1. Devian

2.1K 155 5
                                    

Happy reading



Umur pernikahan mereka baru genap satu bulan, keduanya masih merasa canggung satu sama lain padahal mereka sudah mengenal cukup lama sebelumnya. Tidak ada interaksi intens seperti pasangan suami istri pada umumnya, interaksi mereka hanya sebatas basa-basi saja.

Dari awal pernikahan hingga hari ke tiga puluh saat ini, Kania tidak pernah berharap apapun akan pernikahan mereka.

Mereka tidak mengalami peningkatan apapun selama itu, hanya basa-basi di pagi hari kemudian setelahnya sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Kania yang masih aktif mengajar di salah satu kampus dan Devian juga tentunya bekerja di kantornya. Mereka memiliki kesibukan masing-masing sehingga hanya tercipta hawa dingin ketika sedang bersama bahkan setelah sebulan lamanya.

"Mau kemana mas?" Tanya Kania melihat suaminya yang sudah rapih berpakaian padahal sekarang hari weekend.

Devian menjawab sembari mengenakan jam tangannya, "Saya mau pergi ke makam Sabina."

Senyum Kania sedikit luntur, ia mengangguk mengerti. "Sarapan dulu Mas, aku udah masak tadi."

Hampir sudah sebulan ini ia selalu bersaing dengan orang masa lalu Devian dan hal itu entah sampai kapan akan berakhir.

Devian berjalan menuju meja makan, ia melihat makanan yang ada di meja makan dengan kening yang berkerut. "Kamu enggak masak sesuai request saya?"

"Oh, iya, tadinya mau masak sesuai yang Mas mau cuma pas diliat bahannya gak ada. Jadi aku masak yang ada aja di kulkas." Jelas Kania yang diangguki Devian.

Laki-laki itu berjalan menuju istrinya, ia memberikan tangannya untuk disalimi Kania. "Saya berangkat dulu."

"Loh, gak jadi sarapan Mas?"

Devian menggeleng kecil. "Enggak, makasih udah masakin saya, nanti saya makan pas siang aja."

Devian mengecup kening istrinya lembut, ia mengelus puncak kepala istrinya dengan penuh kasih sayang. "Kalau mau nitip apa-apa bilang, nanti saya beliin."

Kania mengangguk dengan pipi yang bersemu merah, Devian memang selalu seperti itu. Ia akan mengutarakan kasihnya dengan sentuhan-sentuhan manis yang membuat Kania merasa disayang sekali.

"Hati-hati..."

Sayangnya Kania tidak mengetahui bahwa alasan Devian tidak menyantap masakannya karena makanan yang dimasak oleh Kania kali ini bukan makanan kesukaan Sabina. Devian tidak bisa melewatkan satu suap atau satu detik pun tanpa kenangan Sabina.

****

Sepulang mengajar hari ini, Kania memilih untuk pergi mengunjungi rumah sang ibu. Ia sudah cukup lama tidak menemui ibunya sembari menunggu Devian menjemputnya.

Kania yang terlalu rindu kepada sang ibu pun tidak lepas sama sekali dari pelukan ibunya. Ibu gadis itu sampai geleng-geleng sendiri melihat tingkah putri nya.

"Sayang, udah jadi istri kok masih manja aja, gimana kalau punya anak." Ucap Ibunda Kania, Dewi.

Kania terkekeh, ia bahkan tidak berpikiran sampai kesananya. Kania hidup dalam kasih sayang orang tuanya sepenuh hati, keluarga angkatnya harmonis meskipun sempat ada beberapa perdebatan di dalamnya. Meskipun hanya sebatas keluarga angkat namun Kania bahagia, lebih bahagia daripada ketika ia hidup bersama orangtua kandungnya.

"Kangenn Bu, aku kan udah lama gak ketemu ibu. Biasanya tiap aku buka mata aja udah ada ibu." Ucap Kania dengan nada manjanya.

Ibu Dewi tersenyum melihat Kania yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri. Kania adalah gadis manis dan penurut, ia tidak pernah membantah ketika disuruh paling sesekali hanya mendumel pelan namun tetap menurut.

His ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang