5. Devian

1.7K 144 10
                                    

Happy reading



Kania diacuhkan oleh suaminya selama seharian ini, bahkan ketika ia mencoba mencari obrolan dengan suaminya —laki-laki itu justru menghindarinya. Alhasil Kania lebih memilih mengikuti alur laki-laki itu, ia pun ikut diam membiarkan bagaimana tingkah suaminya.

Dengan banyak pertimbangan, Kania memutuskan untuk merenovasi kamar mereka berdua. Kania tahu rumah ini milik suaminya, tetapi bukankah ia juga memiliki hak atas rumah ini? Jadi sepertinya tidak ada masalah jika merubah sedikit tampilan kamar mereka, lagipula Kania tidak menyentuh kamar Devian sama sekali. Jadi aman-aman saja.

U

ntungnya Kania bukan tipikal orang yang akan galau jika seseorang marah padanya, ia masih santai-santai saja toh nanti juga mereka baikan sendiri.

Kamar yang dihuni oleh mereka saat ini menurut Kania cukup monoton, hanya ada kasur, lemari, meja rias, sudah itu saja. Kania sudah memenaggil beberapa tukang untuk membantunya memindahkan barang.

Ia akan mengecat kamar mereka dengan warna nude dan sepertinya akan manis jika di tambahkan dengan lukisan serta foto pernikahan mereka.  

Setelah seharian merombak tata letak kamar mereka, akhirnya Kanara baru menyelesaikan renovasi saat sore hari tiba.

Kania tersenyum puas melihat beberapa foto dan lukisan yang sudah ditata rapih, ada foto pernikahan mereka dan juga lukisan karya dirinya sendiri. Ah, Kania memang suka melukis, ia bahkan pernah membuat pameran lukisannya sendiri saat ia masih kuliah. Meskipun akhirnya Kania memutuskan untuk menjadi dosen, namun melukis tetap menjadi hobi yang ia tekuni.

Lukisan itu bagi Kania cukup spesial, meskipun hanya menggambarkan setangkai bunga layu yang dibuat sepenuh hati olehnya.

Suara mesin mobil pertanda suaminya baru saja pulang. Kania bergegas turun tangga, ia menyambut suaminya dengan senyum terbaik miliknya.

"Hai, Mas Vian! Hari ini gimana?" Sapa Kania dengan ceria, tidak peduli jika Devian hanya memasang wajah lesu dan lelahnya. Harap-harap aura ceria nya dapat menular kepada Devian, meskipun nyatanya tidak.

"Kamu habis ngapain, ini muka banyak coretannya." Balas Devian sembari mengusap cat yang menempel di kening Kania. Memang wanita itu belum sempat bersih-bersih.

Kania nyengir lebar, ia lupa belum sempat cuci muka. "Tadi abis abis ngelukis. Mas Vian, aku punya kejutan buat kamu!"

Devian bertanya, "hm, apa?"

"Ayo, ikut aku!" Kania menarik tangan Devian tergesa-gesa. Mereka menaiki tangga dengan cepat.

"Kania, hati-hati, kamu bisa jatuh." Peringat Devian yang akhirnya membuat Kania sedikit melambatkan kecepatannya.

Mereka sampai di depan pintu kamar mereka, Kania melepaskan tangan Devian. "Nah, Mas, coba deh buka pintunya."

Devian menatap heran istrinya namun ia tetap menuruti ucapan istrinya. Ia membuka pintu kamar mereka dengan perlahan.

"SURPRISE! Suka nggak?!" Seru Kania merentangkan tangannya, ia tersenyum lebar.

Belum sempat Devian berkata apapun, Kania lebih dulu menarik tangannya masuk ke dalam.

"Aku sebenernya nggak tahu sih, kamu seleranya kaya gimana. Dan karena aku gak tahu, jadi aku renov kamar kita sedikit aja takutnya kamu gak suka sama ganti cat doang, terus aku tambahin sedikit foto-foto kita. Lucu ya, aku pilih cat ini biar gak suram. Tadinya kan abu-abu, kurang aesthetic." Cerocos wanita itu begitu antusias.

His ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang