14.

1.1K 103 7
                                    

Pagi ini grissa pergi kesekolah diantar oleh sang papa yang sudah rapi dan pergi kekantor, grissa bingung biasanya sang papa selalu pergi terlebih dahulu dari pada dirinya dan pagi ini malah berinisiatif ingin mengantar dirinya menuju sekolah.

Dimobil sama sekali tidak ada pembicaraan antara grissa dan sang papa yang sibuk menyetir di sampingnya, saat sampai disekolah grissa segera berpamitan dan berjalan menuju kelas melewati banyaknya siswa siswi yang sudah datang.

Memasuki kelas yang sudah ada beberapa orang yang datang dan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing,menaruh barang miliknya di atas meja gadis itu berlalu pergi meninggalkan kelas.

Hari ini grissa memutuskan untuk pergi menuju perpustakaan sekolah yang berjarak lumayan jauh dari kelasnya, tidak tau kenapa tapi hari ini dia rasanya ingin membaca sesuatu sama seperti saat dia masih ditubuh aslinya di dunia nyata.

Sepi, adalah kata yang tepat untuk perpustakaan sekolah saat ini hanya ada dirinya seorang tidak ada orang lain. Mengangkat bahu acuh grissa berjalan menuju rak buku yang menarik perhatiannya, mencari buku yang sekiranya menarik untuk dirinya baca.

Mengambil salah satu buku lumayan tebal tanpa judul dan berjalan menuju kursi dan meja terdekat duduk disana untuk membaca buku ditangan, membuka halaman pertama sampai dipertengahan buku grissa berhenti membaca. Membawa buku itu keluar dari perpustakaan menuju kelas dan menaruh buku tanpa judul itu kedalam tas.

Duduk di kursi miliknya grissa mengambil beberapa buku dari dalam tas dan dengan tenang menunggu guru yang akan masuk mengajar, bertopang dagu grissa melirik satu persatu teman sekelas yang juga tengah duduk dikursi mereka masing-masing.

"Ini semakin aneh saja."gumamnya pelan.

Kembali melirik kedepan dengan bosan,entah sudah berapa menit berlalu tapi tidak ada tanda-tanda akan belajar pagi ini.

Keluar dari kelas grissa berjalan menuju kantin yang sudah ada beberapa orang mungkin kelas mereka juga tidak ada guru yang mengajar, memesan makanan dan duduk di kursi dan meja yang masih kosong menunggu makanan yang masih dibuat, grissa kembali melihat beberapa orang yang dikenalinya tengah berjalan mencari meja dengan makanan dikedua tangan.

Mengalihkan pandangan dan menerima makanan miliknya dengan baik di tangan ibu kantin tidak lupa berterimakasih, menyantap makanan miliknya tanpa memperdulikan beberapa orang yang dia perhatikan tadi kini berjalan kearahnya.

"Lia, gue makan disini bareng Lo ya."

Mengangguk setelah melihat siapa yang berbicara kepadanya, Elina. Gadis itu terus saja mengikuti grissa beberapa hari ini.

"Gue juga."ucap seseorang yang baru sampai dan duduk di depan Elina dan grissa.

Tidak lupa aneska dan temannya juga beberapa hari ini terus mengikuti grissa sama seperti Elina, para tokoh penting ini kenapa harus satu meja dengan dirinya. Seharusnya sekarang mereka tengah mengikuti alur yang sesuai dengan novel, tapi sekarang malah dengan tenang makan tanpa membuat keributan apapun.

Memijit kening yang terasa sakit, grissa segera menghabiskan makanan yang masih tersisa dan beranjak keluar kantin dengan Elina dan aneska yang mengikuti dari belakang.

"Bahaya, kenapa harus ngikutin sih." Lirih grissa pelan mempercepat jalannya.

Berjalan kearah kanan, didepan sana grissa bisa melihat orang yang akan menjadi penyelamatnya kali ini. Menghampiri orang itu dan melirik kebelakang dimana disana Elina dan aneska sudah semakin dekat.

Meraih pergelangan tangan orang itu dan bersembunyi dibelakangnya.

"Tolongin gue, mereka ngikutin gue dari tadi." Ucap grissa dari belakang tubuh siswa itu.

"Lia...kenapa dibelakang dia, sini." Ujar Elina melihat grissa yang berada dibelakang orang itu, saat ingin meraih tangan grissa, tangan gadis itu sudah lebih dulu digenggam dan disembunyikan dari jangkauan Elina.

"Dia sama gue kalian berdua balik kekelas." Ucap siswa itu kepada aneska dan Elina yang sibuk ingin meraih grissa.

"Kasih narilia sama gue sekarang."ujar aneska menatap tajam orang didepannya.

"Masuk kelas atau dapat hukuman karena bolos, gak denger bel udah lama bunyi. Narilia ada urusan sama gue."

Mendengar kata hukuman kedua gadis itu dengan tidak rela meninggalkan grissa dan pemuda itu.

"Lia nanti pulang bareng ya!." Teriak Elina dari kejauhan.

Melepaskan tangan yang masih digenggam pemuda itu, grissa bisa merasa aman sampai pulang sekolah nanti.

" makasih ya, Gavin." Ucap grissa sembari tersenyum manis kearah Gavin.

"Apapun untuk Lo, kesayangan Arka." Balas Gavin menepuk pelan kepala grissa, dan meninggalkan grissa yang masih berdiri termenung disana.



NARILIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang