Apa kabar?
Flashback.
Kedua netra merahnya membeliak dengan sempurna. Seseorang yang sangat dihormatinya terlihat begitu bejat saat ini. Kurama menyaksikannya sendiri, saat Minato bercumbu dengan sekretarisnya sendiri di dalam kantor.
Kurama menoleh dengan patah-patah. Dia bisa melihat sang ibu yang tercengang di tempatnya, syok dan tidak percaya dengan apa yang saat ini dilihatnya. Kedua bahunya mulai bergetar. Air mata mulai meluncur hingga turun ke dagu, tanpa Sara sadari. Dan Kurama sendirilah yang menyaksikannya.
"Ayo, kita pergi, Ibu!" ajak Kurama. Dia kembali menutup pintu kantor, tempat dimana sang ayah sedang bekerja, atau bisa dibilang sedang bermain dengan wanita lain di belakang ibunya.
Kurama pun menarik tangan sang ibu, untuk pergi dari sini. Niat hati, Sara ingin mengajak Kurama untuk berkunjung ke perusahaan Kaze tanpa sepengetahuan Minato, untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka berdua. Namun, semuanya seperti dihantam oleh sebuah kenyataan yang pahit. Minato selingkuh, dan parahnya, suaminya berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri tepat di depan matanya.
"Ayo, Ibu." Keduanya pun pergi, meninggalkan tempat terkutuk itu. Satu tangannya terkepal erat. "Aku akan membalasmu," gumam Kurama, pelan.
Namikaze Kurama, adalah siswa yang dikenal cukup jenius dan terkenal di Elementary School. Tidak hanya memiliki paras yang tampan, Kurama juga siswa terfavorit di angkatannya.
Di umurnya yang masih sepuluh tahun, di tahun ini, Kurama sudah bercita-cita ingin menjadi seperti sang ayah.
Ibunya bernama Sara. Wanita terhormat dari negara asing sekaligus keturunan kerajaan. Parasnya yang anggun dan cantik, membuat pihak Minato dijodohkan dengan Sara. Dalam perjodohan itu, Minato dan Sara dikaruniai seorang putra yang diberi nama Namikaze Kurama.
Namun, itu dulu. Semuanya berubah sejak wanita yang menurut Kurama 'Sialan!' itu mengganggu keluarga harmonisnya. Sang ayah terjerumus dan termakan oleh omongan sang Iblis. Ibunya menjadi pesakitan setelah mengetahui perselingkuhan sang ayah, atau Minato.
Sara yang sudah tidak kuat lagi pun, meninggal setelah setahun menahan diri dari pengkhianatan sang suami. Sara memilih bunuh diri, dan meninggalkan Kurama bersama Minato.
Kurama dan Sara hanya bisa diam. Sebenarnya dia ingin membalas perbuatan sang ayah, namun sang ibu menghentikannya dengan dalih Sara masih mencintainya. Kurama yang kesal pun hanya bisa diam, hingga lelaki itu menikah dengan selingkuhannya.
"Kurama, ini adik barumu. Namanya Namikaze Naruto." kata Kushina, memperkenalkan sang putri yang berada di dalam gendongannya, saat itu.
Kurama tidak menyahut. Tatapannya begitu datar. Dia memilih pergi. Kurama muak. Ingin sekali ia menghancurkan bayi kecil itu. Bayi hasil hubungan gelap sang ayah dengan selingkuhannya, Ibu Tirinya.
"Kakak!" panggil Naruto kecil, dengan suara keras. Dia menatap penuh binar pada Kurama. "Ayo main!" ajaknya.
Dia tidak merespon. Dengan kasar, Kurama menepis genggaman Naruto kecil yang berusaha menggapai tangannya. "Kau bukan Adikku!" sinis, dan tajam. Kurama benci Naruto. Sangat.
Kurama hanya diam, saat netra merahnya melihat ke taman belakang rumah. Dia saat ini sedang ada di balkon kamar. Kurama bisa melihat Naruto yang beranjak remaja. Gadis itu terlihat cantik dan manis bersamaan.
Tiba-tiba ia muak, saat mengingat beberapa rekan kerjanya selalu menyanjung Naruto saat gadis itu ikut ke acara pesta penting untuk acara perusahaan. Tidak hanya cantik, sang adik juga mengikuti acara lomba model, dan dia menang hingga ke babak final.
Naruto menjadi bintang top model di usianya yang muda. Parasnya menjadi daya tarik tersendiri untuk kaum adam yang melihatnya. Majalah anak di luar negeri dipenuhi foto paras Naruto yang cantik, khas Eropa dan Jepang.
Semakin Kurama membenci Naruto, semakin Kurama mengingat kembali pada masa kelam itu. Kebenciannya sudah mendarah daging. Bahkan untuk menyebut namanya pun, Kurama enggan dan tidak sudi.
Namun, kebencian itu berubah menjadi hal aneh menurut Kurama. Dia merasa tidak suka saat ada beberapa lelaki yang terlihat terang-terangan mengatakan suka pada adik tirinya.
Tidak hanya teman sekampusnya yang pernah mengatakan suka pada Naruto, saat kebetulan Naruto dan sang ayah pergi ke kampusnya untuk acara wisuda. Teman-temannya begitu tertarik dengan Naruto.
Bahkan tatapan dan lirikan memuja pada Naruto saat berada di kantor. Kuramaa membenci tatapan itu. Naruto itu miliknya! Kurama tidak suka gadis kecil yang beranjak dewasa, yang sangat dibencinya itu bahagia dengan orang lain. Kurama akan membuatnya merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakannya dulu.
Kurama baru saja pulang dari perusahaan, malam ini. Ia melewati ruang keluarga dan tak sengaja melihat Naruto yang tidak sengaja tertidur di sofa dan mengenakan pakaian minim. Cuaca hari ini memang cukup panas, wajar jika Naruto mengenakan pakaian yang menurutnya mampu mengurangi rasa gerahnya.
Dia menghampiri gadis yang tanpa pertahanan itu. Dalam hati ia merasa sudah saatnya untuk membalas dendam. Namun, dalam bagian terdalam hatinya seperti ada setitik rasa aneh yang muncul. Entah apa, Kurama selalu berpikir hanya angin lalu.
Tangan kanannya terjulur untuk menyibak anak rambut yang menutupi sebagian wajah Naruto. Sedangkan gadis itu masih terlelap dengan lengan sebagai bantalan tidurnya. Emosi Kurama bergejolak saat netranya tak sengaja melirik ke arah bibir cherry Naruto.
Tangannya terkepal. Kurama menarik tangannya dan berlalu pergi. "Apa yang kulakukan barusan!?" gumamnya, pelan dengan geraman. Ia pun meninggalkan gadis itu sendirian.
Kurama lagi-lagi disuguhkan pemandangan di mana Naruto sebagai objek utamanya. Dia melihat gadis remaja itu sedang berlatih ballet di salah satu ruangan yang pintunya terbuka sedikit.
Tanpa dia sadari, kakinya sudah melangkah untuk mengintip Naruto dari balik celah pintu. Di sana gadis remaja itu melakukan gerakan luwes, dan berputar seiring irama ballet yang diputar dari alat musik yang berukuran kecil.
Kedua matanya semakin fokus saat melihat lekukan tubuh Naruto yang terlihat dengan sangat jelas. Mendecih kesal, Kurama pun berbalik pergi. Ia enggan mengakui jika tubuhnya akan sedikit bereaksi ketika melihat Naruto terus.
Kurama hari ini pulang larut malam sekali. Dia hampir saja menendang pintu utama jika saja tidak dibukakan oleh Naruto dari dalam. "Kenapa sepi? Di mana semua pembantu itu!?" serunya dengan emosi meledak. Dia melengos masuk tanpa permisi.
Naruto yang mendapat perlakuan itupun tersentak kaget. Dengan sedikit takut, ia pun menjawab, "Ayah memberi libur pada mereka semua di hari ini dan besok."
Dengan gerakan kasar, Kurama melenggang ke arah sofa keluarga diikuti Naruto yang mengekor di belakangnya. "Air." Singkat, dan dingin. Ia melepas dasi kantor dengan kasar setelah menghempaskan tas kantornya ke sofa juga. Dengan sedikit takut, Naruto pun berlari kecil ke arah dapur untuk mengambilkan air putih untuk sang kakak.
Kurama menerima uluran gelas dengan kasar. Ia tak menghiraukan Naruto yang masih setia menunggu perintahnya lagi. Setelah air itu tandas, baru ia menoleh ke sebelah. "Apa lagi? Pergi!" usirnya, tidak ramah.
Lagi-lagi Naruto tersentak oleh perkataan Kurama. Dengan secepat yang ia bisa, Naruto berlari menaiki tangga menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.
Laki-laki itu mengelap wajahnya dengan kasar. Ia sudah lelah bekerja, pulang pintu terkunci, dan setelah pintu terbuka ia disuguhkan dengan pemandangan sang adik yang hanya mengenakan pakaian tidur transparan. "Sialan!"
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDU
FanficNaruto yang dalam perebutan kekuasaan, mengharuskan dirinya turun tangan langsung memperebutkan tahta kekuasaan perusahaan Kaze dengan Kurama, sang kakak. Demi memuluskan rencananya, Naruto rela menyamar menjadi seorang siswi di KHS untuk mendekati...