Naruto heran, sebenarnya hubungan apa yang dijalaninya bersama Sasuke. Gadis itu melirik bangku kosong di sebelahnya. Hari ini pemuda itu tidak masuk sekolah.
"Naruto, antar buku ini ke perpustakaan. Gaara, kau bantu Naruto menunjuk jalan. Karena dia belum mengerti denah sekolahan kita." kata guru yang mengisi jam pembelajaran.
"Baik, Sensei."
Keduanya pun bergegas bersama. Gaara memaksa untuk membawa buku yang bertumpuk banyak, dan membiarkan Naruto membawa setumpuk buku yang sedikit. "Sudah makan?" awal Naruto, mencoba mencairkan suasana.
"Sudah."
"Aku lapar. Tadi aku belum sempat sarapan. Apa aku boleh pergi ke kantin, ya?"
Mereka terus mengobrol di sepanjang lorong kelas. Jarak kelas ke perpustakaan cukup sedikit jauh. Naruto yang bosan dan lapar hanya ingin mengalihkan pikirannya sejenak dengan cara mengobrol.
Mereka berdua pun menata kembali letak-letak buku ke tempat rak sebelumnya, sesuai abjad. Naruto mendongak, dan mendapati buku yang dibawanya harus dikembalikan ke rak bagian atas.
Pandangannya mengedar, mencari tangga untuk mempurdahkannya dalam meletakkan buku ke tempat semula. Ia menemukan tangga dengan ketinggian sedang. Setelah tangga sudah siap, Naruto menaiki tangga itu.
Meski sudah menggunakan tangga, nyatanya ketinggian rak itu tak mampu ia gapai. Naruto berusaha berjinjit, agar pekerjaan mudah ini segera selesai.
"Bisa tidak?" sindir seseorang di belakangnya.
Naruto menoleh, dan balas mendengus pada Gaara. "Kau menyebalkan!" balasnya dengan nada ketus. Kemudian, ia kembali menyibukan diri mengembalikan buku ke rak paling atas.
"Kenapa sulit sekali!" gerutunya pelan. Kakinya semakin berjinjit, hingga ia semakin mundur ke belakang.
Gaara yang segera menyadarinya pun berteriak keras pada gadis itu. "Awas!" Ia dengan reflek menangkap Naruto yang akan jatuh ke bawah.
Naruto yang kaget dan syok, tanpa pertahanan apapun hanya pasrah. Dalam kegelapan, ia masih bisa mendengar panggilan Gaara yang terdengar khawatir. Ah, Naruto terlalu syok saat ini hingga kegelapan melahapnya semakin dalam.
"Sudah bangun?"
Dengan lirikan lemah, Naruto mencari ke asal suara dan menemukan pemuda bertato 'Ai' itu sedang duduk di kursi tunggu.
"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya, khawatir.
"Aku baik." balasnya dengan lemah dan lirih. Kepalanya terasa pusing, dan badannya terasa lemas. Pandangannya pun terus berputar jika ia membuka mata.
"Aku berusaha menghubungi keluargamu, namun tak ada satupun nomor keluargamu yang aku temukan di ponselmu."
Gaara menoleh, dan mendapati Naruto sudah terlelap lagi. "Dasar," gumamnya, pelan. Bibirnya tersenyum tipis.
"Bagaimana keadaannya?" tanya seseorang yang baru saja datang ke dalam ruangan inap tersebut.
Tanpa menoleh, Gaara sudah hapal betul siapa pemilik suara itu. "Dia tidur lagi. Padahal baru beberapa detik dia bangun, dan yah, kau bisa melihatnya sendiri."
Shikamaru menepuk bahu temannya itu. "Pulanglah, aku akan menggantikanmu." katanya. Dia melihat Gaara yang mengangguk setuju, dan bersiap pulang.
"Kabari aku jika terjadi sesuatu." Dan Gaara pun berlalu pergi.
Shikamaru mendudukkan diri di kursi tunggu. Untuk menghilangkan rasa bosan, ia membuka dan bermain game di ponsel. Saat sedang asyik bermain, satu panggilan yang masuk pun mengganggu kegiatan bermain gamenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDU
Fiksi PenggemarNaruto yang dalam perebutan kekuasaan, mengharuskan dirinya turun tangan langsung memperebutkan tahta kekuasaan perusahaan Kaze dengan Kurama, sang kakak. Demi memuluskan rencananya, Naruto rela menyamar menjadi seorang siswi di KHS untuk mendekati...