"Terima kasih." tukas lelaki itu, setelah duduk di atas kursi santai yang ada di teras.
"Sama-sama. Lain kali hati-hati saat berjalan." nasehat Naruto. "Saya pamit." lanjutnya dan berlalu pergi.
Pagi ini, Naruto mematut dirinya di depan cermin dalam diam. Ia begitu kagum dengan dirinya sendiri. "Ya Tuhan! Apa aku secantik ini?" katanya, yang masih tidak percaya. "Kau begitu cantik, Naruto!" gumamnya, kecil sedikit narsis.
Seragam yang dikenakannya begitu pas di tubuhnya. Umurnya yang sudah dua puluh tahun tak membuat wajahnya sedikit menua. Make up yang natural membuat Naruto semakin cantik saja.
Naruto berjalan memasuki gerbang KHS dengan santai. Dalam otak kecilnya, ia sedang merencanakan serangkaian rencana agar Sasuke bertekuk lutut padanya. Ia yang sibuk dengan pikirannya sendiri, tak menyadari beberapa tatapan memuja dari lawan jenis tertuju lurus padanya.
Ia menuju ke papan denah sekolahan. Naruto berusaha mengingat letak lokasi kantor kepala sekolah. Saat melewati beberapa lorong, banyak siswa yang melirik dirinya tertarik.
Seorang siswa tak sengaja terjatuh di depan Naruto yang hendak berjalan. Ia terlalu sibuk bercanda dengan temannya dengan berlarian di lorong kelas, dan terjatuh karena tersandung kakinya sendiri.
"Kau tidak apa-apa?"
Kiba yang tersungkur pun menoleh ke atas. Ada seorang siswi yang berjongkok, menanyai keadaannya. Kedua matanya melotot senpurna saat melihat gadis cantik itu. Tanpa Kiba sadari, hidungnya sudah mengeluarkan cairan kental berwarna merah, dan ia pun tak sadarkan diri.
Keadaan lorong pun menjadi heboh. Beberapa siswa yang sedang kejar-kejaran dengan Kibapun berusaha menolongnya dan segera membawanya pergi ke ruang kesehatan.
Suasana kelas yang ramai pun mendadak hening ketika ada salah satu guru yang masuk ke dalam kelas. "Hari ini kalian mendapat teman baru. Jadi, berteman baiklah dengannya." jelasnya. Kemudian mempersilahkan murid baru itu untuk masuk ke dalam kelas. "Masuklah, dan perkenalkan dirimu."
Naruto dengan percaya diripun masuk ke dalam kelas. Ia berhenti di depan dan menatap semua calon teman-temannya. "Namaku, Uzumaki Naruto, salam kenal." lalu ditutup dengan senyum simpul.
Beberapa siswi menatap iri, dan beberapa siswa menatap dirinya dengan memuja. "Baiklah. Bertemanlah dengan baik, dengan teman baru kalian. Sensei pergi dulu." tukasnya dan undur diri.
"Naruto, duduklah di sini!" seru salah satu siswa dengan lantang. Itu Kiba, dengan tisu yang menyumbat salah satu lubang hidungnya.
"Duduklah, di sini!" itu sahut siswa yang lain, dengan potongan rambut seperti mangkuk yang terbalik.
"Duduklah. Aku akan mundur ke belakang." itu suara siswa yang terdengar malas, ia sembari berpindah ke tempat duduk belakang, paling ujung.
"Terima kasih." balas Naruto dengan simpul. Ia mengabaikan siswa itu, yang mulai menelungkupkan kembali kepalanya ke atas meja dengan tangan sebagai bantalan. Naruto sepertinya tidak tahu jika siswa itu berusaha menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya.
Naruto dengan santai mendudukkan diri di sebelah siswa yang ia kenal, meski hanya sebentar. "Hallo! Kita bertemu lagi." sapanya ramah. Ia kemudian menatap ke depan lagi dengan perasaan biasa.
"Kenalkan, Namaku Chouji, Akimichi Chouji." seru si gendut dengah ramah. "Dan dia, Shikamaru, Nara Shikamaru." imbuhnya, sembari menunjuk siswa yang rela pindah tempat karenanya.
"Aku Hyuga Neji. Kau bisa memanggilku Neji." tukas siswa berambut panjang dikuncir rendah.
"Aku Sai. Salam kenal." katanya, sembari mendekati meja Naruto dan dengan beraninya ia mencium punggung tangan gadis itu tanpa merasa malu.
Tiba-tiba tangan Sai sudah dipukul oleh seseorang yang sempat membuat Naruto syok untuk ke dua kalinya. Lelaki itu menatap datar dirinya. "Sabaku Gaara." Singkat, padat dan ambigu. Gaara pun pergi kembali ke tempatnya semula.
"Uzumaki Naruto. Mohon bantuannya." balasnya, diakhiri senyum menawan. Ah, sepertinya ia terbiasa tersenyum bisnis dengan para pembinis lainnya. Naruto harus merubah kebiasaannya itu.
Naruto membalik badan sepenuhnya, menghadap si bungsu Uchiha. Satu tangannya menyangga kepalanya yang dimiringkan. "Lama tidak bertemu," tukasnya, tanpa beban.
Rasa percaya diri menguasai dirinya. Naruto mengatakan pada dirinya sendiri untuk sesegera mungkin menggait hati Sasuke, agar ia tak perlu berlama-lama ada di tempat ini.
"Hn."
Wajahnya mencebik lucu, Naruto kesal. Ia kemudian kembali menghadap lurus ke depan, memilih mengabaikan lelaki di sampingnya.
Dalam sepanjang pelajaran kelas berlangsung, waktu yang digunakan Naruto hanyalah mencoret-coret bukunya dengan asal. Dia bosan. Setelah pulang sekolah dia berencana akan membeli ponsel nanti.
Jam istirahat pun berbunyi, menandakan jam pelajaran telah usai. Dengan cepat Naruto melipir ke kantin begitu saja. Dalam perjalanan ia sedikit bingung, ke mana ia harus mengambil arah untuk menuju ke kantin.
Sasuke dengan santai melewati dirinya. Naruto yang melihat ada kesempatan pun menarik ujung lengan Sasuke, mencari eksistensinya. "Aku ikut." tukasnya cepat. "Ya?" rayunya, dengan memelas.
"Hn."
Dengan cepat ekspresinya berubah senang. Dia mengikuti geng Sasuke dengan santai dan mengabaikan semua tatapan mata yang mencuri pandang ke arahnya.
"Aku pesan-" belum sempat Naruto memesan apa yang diinginkannya, seseorang sudah menyerobot antrean yang cukup panjang di kantin.
"Hai, Cantik?" sapanya dengan percaya diri. Giginya yang bertaring membuat Naruto sedikit takut dan kikuk di tempat.
Suigetsu dengan lancangnya memeluk pinggang Naruto dengan mesra. Dia yang mulai tidak nyaman mulai beringsut mundur ke belakang barisan Shikamaru. "Shika," panggil Naruto lirih, dengan bersembunyi di belakang punggung lelaki itu. Satu tangannya memegang lengan kemeja Shikamaru, menandakan ia tidak mau berurusan dengan teman beda kelasnya itu.
"Sebaiknya kau menjaga sikap, Naruto tidak nyaman karenamu." jelasnya to the point. "Ah, merepotkan!" keluhnya, kemudian berbalik pergi. Terlalu banyak antrean membuatnya semakin menguap, ngantuk.
Naruto dalam diam mengekori ke mana Shikamaru pergi. Siswa itu hanya melirik lewat ekor matanya. Di belakang ada Suigetsu yang terus saja ingin menempel pada si murid baru.
Melihat ada Sasuke yang sudah duduk di bangku meja kantin, Naruto bergegas mendekati siswa itu dan mengambil temoat duduk di antara Sasuke dan Gaara. "Temanmu menakutkan, tahu!" bisiknya pada Sasuke.
"Ah! Apa yang kau lakukan!?"
jerit Naruto keras, saat Suigetsu memegang kedua pundaknya tanpa sungkan. Naruto sudah berdiri, dan menjauh dari radar lelaki gila itu.Naruto yang menjadi pusat perhatianpun enggan merespon. Fokusnya hanya ada pada Suigetsu yang berusaha mendekati dirinya terus. "Jangan mendekat!" teriaknya kembali, saat Suigetsu masih gencar berusaha mendekat ke arahnya. Naruto kembali menghindar, mengelak dari kejaran lelaki gila itu.
"Suigetsu, hentikan!" teriak Gaara, namun tidak digubris. Beberapa temannya sudah berdiri dari kursi kantin, berharap Suigetsu mendengarnya.
Naruto yang mulai panik pun tak tentu arah saat menghindari kejaran lelaki itu. Kantin mendadak jadi heboh karena ulah Suigetsu. Dan pada akhirnya ia terpojok dengan dinding kantin.
Sebelum ia berteriak, kantin sudah menjadi hening seketika setelah suara pukulan telak menghantam pipi Suigetsu dengan keras, hingga lelaki itu jatuh tersungkur ke lantai kantin.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDU
FanfictionNaruto yang dalam perebutan kekuasaan, mengharuskan dirinya turun tangan langsung memperebutkan tahta kekuasaan perusahaan Kaze dengan Kurama, sang kakak. Demi memuluskan rencananya, Naruto rela menyamar menjadi seorang siswi di KHS untuk mendekati...