Chapter 13

121 10 3
                                    

Riuh suasana kantin menjadi ciri khas setiap bangunan tempat menuntut ilmu, tak terkecuali di kantin fakultas Ekonomi. Di salah satu meja berkumpul beberapa pemuda yang terlihat tengah menikmati makanan mereka. Sesekali obrolan mengalun dengan diselingi tawa, entah hal apa yang menjadi topik pembicaraan mereka.

"Diem aja lo dari tadi Bin." Tegur Rico pada Bintang yang sedari tadi hanya diam.

Helaan nafas lelah terdengar dari pemuda jangkung itu. "Cinta itu seperti soal matematika. Terlihat sederhana, tapi sangat rumit dan sulit untuk menemukan jawabannya." Bintang kembali menghela nafas yang terdengar begitu lelah.

"Lo ngapa dah mellow gitu?" Rico menatap Bintang aneh.

"Gue ..." Bintang menatap Rico sendu, "jatuh cinta nyet."

"Udah tau gue, lo nginfo nya telat."

"Tau dari mana lo?" Bintang terkejut.

"Tindakan lo kebaca." Rico kembali melanjutkan makan.

"Masak sih?" Bintang mengernyit, "tapi kok doi gak tau, ya."

"Gak peka kali."

"Gimana ya biar doi peka gitu?" Satu tangannya menyangga dagu.

"Tembak aja langsung."

"Mati dong."

Plak!

"Blegug!" Rico memukul Bintang, gemas dia tuh. "Bukan tembak pakai pistol, tapi nyatain perasaan lo. Gitu aja gak ngerti, anak SD aja lebih paham dari pada lo."

"Jatuh cinta bikin gue bodoh deh kayaknya, Ric."

"Lo mah emang bodoh dari lahir."

"Enak aja, gini-gini gue tuh juara kelas." Bintang mengalihkan atensinya pada makanan miliknya, "dari belakang."

Tawa Rico pecah kala mendengar ucapan akhir Bintang.

"Berduaan aja kalian? Evan kemana?" Tanya Erik yang baru saja datang, tangannya membawa makanan juga jus mangga.

"Belum datang."

"Lah, kok belum datang? Emang dia gak kuliah?" Erik mendaratkan bokongnya di samping Rico.

"Kita ada kelas siang sih."

Mendengar jawaban Rico, Erik hanya mengangguk.

"Ngapain sih lo kesini? Fakultas lo gak ada kantinnya?" Bintang menatap Erik sinis.

"Terserah gue dong, ribet banget lo." Erik balas menatap sinis Bintang.

"Kalau soal Evan jelas gue ribet."

"Emang lo siapanya Evan?" Senyum sinis terbit di bibir bintang kampus Fakultas Seni, "gak bisa jawab, kan lo. Bukan siapa-siapa aja kok sok berhak, padahal nyatanya gak ada hak."

"Gue calon pacarnya!" Seru Bintang menatap Erik nyalang.

"Baru calon, kan? Belum jadi pacarnya kan. Cih, gitu aja kok udah posesif."

"Lo mending pergi dari sini, kehadiran lo gak diharapkan." Usir Bintang pada Erik, telunjuknya mengacung pada pemuda di hadapannya.

"Ini tempat umum, jadi lo gak berhak ngusir gue." Erik tetap acuh meski Bintang sudah menatapnya nyalang.

"Tapi kehadiran lo disini gak di harapkan."

"Gue gak peduli."

Brak!

"Pergi lo bangsat!" Bintang menggebrak meja.

"Lo tuh kenapa sih? Gue terus diam ya gak gangguin lo, kenapa lo malah ngajak gue ribut?" Seru Erik yang juga sudah kehilangan kesabarannya. Kini dua pemuda berparas rupawan itu saling menatap nyalang satu sama lain.

Pesawat Kertas ~ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang