#6 - Smart, but Silly

30 11 1
                                    

"Metirium!"

Gadis itu menatap tajam kearah tempat khusus di tengah ruangan, tempat itu kelihatannya difungsikan sebagai wadah untuk sesuatu yang dia sebut "Metirium". Sambil terus memperhatikan, dia menjentikkan jarinya, tak lama kemudian sebuah drone kecil datang membawa buku catatan penelitiannya.

"Kondisinya masih sama seperti Minggu lalu... Aura yang sama bisa kurasakan saat aku di Libert" gumamnya. Dia kemudian mencatat hasil pengamatannya dengan rinci. Di dalam bukunya, dapat terlihat tabel-tabel yang dia buat untuk mendata perkembangan "Metirium" itu.

"Kondisi di dalam ruangan masih sama... Udara di dalam wadah memang semakin menipis, benda ini bekerja dengan sangat rumit" lanjutnya

*Prakkk-* dia menutup buku catatannya. Di waktu yang bersamaan, Lula datang memasuki ruangan itu sambil memanggil-manggil namanya.

"Vona" ucap Lula yang baru sampai. Yvona menoleh kearahnya lalu menyapa balik
"Kak Lula!" Balasnya

"Kamu sudah bisa bergerak?" Lula bertanya dengan khawatir, sambil menghampiri Ivona yang tersenyum manis begitu melihatnya.

"Aku baik-baik saja, semua luka ku sudah membaik. Ini berkat perpaduan sains dan sihir!" Jawabnya

"Terserah apa katamu, yang penting kamu sudah lebih baik"

Pandangan Lula teralihkan ke meja Ivona yang begitu berantakan, dengan dokumen-dokumen berserakan diatas, hingga sampah-sampah makanan yang tak dibuang. Lula memerhatikan sambil menggelengkan kepalanya
"Tsk..."
Belum berakhir sampai di situ, dia membuka laci mejanya. Melihat Lula menarik pintu laci mejanya, Ivona bergegas menghentikannya. Wajahnya terlihat sangat khawatir dan ketakutan, menunjukkan bahwa dia sedang menyembunyikan sesuatu di dalam. Mereka berdua saling bertatapan, dengan Lula yang menyipitkan matanya lalu kembali duduk.
"Hampir saja..." Ucap Ivona dalam hati.

"Jadi, ada apa disana? Jangan berbohong padaku Vona" Lula bertanya sambil menunjuk kearah laci yang dilindungi Ivona.
"Uh... Ya kakak tau? Ini hanya barang-barang priabdi ku saja... Hehe" Yvona menjawab dengan gugup

"Baiklah. Ngomong-ngomong, temanmu sudah siuman tadi" sambil mengatakannya, Lula bergegas meninggalkan ruangan itu
"Kurasa sebaiknya kamu menyapanya"
Lula meninggalkan ruangan. Ivona bernafas lega begitu kakaknya pergi, dia duduk sejenak sambil mengingat kembali tentang teman yang di maksud Lula.
"Ohhh... Dia ya. Baiklah, kurasa aku memang harus menyapanya"

"Benar juga... Aku masih penasaran, yang kurasakan dari dalam dirinya..."

***

"Avancee..."

Pemuda itu masih di sana, terus memperhatikan pemandangan kota yang asing. Angin berhembus meniup rambut pendek nya, diikuti dengan senyuman tipis tanda kepuasan. Suasananya sangat hangat dan sejuk, rasanya sangat berbeda dari tempat asalnya, sampai
"Indah bukan?" Seseorang datang ke ruangan itu. Dia menoleh, rupanya itu adalah Ivona yang datang untuk memeriksa kondisinya.
"...?! Kamu..." Noa langsung memutar fokusnya ke Ivona yang datang

"Uh maaf! Aku belum memperkenalkan diri ya. Namaku Ivona Blythe, salam kenal...?" Gadis itu menunduk dan menoleh kearah mata Noa dengan penuh pertanyaan
"Aku... Noa"

"Ohhh baiklah, Noa. Salam kenal!"

"Salam kenal..."

Keduanya saling memperhatikan. Dari caranya memperhatikan Noa, Ivona lebih terlihat seperti sedang mengobservasi tubuhnya.
"Uhh... Maaf? Apa ada yang salah?" Tanya Noa yang kebingungan.
"Ahhh ya, tidak ada. Ngomong-ngomong bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" Kebingungan nya di jawab dengan pertanyaan lain. Ivona duduk di kursi di samping ranjang sambil memastikan semuanya baik-baik saja.

ASTERIÓS • Birth Of CalamityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang