#5 - The City of Inventor

49 11 2
                                    

"Kakak!"

Suara seorang gadis terdengar sedang memanggilnya, dia berlari menghampiri pemuda itu sambil terus memanggilnya. Suaranya terdengar kencang, sambil perlahan mengecil sampai terdengar seperti sebuah bisikan di telinganya

"Di Timur sana... Tolong sampaikan pada mereka, aku baik-baik saja..."

"Aku berjanji..." Keduanya saling mendekap, di ruangan kamar yang dingin dan hening, cahaya bulan dari luar menyorot ke dalam, menerangi keduanya dengan indah.

Waktu berlalu...

***

Noa terbangun. Tubuhnya terbaring diatas tempat tidur yang asing, itu bukan miliknya, kamar itu bukan kamarnya. Dia mencoba mengangkat tubuhnya tapi segera di hentikan oleh rasa sakit yang menyerang begitu dia bergerak. Dengan berat, Noa memutar pandangan nya, melirik sekeliling ruangan dari posisinya

"Oh? Kamu sudah siuman?"

"Hah-" Noa melirik ke samping kanannya. Disana, seorang wanita yang tidak ia kenal sedang duduk memperhatikannya. Wanita berseragam rapi itu terlihat senang melihatnya membuka mata
"Apa? Apa anda seorang dokter?"
Mendengar pertanyaannya, wanita itu tertawa kecil lalu memperkenalkan dirinya pada Noa.
"Aku bukan dokter, namaku Lula D'Aramitz. Salam kenal ya..."

Noa terdiam sejenak...
"...uh? Maaf! Namaku... Noa! Salam kenal nyonya Lula?" Ucapnya dengan canggung
"Haha... Tidak perlu canggung, anggap saja aku seperti temanmu. Lagipula, aku berhutang padamu..." Balas Lula
Noa kebingungan dengan balasannya, dia memikirkan tentang hutang yang di maksud wanita itu, lalu pikirannya tertuju pada satu hal, yaitu gadis yang sudah menolongnya selama di kereta.
"Gadis itu... Bagaimana keadaannya?" Tanya nya pada Lula
"Oh, maksudmu Ivona? Dia terluka sama sepertimu, tapi dia baik-baik saja..." Jawab Lula dengan ramah
"Syukurlah..., Anu, tempat apa ini? Apa ini rumah sakit? Aku tidak punya uang-" Noa bertanya kembali sambil melirik ke sekitar ruangan yang asing itu
"Santai saja, ini rumahku. Anggap saja seperti rumah sendiri"

Lula beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan ke meja di sampingnya sambil kemudian mengambil sesuatu. Itu sepertinya adalah sebuah data yang menunjukkan kondisi Noa
"Baiklah... Dokter bilang beberapa tulang patah, pendarahan di bagian dalam, lalu otot kedua tanganmu masih sedikit lumpuh, jadi mungkin kamu tidak bisa bergerak dengan leluasa selama beberapa hari. Syukurlah kamu selamat" Noa benar-benar terkejut. Sambil mencoba menggerakkan tubuhnya, dia dapat merasakan rasa sakitnya, dan tangannya yang terasa berat dan sulit digerakkan.
"Aku tidak tau apa yang terjadi pada kalian, tapi syukurlah kalian selamat."

"Seluruh tubuhku... Benar-benar terasa berat dan sakit" ucapnya sambil terus mencoba mengangkat badannya, lalu Lula menghampirinya dan membantunya bangun sambil menyelipkan bantal tebal di belakang punggungnya.
"Jadi, apa yang terjadi disana? Aku perlu tau itu, bisa kamu ceritakan?" Tanya Lula sambil perlahan mengangkat tubuh Noa.
"Aku ceroboh, lalu gadis itu datang menyelamatkan ku. Tapi sepertinya orang itu juga sudah mengincarnya sedari awal" jelas Noa. Lula menghela nafasnya, sambil memijat keningnya seperti orang yang sedang terbebani
"Gadis itu... Lagi-lagi banyak korban jatuh, tapi tenang saja... Aku tidak akan menyalahkan dia maupun kamu"

"Kalau begitu, aku akan pergi menemuinya dulu... Jika ada apa-apa panggil saja aku, jangan segan." Lula berjalan ke pintu keluar lalu melirik kembali kearah
"Ngomong-ngomong..."

"Selamat datang di Avancee."

Wanita itu kemudian pergi meninggalkan ruangan itu dan Noa sendirian disana. Noa mencoba kembali memahami situasi, lalu bertanya
"Avancee...?" Sampai kemudian cahaya Matahari Asteriós masuk melalui jendela yang terbuka lebar, memperlihatkan penampakan yang baru baginya. Dia mengangkat kepalanya sambil melihat keluar jendela di samping ranjang itu, ekspresi nya berubah dari yang awalnya murung tidak tau apa-apa, menjadi antusias
"Avancee...?" Dia bertanya sekali lagi

ASTERIÓS • Birth Of CalamityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang