17. Devian

1.6K 147 11
                                    

Happy reading



Acara makan-makan dua keluarga itu berlangsung hingga larut malam. Mereka membuat barbeque dan beberapa bakar-bakaran lain di teras rumah, suasana hangat dan ramai memenuhi rumah keduanya. Biasanya hanya dihuni dua orang namun kini tiba-tiba kedatangan tamu cukup banyak sehingga menciptakan suasana baru.

Sementara Zyakiel masih sibuk membakar daging serta jagung bakar, Devian tampak lebih memperhatikan Kania yang sedang terkantuk-kantuk. Ia menyadari jika istrinya itu sedari tadi sudah mengantuk namun tidak enak untuk pergi ke kamar duluan.

"Mau sosis bakar nggak Nia? Kalau mau gue bakarin sekalian." Tawar Zyakiel membuat Kania yang sedang menahan kantuknya itu sontak menoleh cepat, wanita itu menggeleng merespon.

"Enggak deh, kenyang daritadi udah makan ini itu." Keluh Kania padahal sebenarnya ia sudah tidak mood makan apapun karena mengantuk.

"Semuanya nginep kan?" Tanya Devian kepada semuanya.

Ibu dan Ayah angkat Kania menggeleng kompak, begitupun dengan Zyakiel. Mereka merasa tidak enak jika ikut-ikutan menginap, rumah sudah cukup ramai karena kedua orangtua Devian dan Kania menginap, mereka tidak mau ikut merepotkan juga.

"Kami enggak nginep, mau pulang aja abis beres semuanya. Besok Ayah harus berangkat pagi-pagi terus belum sempet ngambil baju ganti." Jawab Ibu Dewi tersenyum anggun.

"Gue ikut Bonyok aja sih," jawab Zyakiel santai. Padahal ia termasuk kategori orang yang sibuk namun karena pribadi pria itu yang cenderung santai dan selengean jadi masih terlihat tidak terlalu sibuk.

Devian mengangguk. "Yang tua-tua tidur di kamar aja, ada dua kamar kosong kok. Sisanya tidur di ruang keluarga aja, nanti Dev siapin kasurnya."

Mama Devian menepuk bahu anaknya tidak terima. Enak saja ia disebut tua. "Heh, Mama masih muda ya!" Tegasnya.

Mendengar celetuk Mama Devian yang tidak terima di sebut tua sontak membuat semuanya terkekeh geli. Ada-ada saja.

"Aduh, Ma, gak nyadar umur banget." Keluh Devian meringis kecil sembari mengusap bahu yang ditepuk okeh Mamanya. Kemudian ia beralih menatap Kania. "Kalau begitu Dev sama Kania pamit ke kamar duluan ya? Kasian Kania udah ngantuk daritadi."

"Loh iya, udah malem loh ini. Gih, tidur duluan aja Nia, gak baik tidur malem-malem. Nanti istirahatnya kurang." Ucap Mama Bia tersadar jika hari sudah cukup larut.

Pasangan muda itu pun berpamitan lebih dulu. Yang lainnya mewajarkan saja, toh namanya masih pengantin baru.

"Istirahat, jangan capek-capek. Tadi Mama saya bilang bakal ngadain kumpul sama keluarga besar saya. Hari Rabu malam, harus banyak-banyak istirahat." Beritahu Devian kepada sang istri, ia hanya menatap Kania yang kini sedang terbaring di ranjang.

Astaga, baru tadi mereka mengadakan makan-makan bersama dan Mama Devian kembali berencana mengadakan kumpulan bersama keluarga besar? Wah, kalau ini sih benar-benar definisi keluarga besar yang benar-benar besar. Sepertinya trimester pertama Kania hanya akan diisi dengan kumpul-kumpul keluarga.

Meski begitu Kania merasa deg degan karena bertemu keluarga besar suaminya dengan intens untuk pertama kalinya. Sebab saat pernikahan hanya sekedar sapa menyapa saja, juga ada beberapa anggota keluarga suaminya yang tidak hadir.

"Rencananya mau ngajuin cuti kapan?" Tanya Devian.

Kania menggeleng, ia tidak berniat mengambil cuti kecuali jika melahirkan nanti. Selama masih bisa di tahan, ia akan tetap masuk mengajar.

His ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang