Sepulang dari sekolah grissa seharusnya langsung pulang kerumah dan bukannya malah pergi bersama Elina sang protagonis.
Seusai pelajaran terakhir tadi Elina terus saja mengikuti dirinya dengan alasan ingin lebih dekat dengan grissa dan berteman.
Grissa hanya bisa tersenyum saja mendengar ucapan dari Elina yang ingin berteman dengannya, bukan apa-apa hanya saja Elina lebih berbahaya dari Aneska.
Seharusnya waktu itu dia tidak mencoba menjadi pahlawan kesiangan mungkin hari ini dia tidak akan berinteraksi dengan Elina.
Dan lihat sekarang dia harus terjebak dengan Elina yang tengah menggenggam tangannya.
Entah kemana gadis itu akan membawanya dan firasatnya mengatakan bahwa ikut dengan Elina adalah kesalahan besar.
" Lo suka warna merah?." Tanya Elina kepada grissa yang tengah menatap sang protagonis dengan tatapan sedikit takut.
Grissa yang mendengar pertanyaan dari Elina sudah berkeringat dingin dia tidak tau harus menjawab apa, pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sama seperti dinovel dan saat itu Elina bertanya dengan Arkana bukan dirinya.
Pertanyaan itu ditujukan untuk Arkana yang sudah menyelamatkannya dinovel aslinya.
Grissa sangat tau arti dari warna merah yang dimaksud oleh Elina warna merah itu bertuju pada darah.
Seperti "lo suka Darah?." Darah yang dimaksud adalah darah dari pemuda kemarin yang mencoba untuk melukai Elina.
Protagonis itu membuat rencana dalam diam dan bergerak tanpa orang lain tahu tentang rencana busuk yang mereka miliki.
Di novel grissa membuat protagonis dapat menutupi kejahatan yang mereka perbuat dengan perbuatan baik dan ramah mereka terhadap public,nyatanya dibelakang mereka sangatlah berbahaya.
Mencoba untuk tetap tenang grissa dengan gugup menjawab Elina.
" gue enggak terlalu suka warna merah sih Lin." jawab grissa mencoba untuk tidak tau maksud dari warna merah itu.
Elina yang mendengar jawaban dari grissa hanya mengangguk dengan raut wajah yang sedikit kecewa.
" yah, padahal gue mau tunjukin warna kesukaan gue ke lo Lia." Dengan suara pelan, Elina berbicara dengan raut sedih yang sangat terlihat Dimata grissa.
" lain kali aja ya Elina." Sebenarnya grissa sama sekali tidak ingin mengucapkan kata-kata itu tapi dari pada berlama-lama dengan Elina lebih baik menjawab seperti itu saja.
Elina yang mendengar itu kembali mengembangkan senyum terbaiknya kepada grissa dan sedikit rona merah di pipi gadis itu.
Grissa yang melihat itu merasa jika dia sudah tidak aman lagi mencoba bersiap berlari, saat ingin berlari grissa baru ingat jika tangannya masih digenggam erat oleh Elina.
" Elina, gimana kalau kita pulang aja?."
" pulang? oh.. oke narilia ayo gue antar sampai rumah" ucap Elina menarik grissa yang sedari tadi berdiri dengan kaku.
Untungnya Elina benar-benar mengantarnya sampai ke tujuan dengan selamat tanpa harus berhenti ke suatu tempat terlebih dahulu.
Tapi ada yang aneh seusai Elina meninggalkan perkarangan mansion,tapi grissa masih belum menemukan apa yang menurutnya aneh.
Mencoba untuk tidak terlalu memikirkan itu grissa berjalan menuju kamarnya dan mengistirahatkan tubuh nya yang terasa lelah.
Memejamkan mata, grissa baru ingat jika keanehan yang dia rasakan tadi sejak kapan dia membuat dinovel Elina bisa membawa mobil sendiri.
Dia tidak ingat pernah menulis tentang itu karakter perempuan yang dia buat bisa mengendarai mobil hanya Aneska sang antagonis bukan Elina sang protagonis.
Astaga apakah dia merusak alurnya,ini tidak boleh terjadi bagaimapun juga ceritanya harus sesuai dengan alur yang sudah dia buat agar dia bisa segera kembali kedunianya.
" jangan khawatir gris, cuma berbeda sedikit gak mungkin buat alurnya kacau, tenang." Ujar grissa yang tengah menenangkan diri mencoba untuk berpikir positif.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARILIA
FantasyBercerita tentang seorang gadis remaja yang memasuki dunia novel yang dia tulis sendiri dan terjebak disana disaat novelnya sudah berada di pertengahan bab. Akankah gadis itu merusak alurnya,atau mengikuti alur yang sudah ada? Cerita hasil pikiran s...