang itu berjalan menuju ke sebuah kelas, seketika senyuman terlukis di wajah tampannya kala netranya menangkap sosok mungil yang tengah tertawa itu.

"Pagi besti." Sapanya dengan mendekat ke meja pemuda yang kini menjadi pujaan matanya.

"Lo salah kelas?" Celetuk salah satu dari ke tiga pria di sana.

"Kamu nanya?" Sahut pria tinggi itu.

"Sialan lo Rik. Ngapain sih lo pagi-pagi ke sini? Fakultas lo ada di sono noh, di ujung sono."

"Kamu bertanya-tanya?"

"Bang-"

"Udah deh Bintang, percuma lo ngelawan nih anak, gak bakal menang lo." Rico menengahi Erik dan Bintang sebelum keduanya mulai bertengkar.

"Sebentar." Erik menatap ke sekitar, hidungnya kempas pempis mencium bau di udara. "Kek bau dupa, ada yang mau manggil roh? Nih bau kesukaan jin iprit."

Pesawat Kertas ~ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang