6. Kania

1.5K 139 6
                                    

Happy reading



Pukul satu dini hari, Kania terbangun dengan perasaan kalut. Hatinya tidak tenang, jika siang atau pagi harinya ia mengalami peristiwa yang kurang mengenakan atau mendengar perkataan seseorang yang kurang mengenakan maka Kania akan memikirkannya secara berlebih-lebihan. Hingga dampaknya seperti sekarang, ia tidur tidak begitu nyenyak dan berakhir terbangun.

Hal yang menjadi pelampiasan dari perasaan sedihnya yaitu kepada zat nikotin yang lagi-lagi wanita itu hisap dengan perlahan. Ia berdiri dengan kedua sikunya sebagai tumpuan pada dinding yang menjadi pembatas ballon kamarnya.

Kania tidak bisa berhenti jika pikirannya masih belum terasa tenang. Dari dulu hingga kini, rokok selalu menjadi pelampiasannya ketika ada masalah.

"Saya gak terbiasa jalan sama orang lain."

Perkataan itu tiba-tiba terngiang-ngiang dalam benaknya.

"Orang lain," gumam Kania seraya terkekeh bersamaan dengan asap yang keluar dari mulutnya.

Kania menatap langit yang gelap dengan bulan indah hari ini, bulan bersinar terang hingga memancarkan keindahan yang tiada tara. Ada bintang-bintang yang ikut menghiasi suasana pada malam hari ini.

Suasana komplek pada malam hari pun cukup bagus, lampu-lampu yang berasal dari rumah warga turut hadir menjadi kiasan indah.

Banyak hal yang ia pikirkan, bagaimana nanti kedepannya, apakah mereka akan terus bersama atau bahkan sebaliknya. Bagaimana perasaan suaminya, kapan suaminya jatuh cinta, apa ia kuat menjalani semuanya?

Aneh, kepala Kania terasa penuh dan berisik padahal malam ini sangat sunyi.

"Kania," panggil seseorang dari belakang yang membuat Kania menoleh cepat.

Wanita itu terperanjat seketika.

"Huh, kaget, kirain siapa." Kania mengusap dadanya yang berdetak kencang lantaran suaminya berdiri tepat di belakangnya, padahal tadi laki-laki itu sudah tidur.

Devian melirik benda yang di pegang oleh istrinya, "ngapain berdiri diluar malem-malem?" Tanya nya.

"Oh..." Kania mengikuti arah pandang laki-laki itu, ia bergegas mematikan puntung rokoknya ke asbak. "Gak apa-apa, kebangun aja tadi, jadi gak bisa tidur."

"Mau cerita engga?" Tanya Devian melirik Kania sekilas.

"Cerita apa? Siapa?"

"Kamu, siapa tau mau cerita banyak hal ke saya. Saya gak terlalu banyak tahu tentang kamu soalnya, gak adil kan kalo kamu tau banyak tentang saya sedangkan saya engga?"

Kania terkekeh, "jadi ceritanya Mas pengen tahu tentang aku?"

Devian mengangguk.

"Emm, apa ya? Bingung mau cerita apa." Kania mengeluarkan satu batang rokok dari bungkusnya, sebelum menyalakan rokok itu Kania lebih dulu bertanya. "Aku boleh ngerokok di depan kamu?"

"Sebenarnya saya cukup terganggu," ucap Devian ragu, ia ingin melarang namun merasa tidak berhak.

"Oh, yaudah gausah." Kania hendak memasukkan kembali batang rokok itu ke tempatnya.

"Boleh kok," ucap Devian cepat.

Kania tersenyum sembari membakar tembakau itu dengan korek, ia menghirupnya dengan rileks. Benar-benar menenangkan, rasanya pun agak sedikit gurih dan khas tentunya. Rokok favoritnya ini memang sangat candu.

Devian memperhatikan Kania dengan detail, dimulai dari wanita itu membakar tembakau yang di pegang nya, menghirupnya dengan santai, seolah seperti sudah terbiasa melakukan itu semua.

His ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang