Candu : 11

174 28 4
                                    

"Ada apa ini?" tanya lelaki paruh baya yang baru datang ke tempat Naruto. Ia menilai lelaki yang mengenakan setelan jas hitam itu dengan cermat. Sepertinya lelaki ini adalah atasan dari si pegawai tak sopan ini.

"Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah. Ia melihat gelagat Naruto yang memasang wajah tidak suka atas pelayanan pegawai di belakangnya.

"Aku bertanya harga ponsel ini. Dan pelayan itu mengataiku jika aku tak mampu membelinya, karena penampilanku dari kalangan tidak berada." jujur Naruto, dengan seringaian yang ditahannya.

"Sepertinya, pelayanan di sini buruk sekali, Tuan." sinis Naruto, tanpa sungkan. Ia mengeluarkan kartu hitam milik pribadinya. "Kartu ini bahkan tak berharga di tempat ini, bukan?" lanjutnya, menohok pelayan itu.

"Maafkan pegawai kami Nona. Saya yang akan melayani Anda sebagai gantinya. Mari." katanya ramah dan tidak enak hati. Lelaki itu menatap tajam pegawai wanita dengan kesal. Kartu hitam di sini menandakan jika ia adalah orang penting yang harus dilayani semaksimal mungkin.

"Ayah!" panggil seseroang dari arah belakang.

Lelaki yang dipanggil ayahpun menoleh, dan mendapati putranya yang datang menghampiri. "Ada apa?"

"Ibu menyuruhku mengantarkan berkas ini. Apa Ayah ada tamu istimewa?" lanjutnya sembari menyodorkan tas kerja sang ayah yang ketinggalan di rumah. Anak lelakinya mencuri pandang di balik punggung sang ayah.

"Ya. Dia tamu kelas atas kita." katanya. Sang ayahpun berbisik ke telinga anak lelakinya. "Dia memiliki kartu hitam. Jadi, kau harus menyapanya dengan sopan."

"Iya, iya."

"Selamat-" kata selanjutnyapun tak kunjung pemuda itu sampaikan. "Naruto." Shikamaru syok, karena pelanggan istimewa yang menurut ayahnya adalah ternyata teman sekelasnya.

Naruto yang sejak tadi sibuk memilih, memunggungi keduanya pun menoleh dan mendapati Shikamaru yang bersiap menyapanya sopan. "Shikamaru. Kau ada di sini." Ia menghampiri teman sekelasnya dengan sumringah.

Shikaku menatap bingung keduanya. "Kalian saling kenal?"

"Ya. Dia teman sekelasku."

"Kenalkan, ini Ayahku. Ayah, ini Naruto. Dia teman sekolahku." terang Shikamaru memperkenalkan teman wanitanya.

Naruto yang mulai menyadari satu hal penting pun, menatap Shikaku dengan wajah syok. Ia kemudian membungkuk hormat. "Maafkan aku, Paman. Aku tidak tahu, jika Paman adalah Ayah dari Shika." Badannya sampai membungkuk, merasa bersalah atas sikap tidak sopannya tadi.

Shikaku yang mendapat perlakuan itupun menjadi tak enak hati, mengingat teman putranya ini memiliki kartu hitam. "Ahaha... Tidak apa-apa. Paman juga minta maaf atas perlakuan pegawai Paman yang tidak menyenangkan tadi. Paman juga tidak tahu, jika Nona Muda ini adalah teman putraku." katanya panjang lebar, mencoba mencairkan suasana.

Lelaki itu pun berbisik pada sang putra. "Apa dia teman wanita dekatmu. Kalian terlihat sudah sangat akrab, dilihat dari caranya memanggil namamu." Shikaku hanya terkekeh di tempat saat melihat Naruto.

Ia kembali berbisik pada putranya. "Ajak temanmu itu makan di kafe. Siapa tahu kalian jodoh." Dan ia pun kembali tertawa hambar pada teman putranya.

"Ah, Nona Naruto. Sepertinya Putraku yang akan menemanimu berkeliling. Paman ada meeting malam ini, di lantai bawah. Jadi, Paman permisi dulu." pamitnya, tidak lupa menepuk bahu Shikamaru sebagai kode.

Shikamaru yang ditinggalkan pun menjadi canggung seketika. Ayahnya benar-benar bersemangat hari ini. "Ayo. Aku akan menemanimu berkeliling di toko kami." ajak Shikamaru.

Sepanjang deretan ponsel yang dikunjungi Naruto, Shikamaru tak hentinya mengamati ekspresi Naruto yang menurutnya lucu dan menggemaskan. Selain cantik, Naruto juga ramah dan baik menjadi nilai plus tersendiri untuknya.

"Shika? Hello?" Naruto melambaikan satu tangannya di wajah Shikamaru yang melamun. "Kau kenapa, hm?"

Wajah Naruto yang terlihat dekat, membuat jantung Shikamaru berdetak kencang. Apa secantik ini wajah Narutonya. Pipinya yang memerahpun tak luput dari pandangan Naruto.

Apa aku perlu mengerjainya, ya? Tidak buruk juga. Pikirnya, di dalam hati.

"Sebentar, ada kotoran di wajahmu." tukasnya, dan semakin memperpendek jarak keduanya. Naruto mengelap sudut bibir Shikamaru dengan pelan. Ia sengaja mengerjai pemuda itu.

"A-aku ti-tidak apa-apa. Aku bisa membersihkannya sendiri." elak Shikamaru. Dia mundur menjauh dari jangkauan si gadis. Wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus. Rencana Naruto berhasil. Ia tertawa cekikikan melihat reaksi Shikamaru yang menggemaskan menurutnya.

Di lain tempat, Shikaku masih memarahi pegawainya. Ia tidak tahu, jika perangai pegawainya buruk saat melihat penampilan pelanggannya yang kurang pas di pengelihatan pegawai wanitanya ini. "Aku tidak mau tahu. Kau harus meminta maaf pada Nona itu. Dia itu calon menantuku, asal kau tahu itu!" katanya.

Pegawai itu semakin takut, setelah Bossnya sendiri mendeklarasikan jika Nona itu adalah calon menantunya, kelak. "Saya akan meminta maaf sekarang-"

"Tidak untuk saat ini. Putraku sedang berkencan dengannya. Saat Nona itu pulang, kau harus meminta maaf padanya."

"Baik, Tuan."

Shikaku yang sudah mengusir pegawainya pun kembali mengintip kebersamaan putranya. Dia bisa melihat kekasih putranya itu sedang tertawa karena putranya. "Calon istri Shikamaru seperti berlian." kekehnya. Dan ia pun benar-benar pergi setelahnya.

"Aku akan mengantarmu." tukas Shikamaru santai. Ia sudah ada di area parkir. "Sebagai permintaan maaf, karena pegawaiku tidak sopan tadi." jelasnya.

Ia memberi helm pada Naruto dan memakaikannya. "Ayo naik." tawarnya, saat ia sudah menunggu Naruto yang tak kunjung naik ke jok motor belakang. "Ini sudah malam. Tidak baik seorang gadis pulang sendirian."

"Iya, iya. Tuan Shikamaru yang terhormat." ketusnya, dengan bercanda. Ia kemudian naik ke jok belakang. Ide pun muncul di dalam otak kecilnya. Naruto akan mengerjai Shikamaru lagi. Ia melingkarkan kedua tangannya pada pinggang pemuda itu. Shikamaru yang sempat tersentak, namun memilih mengabaikan tak luput dari ekor mata Naruto. Motorpun melesat semakin jauh.

"Terima kasih, sudah mengantarku."

"Ya. Segeralah masuk dan pergi tidur." kata Shikamaru.

"Siap Kapten." balas Naruto dengan gerakan hormat. "Kau juga, hati-hati di jalan. Terima kasih juga untuk traktirannya." Dia pun pergi memasuki area apartemennnya. Sebelum Naruto benar-benar menghilang dari pandangan Shikamaru, ia berbalik dan melambaikan tangan.

Shikamaru membalas lambaian itu. Ia memandang Naruto hingga benar-benar hilang dari pandangannya. Dengan segera, ia melajukan motornya untuk kembali ke rumah.

Motor itu berhenti di lampu merah. Shikamaru tak sengaja teringat sesuatu. Ia melirik pinggangnya yang sempat dipeluk erat oleh Naruto. Meski Shikamaru tahu, Naruto sudah memiliki hubungan dengan Sasuke, tapi ia bisa melakukannya di belakang. Di dunia ini tidak ada yang namanya setia kawan.

Naruto membuka kulkas, dan memasukan semua camilan yang dibelinya tadi. Ia melihat isi kulkasnya yang mulai kosong, hanya ada beberapa sayur dan bumbu saja. "Aku akan membeli ramen saja besok pagi."

Saat hendak tidur, ia teringat kembali tentang ponsel yang baru saja dibelinya. Ia tersenyum sendiri saat mengingat reaksi Shikamaru yang menurutnya lucu. "Dasar anak muda jaman sekarang."

tbc.

CANDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang