Candu : 04

278 38 6
                                    

Flashback.

"Ibu!" teriak Naruto keras. Kedua matanya sudah sembab sejak tadi. Kurama yang menguncinya, berusaha menahan Naruto dengan kedua tangannya.

"Ibu!"

"Tenangkan dirimu, Naruto!" bentak Kurama, keras.

Naruto yang mendapat perlakuan tersebut pun diam seketika. Tubuhnya tak memberontak lagi. Dia jatuh ke atas lantai, dengan tatapan mata yang kosong.

Sedangkan Minato, ia hanya bisa tertunduk dalam. Kushina meninggal saat dalam persalinan. Hari kelahiran dan hari kematian sekaligus di waktu yang sama. Kembali tersadar, Minato mendekat dan memeluk Naruto yang tiba-tiba meraung-raung menangisi kepergian sang ibu.

Hari itu menjadi hari terburuk Naruto. Kejadian itu membuatnya semakin terpuruk bahkan ia enggan menemui sang adik yang masih bayi. Setelah keterpurukan yang begitu panjang, Naruto disadarkan oleh seiring waktu berjalan.

Dalam waktu dua tahun, dia baru bisa menerima keberadaan sang adik yang saat itu masih balita. Namun, kebahagiaan itu lenyap seketika. Perjalanan liburan sekeluarga itu menewaskan seseorang yang sangat disayangi Naruto, lagi.

Mobil yang berisi empat orang itu menyebabkan Minato meninggal di tempat. Kecelakaan itu menyebabkan trauma kembali kepada Naruto. Setelah masa berkabung, Naruto dihadapkan kembali dengan perebutan kekuasaan perusahaan sang ayah, Kaze Corp.

Ingin rasayanya ia pergi menyusul kedua orang tuanya tapi, ada adik yang masih membutuhkan kasih sayangnya. Apa yang harus Naruto lakukan?



Setelah kejadian itu, ia mulai disibukan dengan ilmu bisnis di sela kegiatan sekolahnya di umurnya yang masih tujuh belas tahun.

Dua tahun kemudian.


Naruto terdiam di kursi pesta sendirian. Gelas berisi wine di tangannya pun hanya ia mainkan. Saat ia sibuk dengan isi kepalanya, seorang laki-laki mendudukkan dirinya satu meja dengannya. Dia Kurama.

Naruto mendongak menatap Kurama dengan datar, lalu mengabaikannya. Kurama yang diabaikan pun, memilih memanggil pelayan yang kebetulan lewat. Ia mengambil segelas wine dari atas nampan pelayan tersebut.

Dia meminum sedikit wine dengan santai. "Sepertinya kau sudah bosan dengan pesta ini." ucapnya, sembari meletakan wine ke atas meja. Setelan jas yang dikenakan Kurama begitu pas dengan postur tubuhnya. Para wanita bahkan tidak segan melirik ke arahnya dengan pandangan tertarik.

Melirik dengan malas, Naruto menjawab dengan santai. "Seperti yang kau lihat." katanya dengan malas. Enggan duduk berlama-lama dengan sang kakak, Naruto memilih pergi menuju balkon tanpa berpamitan.

Ia ingin menghirup udara segar. Suasana pesta membuatnya sesak dan  bosan bersamaan. Ketenangan dan udara malam sedikit mengurangi perasaan bosannya. Suara hewan malam menjadi nyanyian tersendiri, malam ini.

Naruto menutup mata, menikmati suasana tenang ini. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sekejap. Tangan kekar yang melingkar di pinggangnya membuat Naruto tersentak. Ia mencoba melepaskan pelukan erat itu, tapi nihil.

Kurama semakin mempererat pelukannya. Ia mendekap Naruto penuh dari belakang. Kurama enggan melepas pelukannya, dan bergumam di samping telinga sang adik. "Aku menyukaimu."

Kedua mata Naruto melebar, mendengar penuturan Kurama yang mengutarakan isi hatinya. Ini salah. Ini keliru. Batin Naruto, di dalam hati. Ia semakin memberontak namun tak ada perubahan sama sekali.

Laki-laki itu membalik tubuh Naruto untuk menghadap dirinya. "Kau harus mau menjadi kekasihku." Dan ciuman penuh nafsu itu mendarat di bibir cherry Naruto.

Naruto sebisa mungkin mendorong tubuh Kurama yang terus menghimpit dirinya. Ciuman sepihak itu membuatnya sedikit kuwalahan. Dengan sekuat tenaga ia mendorong dan membuahkan hasil. Dia mengelap bibirnya dengan punggung tangan secara kasar. Rasa kesal dan takut menjadi satu.

"Apa maksudmu dengan seperti ini!?" tukasnya, menahan amarah.

Kurama menyeringai. Ia mengelap sudut bibirnya dengan ibu jari. Ciuman sang adik lumayan juga. Pikirnya.

"Aku hanya memerintahmu untuk menjadi kekasihku." balasnya, dengan ketenangan yang mengagumkan.

Kedua tangannya terkepal, mendengar jawaban Kurama yang terdengar enteng. Ia ingin marah, namun ia juga takut sekaligus. Kurama adalah sosok kakak yang selama ini ia segani, setelah ayah dan ibunya. Meski Kurama berbicara kasar, Naruto tahu jika Kurama sedang bersikap tegas kepadanya.

"Kau itu Kakakku. Apa yang kau lakukan barusan itu salah!" jelas Naruto, yang masih mencoba menghormati Kurama. Mungkin Naruto terlalu polos, menganggap sikap Kurama barusan. Ia berusaha menyangkal sikap sang kakak yang malam ini diluar logikanya.

Satu alis Kurama terangkat. Bibirnya menyeringai lebar. Ekspresi marah sang adik menggemaskan bagi Kurama. Tanpa aba, dia kembali mencium Naruto dengan beringas. Tangannya pun mengunci pergerakan Naruto, dan semakin menghimpitnya pada pembatas besi balkon. Kurama meremas gundukan yang ada pada Naruto dengan beringas. Malam itu, pesta itu menjadi hal terburuk bagi dirinya.









Di sebuah klub malam yang cukup terkenal di Konoha. Naruto sedang mabuk berat, di kursi salah satu bar. Bartender terus menuangkan isi botol itu ke gelas Naruto. Rasa mabuk membuat Naruto meracau tanpa henti. Ia mengumpati Kurama sejak ia tiba di klub itu.

Ini pertama kalinya Naruto pergi ke klub malam. Baju pesta itu bahkan masih melekat pada tubuh rampingnya. Naruto memutuskan pergi ke klub setelah berhasil lepas dari kuncian Kurama di balkon waktu itu. Ia tidak perlu merasa khawatir jika seseorang meneriakinya mabuk, karena umurnya sudah dua puluh tahun. Yah, meski wajah baby facenya masih menempel padanya yang sudah di usia beranjak dewasa.

Salah satu pelanggan duduk tepat disebelah Naruto. Ia mengenakan setelan jas hitam dengan jas yang dikancingkan dan dasi kantor yang longgar. Laki-laki itu terlihat tampan dengan surai hitam panjang yang dikuncir setengahnya.

Naruto yang menyadari akan kehadiran seseorang di sebelahnya pun menoleh dan meracau kembali. Ia bercerita, jika seseorang telah menciumnya dengan paksa dan membabi buta. "Aku tidak suka dengannya!" tukasnya, dengan suara cempreng khas dirinya saat masih kecil.

"Aku berusaha mendorongnya, tapi aku kalah kekuatan. Aku marah!"

Laki-laki itu dengan santai meminum gelas yang berisi alkohol tersebut. Ia menoleh ke arah wanita muda itu penuh minat. Alkohol yang diminumnya tidak akan membuatnya mabuk seperti seseorang yang sedang meracau di sebelahnya. Bibirnya terangkat sedikit saat wanita muda itu menunjukkan ekspresi kesal, namun teler bersamaan.

"Dia menciumku seperti ini." tukasnya, dan mencium bibir laki-laki yang tak dikenalnya dengan beringas.

Laki-laki asing itu terkejut. Dia tidak tahu sejak kapan wanita muda itu sudah mamajukan kursi yang didudukinya dan langsung mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Melihat wanita muda itu terus menyentuh dirinya secara intens, dia memutuskan untuk membalas ciuman tersebut.

TBC.



CANDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang