DITERBITKAN DI TEORI KATA PUBLISHING
VERSI PDF TERSEDIA
#####
"Dasar Om tua bangka yang tak sadar diri dengan umur. Sana jauh-jauh dari Lisca! Bikin Lisca mual!
"Saya tidak setua itu kamu panggil om dan saya bukan paman kamu juga"
"Perlu dicatat ba...
"Dari kita semua banyak memakan ludah sendiri, jadi ucapkanlah sesuatu yang baik untukmu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi sudah menjelang, terlalu nyaman untuk membuka mata. Sedari malam tangan kekar itu yang digunakan Lisca sebagai bantalan. Dengan sempurna wajahnya menempel di leher Arga. Tak disadari tangannya membalas pelukan Arga sedangkan ia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa tak akan pernah menyentuh pria itu.
Arga sudah bangun tiga menit yang lalu. Dirinya juga belum beranjak, Lisca lebih menarik dipandangi daripada memulai aktifitas. Tidak terlalu khawatir kedua mertuanya akan marah sebab ini masih dibilang pagi untuk turun ke bawah.
Benar apa kebanyakan orang bilang, jangan terlalu yakin dengan ucapan yang keluar dari mulut karena lazimnya menelan ludah sendiri. Buktinya Lisca tak akan pernah mau bersentuhan sama Arga, tapi buktinya ia membiarkan pria itu mengurusnya dan juga kini dia dengan nyamannya berada di pelukan suaminya.
Mengusap pipi Lisca. "Ini pipi atau bakbao? Pengin saya gigit habis-habisan, bikin gemes saja." Lagian wanitanya tengah tertidur jadi Arga mendaratkan bibirnya ke pipi gembul Lisca. Tiada cukup mencium sekali, Arga mengecup pipi Lisca berkali-kali.
Merasakan ada sentuhan lembab di pipinya Lisca terbangun dari tidurnya. Jiwanya belum terkumpul jadinya belum sadar apa yang tengah Arga perbuat.
Arga semakin gemas wajah bantal milik istrinya. Menipiskan bibir menahan senyum. Mupung perempuan ini belum sadar Arga pun tak ingin menghentikan ciumannya.
Selang beberapa menit Lisca tersadar ada yang aneh. Kepalanya berada di atas lengan kekar, satu tangannya tengah memeluk pinggang Arga, dan membiarkan Arga menciumnya dengan bebas.
Sialan, apa yang telah terjadi!?
Lisca melayangkan tamparan keras ke rahang tegas Arga. Saking kuatnya tamparan tersebut pipi Arga terasa kebas dan ada jejak tangan di kulit putihnya.
Mengubah posisinya menjadi duduk. "Apa yang Om lakukan padaku semalam?" Menyilangkan kedua tangannya di dada," tuduhnya. "Lisca bisa nuntut kelakuan bejat yang telah Om lancarkan."
Dada Lisca naik turun, emosinya tidak stabil. Seharusnya di pagi hari ini ia merasakan mood yang bagus. Namun sialnya ia begitu emosi akibat dari perbuatan Arga barusan.
Dua sejoli itu duduk berhadapan. Yang satu menilik tajam sementara yang satunya tetap kondisi tenang.
Lisca menarik kerah baju Arga dengan tatapan mendelik. "Ok pikir bisa sepenuhnya menciumiku, sudah berapa kali aku bilang jangan pernah menyentuhku sedikit pun! Punya otak gak, hah! Dasar pria tua pikun yang menjijikkan."