Candu : 02

364 39 5
                                    

Pair : FemNaruX...?

Rate : M.

Warning : typo(s) nyempilsanasini. drama, romance, dll.

Umur di bawah 18thn, dilarang membaca. Bijak ya sayang dalam membaca cerita!!! 🔞🔞🔞🔞🔞






Flashback.

Kurama baru saja bangun tidur. Hari ini, hari Minggu hari dimana kantornya libur. Dia berjalan menuju balkon kamar. Udara di luar pasti segar, pikirnya.

Dia menghirup dengan rakus, udara pagi ini. Pandangannya melihat ke arah taman belakang. Warna hijau, memang yang paling bagus. Pikirnya. Jam dinding menunjukkan pukul sembilan pagi.

Suara 'byur' menyadarkan Kurama yang sedang asyik menikmati semilir angin pagi dengan menutup mata. Dia yang berada di pinggir pembatas balkon, mencoba menengok ke bawah.

Satu sudut bibirnya tertarik ke atas saat melihat pemandangan indah yang disuguhkan di bawah sana. Dia menatap intens sosok yang sedang ada di dalam kolam bersama si bungsu.

Kurama bisa melihat dengan jelas tubuh Naruto yang hanya ditutupi oleh kain bra dan celana dalam saja. Sepertinya Naruto sedang mengajarkan cara berenang pada si bungsu di kolam renang yang berada di halaman belakang.

Air liur Kurama hampir saja terjatuh, saat Naruto mencoba mempraktekkan cara masuk ke dalam air kolam. Pose Naruto begitu pas di fantasi gairah Kurama. Kedua tangannya terkepal erat menggenggam pegangan besi pembatas balkon. Dia menjilat bibirnya sendiri yang mendadak terasa kering. Netranya memandang penuh nafsu ke arah Naruto yang sedang sibuk di bawah sana.

Kurama meremas gagang besi secara continue. Pandangannya tertuju lurus pada dua gundukan yang tertutup oleh kain bra yang menurut Kurama 'Sialan!' itu. Area bawahnya mendadak menjadi tegang. Dia semakin berhasrat untuk memiliki Naruto seutuhnya.

Nada dering telepon yang berbunyi pun merusak imajinasi panas Kurama. Dia menatap ponsel yang ada di nakas tempat tidurnya dengan tajam. Dalam fantasinya, Kurama berhasil memasukkan-

"Haish!"

Dia mengacak surai jingganya dengan kasar. "Sialan!!"





"Kita sudahi hari ini. Hari semakin siang." kata Naruto mengakhiri sesi belajarnya. Naruko hanya mengangguk, dengan tubuh yang menggigil, karena dingin. Dia menggiring Naruko untuk duduk di kursi berjemur, lalu mengeringkan si bungsu dengan handuk.

Setelah selesai, Naruto memanggil seseorang yang membatunya merawat Naruko sejak kecil. "Bibi, aku titip Naruko." katanya, sembari mengambil handuk kimononya dan mengenakannya.

Naruko pun dibawa pergi oleh pengasuhnya, meninggalkan Naruto yang sibuk mengotak-atik ponsel pintarnya. Dia beranjak pergi menuju ke arah dapur, masih dengan satu tangan yang sibuk memainkan ponsel.

Satu tangannya tiba-tiba ditarik oleh seseorang, membuatnya tidak bisa menjaga keseimbangan dan oleng ke arah dinding penyekat dapur. Ponsel pintarnya terjatuh entah ke mana. Naruto melotot tajam ke arah pelaku penarikan tersebut. Kedua tangannya sudah dikunci di atas kepala, tanpa ia sadari. "Selamat pagi!" sapa pelaku dengan riang, tanpa dosa.

"Lepas!" kata Naruto dengan bengis. "Kubilang lepas!" tambahnya, sembari memberontak. Naruto mengumpat di dalam hati. Kenapa kunciannya begitu kuat. "Lepas! Dasar Sialan!!" umpat Naruto, geram.

Tanpa aba-aba, bibir mungil Naruto sudah dilumat oleh Kurama secara paksa. Naruto semakin memberontak sebisa mungkin dia lakukan, namun nihil, kekuatan Kurama lebih unggul dari dirinya.

Naruto mencoba menggigit bibir Kurama, dan berhasil. Kesempatan untuk kabur pun sepertinya tidak ada. Kurama semakin memperdalam ciumannya. Naruto masih mencoba memberontak, namun tidak menghasilkan apapun baginya.

Dia semakin panik, saat satu tangan Kurama berhasil melepas ikatan kimono dan tangannya menelusup masuk ke balik bra yang dikenakannya. Naruto meringis kesakitan saat Kurama dengan keras meremas area lunak itu. Dadanya terasa nyeri, mendapat perlakuan menjijikkan dari sang kakak.

Naruto masih memberontak sebisa yang dia bisa lakukan. Meski tak berhasil, setidaknya Naruto sudah berupaya. Kuncian di tangannya terasa ngilu dan perih. Air mata pun tak dapat terbendung. Ia menangisi keadaannya yang menjijikkan ini.

Dia berhenti memberontak, membuat Kurama menghentikan aksi bejatnya. Kuncian pun dilepas, dan Naruto jatuh terduduk di atas lantai dapur. Naruto menangis dalam diam.

Kurama berjongkok, menarik dagu mungil Naruto untuk melihat ke arah dirinya. "Lihat dirimu!" kekeh Kurama, tanpa dosa. Apa ini sifat aslinya, selama dibalik layar citra wibawanya yang disuguhkan di depan umum.

"Aku akan menghukumu lagi, jika mulut manismu tidak bisa kau jaga."

Naruto menatap penuh benci Kurama setengah mati. Ia berharap, Kurama mati membusuk di neraka. Sebelum Kurama mati, Naruto akan menghancurkan Kurama lebih dulu. Janjinya, di dalam hati. Naruto akan selalu mengingat seberapa benci dia pada sosok laki-laki yang ada di depannya ini. Aku akan membalasmu!

"Lihat!" katanya, sembari mengeratkan cengkeramannya di dagu Naruto. "Lihat dirimu yang kotor ini!" serunya, dengan gigi yang bergemeletuk, marah. "Aku akan 'menyakitinya' jika mulutmu berulah lagi!" ancamnya, yang kemudian pergi.















Meeting hari ini sangat menguras tenaga Naruto. Emosi yang ditahannya sudah tidak dapat ia tahan. Naruto membuang semua benda yang ada di atas meja kerja. Dia meluapkan emosinya di sana.

Naruto tidak perlu khawatir, jika amukannya terdengar sampai keluar. Ia sudah memberi perintah untuk mengosongkan semua jadwalnya, dan mengosongkan semua orang agar tidak berkeliaran di sekitar area ruangan kantornya.

Pemandangan kota pada malam hari tidak mampu menenangkan Naruto yang sedang dikuasai amarah. "Kenapa harus dia yang menang tender!?" geramnya. Dia sudah berhenti mengamuk. Dadanya naik-turun, karena marah.

Kebenciannya semakin membungkus jiwanya. Naruto benar-benar, dan sangat-sangat membenci takdirnya. Dia meraih kunci mobil, dan tas selempangnya, berlalu pergi meninggalkan kantor.

Naruto tidak tersenyum sedikit pun saat mendapat sapaan beberapa karyawan yang sedang menunggu jam pulang. Bahkan dia mengendarai mobilnya dengan cepat di jalanan yang cukup lengang.

Mobil itu berhenti di sebuah kelab malam. Jam menunjukan pukul sembilan malam, tak membuat Naruto urung untuk memilih pulang. Dengan wajah dingin, dia memasuki pintu utama yang disambut seorang bodyguard laki-laki.

Di bagian bar, dia memesan minuman beralkohol. Biarkan malam ini dia mabuk sepuasnya. Naruto berharap, dia bisa melupakan kejadian hari ini.

Sudah beberapa jam Naruto minum sendirian di bar ini. Entah sudah berapa gelas dia minum, Naruto tak ingat. Kepalanya pun bahkan tidak kuat ia angkat, hingga tergolek di atas meja bar karena pusing. Bahkan seseorang yang duduk di sebelahnya pun Naruto biarkan.

Pelukan hangat di pinggang rampingnya, mamaksa Naruto bergerak hanya untuk melihat siapa gerangan yang berani menyetuh dirinya dengan mudah.

Kedua matanya melotot sempurna, menatap penuh benci ke arah Kurama. "Kau!" tunjuknya, pada wajah Kurama yang tersenyum menyeringai licik. "Kau bajingan!" bengis Naruto, geram.

Jari telunjuknya menunjuk dada bidang Kurama tanpa ia sadari. "Kau memuakkan!" cercanya. Jari telunjuknya semakin turun, karena efek alkohol yang menguasainya. Bagi Kurama sendiri, ia seperti sedang digoda oleh Naruto tanpa sadar.

"Kau cukup sialan, seperti 'Dia'!" balas Kurama, sebelum Kurama mengangkat tubuh Naruto dan meletakkannya di bahu kanan, mengangkatnya seperti karung beras. Menulikan pendengaran, Kurama hanya diam saat Naruto memukuli punggungnya.



"Kau kasar sekali!" ketus Naruto, saat tubuhnya di lempar ke atas ranjang yang disewa Kurama.

"Menurutmu?" katanya, dengan satu alis terangkat tinggi. Kurama mengabaikan racauan Naruto dan memilih melepas semua pakaiannya sendiri.

"Kau bajingan!" teriak Naruto, cempreng.

Kurama yang sudah memperingatkan Naruto pun sudah kehilangan kesabaran, dia pun kembali menghukum Naruto dengan benar. Hukuman saat di dapur itu hanya hukuman ringan. Malam ini, Kurama akan benar-benar menghukum Naruto yang tidak bisa menjaga mulutnya.


TBC.

CANDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang