Elina menarik pergelangan tangan narilia dengan riang diikuti narilia dari belakang gadis itu.
" Lia pulang bareng aku ya."
Tidak tau harus menjawab apa, grissa hanya bisa pasrah dan menganggukkan kepala dengan sangat berat hati.
Keduanya berjalan menuju parkiran dimana kendaraan milik Elina berada, memasuki mobil dan tak lama keluar dari pekarangan sekolah.
" sebaiknya kita kemana dulu ya Lia?." Ucap Elina kearah narilia yang sedang melihat kedepan.
Grissa yang mendengar itu menoleh dengan senyuman yang terasa kaku.
" kayaknya aku mau pulang kerumah pengen istirahat."jawab nya dengan senyuman manis kearah Elina.
Grissa berharap Elina setuju dan segera mengantar nya pulang kerumah, dia sudah tidak mau berurusan dengan protagonis ini dan para tokoh yang lain.
Melihat Elina yang hanya diam dan tidak menjawab sepertinya gadis itu sedang dalam suasana hati yang buruk setelah mendengar ucapan nya tadi terlihat dari wajah Elina yang saat ini sudah sangat merah.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan mobil yang dikendarai oleh Elina berhenti setelah sampai ketempat tujuan, grissa bersyukur Elina mengantarkan dirinya pulang kerumah.
" makasih ya Elina."
Berjalan dengan sangat terburu-buru meninggalkan Elina yang masih belum pergi dan masih berada di luar sana menatap narilia yang sudah berada didalam rumah.
" akhirnya, bebas juga dari Elina."
Menaruh tas diatas kasur narilia segera beranjak dari tempat duduknya untuk mengganti pakaiannya.
Entah sudah berapa lama berdiam diri tanpa melakukan apapun di kamar membuat narilia bosan tidak tau harus berbuat apa.
Keluar kamar, sama saja akan bertemu dengan semua karakter penting yang mana sebagian dari mereka sudah dia kenali, tapi. Karena tidak bisa menahan rasa bosan lebih lama lagi narilia memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan sebentar di sekitar taman depan rumah.
Berjalan menuruni anak tangga dengan pelan, gadis itu bisa melihat sekumpulan pemuda tampan sedang berkumpul di ruang tamu depan sana, melewati para pemuda itu, narilia hanya bisa berdoa semoga mereka tidak menyadari kehadirannya yang hanya numpang lewat saja.
Tidak mungkin ingin ke taman depan rumah dan harus lewat pintu belakang itu akan memakan waktu yang sangat banyak dan dia tidak mau mengambil jalan memutar.
Untungnya sampai diluar dia tidak merasa diperhatikan, dengan rasa hati yang gembira narilia segera berlari dengan semangat menuju beberapa bunga yang sudah mekar dengan sangat indah.
"Lebih cantik, dari pada di dunia nyata." Ujar grissa menyentuh bunga mawar yang sangat cantik menurutnya.
Indahnya langit sore ini membuat cahaya nya menyinari narilia dan bunga-bunga itu terlihat sangat indah, membuat dua orang yang mengikuti narilia terpesona dengan keindahan yang mereka lihat saat ini.
"Cantik banget."gumam Gavin memperhatikan narilia dari kejauhan.
"Lebih indah dari Elina, iya kan ka?" Ucap Gavin terhadap Arkana yang berada tepat disampingnya.
"Grissa gak bisa dibandingkan dengan siapapun, dia bahkan lebih indah." Dengan mata tajam nya Arkana masih memperhatikan grissa yang sibuk memetik beberapa tangkai mawar tanpa mengetahui dirinya tengah diperhatikan.
Gavin yang mendengar itu mengangguk setuju, narilia, gadis itu selalu mencuri perhatian setiap orang yang melihatnya, tidak hanya memiliki rupa yang rupawan gadis itu juga memiliki segudang prestasi yang menambah kadar kesempurnaan yang dimilikinya.
Banyak yang ingin berlomba-lomba untuk menarik perhatian gadis itu, hanya saja ada seseorang yang mencegah itu semua.
Sama seperti dirinya yang ingin membuat narilia berada dipelukannya menjadi miliknya, dan bersaing dengan Arkana itu bukan masalah baginya.
Entah dari kapan perasaan ini muncul, yang pasti yang bisa menyempurnakan hidupnya hanya narilia.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARILIA
خيال (فانتازيا)Bercerita tentang seorang gadis remaja yang memasuki dunia novel yang dia tulis sendiri dan terjebak disana disaat novelnya sudah berada di pertengahan bab. Akankah gadis itu merusak alurnya,atau mengikuti alur yang sudah ada? Cerita hasil pikiran s...