9. Devian

1.6K 141 10
                                    

Happy reading




Mengingat hari ini Kania mengambil cuti, ia memilih bersantai di rumah sembari mengurus kebun kecil-kecilan yang baru ia mulai akhir-akhir ini. Kebun itu baru di tanami bunga-bunga yang sedang tumbuh, ada pula tanaman cabai yang sengaja Kania tanam, tomat pun ikut Kania tanam karena ia merasa kurang jika ada cabai namun tidak ada tomat.

Kania menaburkan pupuk ke tanamannya, saat sedang fokus menunduk tiba-tiba ia merasakan bayangan seseorang yang berdiri di belakangnya.

"Katanya sakit?" Tanya Devian memastikan.

"Gak apa-apa, mumpung di rumah, bosen soalnya."

"Jadi beli kado buat adik kamu?" Tanya Devian.

"Jadi kok, agak siangan aja." Kania bangkit, ia menepuk-nepuk tangannya yang kotor. Ia melirik Devian yang masih mengenakan pakaian tidurnya, padahal ini sudah cukup siang.

Laki-laki pemilik hidung mancung dengan kulit kuning Langsat itu mengusap kening Kania yang ada bekas tanah disana. "Kotor ini..." Devian membersihkannya dengan telaten.

"Ayo, siap-siap. Saya antar beli kadonya, sekalian mau ketemu keluarga kamu."

"Keluarga aku? Kamu mau pulangin aku?" Ucapan asal yang keluar dari mulut Kania itu membuat Devian menyentil dahi istrinya.

"Jangan ngawur!" Tegurnya.

"Ya habis kamu bilang mau ketemu keluarga aku." Kania cemberut, ia mengusap dahi nya sambil mengaduh sakit.

"Otak pinter kamu kalo lagi gini gak ada ya?" Ejek Devian yang membuat Kania berdecak.

"Namanya juga jatuh cinta, pasti bodoh. Buktinya aku mau-mau aja percaya dan nikah sama kamu yang belum selesai sama masa lalunya. Kalau perempuan pinter ya mana mau kaya aku."

Devian terdiam mendengar perkataan Kania, ia merasa bersalah.

"Maaf ya, Nia."

"Maaf terus, cinta aku nya kapan?" Tanya Kania seraya terkekeh.

Namun entah kenapa kekehan kecil itu terasa menyakitkan di telinga Devian.

"Saya belum--"

"Belum bisa kan? Oke, deh. Aku mau siap-siap dulu, kamu juga ya? Biar gak kesorean pulangnya. Abis dari rumah Mama Bia, rencananya aku mau ke rumah Ibu Dewi, kangen." Potong Kania cepat.

"Kiel ada di rumah?" Tanya Devian malah fokus ke topik terakhir yakni ke rumah ibu Dewi yang berarti pasti ada Kiel disana.

"Gak tahu deh. Ngapain tanya bang Kiel?"

"Saya gak suka dia, Kania."

Kania mengerjakan matanya mendengar perkataan itu. "Hak kamu gak suka sama Kiel apa? Dia kakakku."

Devian menggeleng tegas. "Kamu anak pertama Kania. Kamu cuma punya adik, bukan kakak."

Nyatanya memang seperti itu, Kania adalah anak pertama yang kemudian kedua orangtuanya cerai dan masing-masing menikah kembali. Kedua orangtuanya sudah mempunyai keluarga baru, nyatanya ia tidak pernah benar-benar punya kakak laki-laki kandung.

"Memangnya kenapa? Sebelum ada kamu, Kiel lebih dulu hadir di hidup aku."

Devian menghembuskan nafas pasrah, ia menggeleng lagi. "Bukan apa-apa. Sebaiknya kamu jaga jarak dengan Kiel. Ingat, kalian bukan saudara kandung. Gak wajar kalau kalian sedekat itu."

"Saudara kandung atau bukan, jauh sebelum ada kamu, Kiel lebih berarti buat aku." Ucap Kania kemudian pergi dari sana.

*****

His ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang