Candu : 06

131 23 0
                                    

Naruto terus menempel di samping Deidara, yang sudah mendapat giliran balapannya. Sedangkan Deidara sendiri sibuk merangkul bahu si gadis dengan erat, berharap kerumunan di belakang tidak mendorong-dorong dirinya. Malam ini begitu ramai.

Pain yang mendapat urutan terakhir pun maju ke arena diikuti anggota Taka terakhir yang belum maju. Dia melirik datar Sasuke yang sedang memakai sarung tangannya dengan tenang. Suara dukungan dari masing-masing kubu semakin bising.

Keduanya pun melaju dengan cepat, setelah aba-aba mulai terdengar. Naruto menyorot tajam keduanya dengan pandangan serius. Dia harus menjalankan rencananya dengan sempurna malam ini. Hanya dengan cara ini saja, Naruto harus bisa menargetkan Sasuke sebagai kartu ASnya, nanti saat melawan Kurama.

Naruto bersorak menyemangati Pain, ketika keduanya datang secara bersamaan atau seri. Kemenangan di pegang oleh keduanya. Tanpa sadar, ia tidak sengaja memeluk Pain karena terlalu senang atas kemenangan yang didapatkan temannya.

Pelukan keduanya pun berakhir. "Kau hebat!" serunya, dengan cengiran khas Naruto. Dia sedikit salah tingkah karena tidak sengaja memeluk Pain. "Maaf." lanjutnya, kikuk.

Pain tersenyum simpul. "Tak apa." Sembari satu tangannya mengacak surai pirang si gadis pelan. "Ikutlah dengan kami, setelah ini. Kami mengadakan acara minum bersama." terang Pain, menawarkan ajakan yang mungkin akan diiyakan yang bersangkutan.

"Apa boleh?"

"Tentu saja boleh." balas Deidara yang sempat diabaikan gadis bersurai pirang itu tadi.

"Baiklah. Aku akan mengambil mobilku sebentar. Kalian pergi duluan saja, aku akan menyusul. Tak apa, aku hanya sebentar." jelasnya, saat keduanya akan menyela menawarkan bantuan.

"Ok! Kami duluan. Kami tunggu di Restoran Yakiniku."

"Ya."

Naruto pun kembali mengendap-ngendap ke tempat mobilnya terpakir. Setelah masuk ke dalam mobil ia keluar dari persembunyiannya ke jalanan umum. Saat dalam perjalanan, mobil yang dikemudikannya entah kenapa mendadak mati begitu saja. Dan saat Naruto keluar untuk mengecek apa yang terjadi, dalam kap mobilnya sudah mengeluarkan asap meskipun belum ia buka.

"Ck! Di saat genting seperti ini, kenapa harus mogok." keluhnya pada angin. Ia melihat keadaan sekitar yang sudah sepi tidak ada kendaraan satu pun. "Sial!"

Karena terlalu kesal, ia pun menendang ban mobilnya. "Dasar! Aku akan menjualmu setelah ini!" gerutunya.

Tanpa disadari ada satu motor yang datang dan berhenti tepat di samping mobilnya yang bermasalah. "Naik!" kata orang itu, ambigu.

Naruto yang tersentak akan kehadiran suara bising motor pun menoleh. Ia semakin heran, saat orang itu membuka kaca helmnya dan hanya mengatakan kata ambigu yang sulit untuk dipahaminya. "Siapa kau?"

Dia harus memastikan orang ini apakah orang jahat atau baik terlebih dahulu. Naruto tidak mau mendapat masalah dalam rencananya.

Lelaki itu melepas helm teropongnya, dan menatap Naruto dengan datar. "Naik!" serunya, lagi. "Naik atau kutinggalkan?" ancamnya, dan membuat Naruto terpaksa naik ke motor tersebut.

Belum sempat Naruto pegangan, motor yang dikemudikan lelaki itu sudah tancap gas lebih dulu membuat Naruto reflek memeluk pinggang lelaki itu dengan erat. "Apa kau tidak bisa pelan-pelan. Aku hampir jatuh." Dan motorpun melaju semakin kencang.

Naruto hanya bisa melotot di kursi penumpang. Pelukannya semakin mengerat, ia takut terjatuh. Awas saja, ia akan membuat perhitungan pada lelaki ini.

"Kau mau membunuhku!?" ketus Naruto, setelah mereka sampai. "Kalau mau mati, jangan bawa anak orang!" lanjutnya. Ia menatap dengan ekspresi kesal yang kentara.

Sasuke hanya cuek. Ia tidak menggubris ocehan gadis yang baru saja diboncengnya. "Hn." lalu meninggalkannya begitu saja.

Naruto yang melihat itu hanya bisa mencak-mencak di tempat. Dia meninju punggung Sasuke yang semakin jauh masuk ke dalam restoran keluarga itu.

Sasuke sendiri memilih mengabaikan Naruto yang ada di belakang. Masa bodoh dengan gadis itu, yang terpenting ia sudah berniat membantu sedikit kemalangan gadis itu.

Karena jarak parkir dan restoran cukup jauh, Sasuke tak kunjung mendapati gadis itu ada di belakangnya. Sasuke pikir dia akan menyusulnya dan masuk ke dalam restoran. Merasa masa bodoh, ia pun masuk ke dalam restoran itu sendiri.

"Yo, Sasuke! Kau terlambat." sambut Kiba, yang duduk di paling ujung.

"Hn."

Restoran ini cukup ramai, dan beruntungnya mereka restoran ini buka dua puluh empat jam. Di  bagian meja sebelah sudah ada anggota Akatsuki yang berkumpul di sana. Acara makan bersama seperti ini sudah biasa bagi kedua kelompok.

Sasuke hanya mengangguk sekilas, saat Pain mengangkat gelas birnya ke atas untuk menyapa anggota Taka. Sesekali ia mencuri pandang ke arah pintu masuk restoran, berharap seseorang yang ada di pikirannya itu segera datang.

Waktu semakin berlalu, Sasuke yang sudah tak sabar pun beranjak pergi tanpa pamit. "Sudah sepuluh menit." gerutunya, saat melihat jam tangannya.

"Kau mau ke mana, Sasuke?" teriak Neji, heran.

"Kau belum makan apapun!" imbuh Sai.

"Mungkin ada hal yang mendesak." sahut Shikamaru, yang terlihat tenang di mejanya.


"Ngomong-ngomong, kenapa Naruto belum sampai?" tanya Deidara, sembari menyuapkan daging yang baru saja matang dari panggangan.

"Kau benar. Harusnya dia sudah datang sejak tadi."

"Mungkin dia ada keperluan mendadak."

"Dia kan selalu sibuk, jika kau lupa."

"Kau benar."

"Naruto akan memberi kabar setelah dia menyelesaikan keperluannya."

Dan obrolan itupun berlangsung dengan sendirinya.










Sasuke berjalan tergesa saat teringat sesuatu. Sebelum dia pergi dari area parkir, Sasuke tidak sengaja melewati sekumpulan preman yang sedang mabuk di bagian ujung taman yang sedikit mendapat cahaya lampu. Taman itu terlihat
gelap jika tidak dilihat secara seksama. Dalam hati ia menjadi khawatir.

Suara teriakan yang semakin jelas, membuat langkahnya menjadi berlari. Dalam hitungan detik, Sasuke sudah menendang salah satu tubuh preman yang berusaha menyentuh Naruto yang terlentang di rerumputan taman. Dua di antaranyapun ikut menyerang Sasuke secara acak. Sasuke menang setelah meninju preman terakhir yang masih sadarkan diri.

Naruto terlihat menyedihkan di pojokan sana. Sasuke mendekat, dan memastikan keadaan gadis itu. Gadis itu terduduk di atas rumput taman dengan tubuh yang bergetar hebat, wajahnya sudah sembab oleh air mata sejak tadi. Dress selutut yang dikenakannya pun robek dibagian bahu.

"Kau tak apa?" seru Sasuke, mencoba menanyakan keadaan gadis itu.

Naruto hanya mendongak dengan air mata yang menganak sungai. Dia langsung memeluk Sasuke, dan tangisan pun pecah.

"Ssstt! Tenang, aku ada di sini. Kau aman bersamaku." tukasnya  menenangan, sembari mengelus pungung Naruto. Ia tak menyangka dengan kejadian malam ini. "Aku akan mengantarmu pulang." katanya, setelah tidak mendengar suara tangisan lagi.

Gadis itu hanya mengangguk lemah. Tubuhnya masih bergetar, karena rasa takut. Jika tidak ada Sasuke, mungkin ia sudah hancur setelah malam ini.

Sasuke melepas jaket yang ia kenakan lalu memakaikannya pada gadis itu. Keduanya pun pergi dari taman restoran tersebut. Meninggalkan tiga preman yang tak sadarkan diri di sana.

tbc.

CANDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang