#20 - Turning Point

16 2 0
                                    

Malam hari itu

"Semuanya terjadi pada malam yang sama, dengan selang waktu sekitar satu jam. Dan surat ini menjelaskannya"

   Malam harinya, Rhodes memutuskan untuk bermalam di Pasmall bersama para rombongan Iliana, malam itu mereka melanjutkan pembicaraan sebelumnya, nampaknya sesuatu menjadi semakin panas kali ini

Rhodes duduk di sana, di hadapannya adalah Iliana dan Dirga. Sambil terus memahami isi surat yang sebelumnya diberikan Iliana, panglima perang itu menekan keningnya

"Ya... Ya... Aku mengerti. Karena hal ini juga menjadi alasan masyarakat ingin aku duduk di tahta usang itu"

"Tapi aku tidak mengerti, kenapa Pangeran Renair berani berbuat sejauh ini kalau dia menang ingin melanjutkan pekerjaan ayahnya?" Tanyanya

Pertanyaan itu meninggalkan semua orang dalam kebingungan. Sejak kematian kakaknya, Renair sudah di pastikan akan maju sebagai putra mahkota, tapi diri nya yang memiliki visi yang sama dengan ayahnya sangat di tentang oleh masyarakat

Apalagi sejak saat itu Masyarakat Libert sangat menanti-nantikan perubahan yang mereka kira akan di bawa oleh raja baru. Sepertinya harapan itu akan hancur jika Renair berhasil menjadi Raja

Iliana dan Rhodes sama-sama memikirkan hal itu, tapi seperti sebelumnya, Rhodes sama sekali tidak tertarik dengan ide mengenai dirinya menjadi raja. Sebaliknya, Iliana menunjukkan ketertarikannya pada Rhodes

"Aku akan maju, tapi seperti yang kita semua tau... Aku punya tujuan sendiri" ucap Iliana

"Bagaimana caramu mengalahkan pria seperti Renair? Sebuah rencana?"

Iliana meletakkan gelas di meja, dan meraih sebuah buku dari tas yang di bawa oleh Dirga. Itu adalah sebuah buku tua, dari bagian covernya terlihat seperti sebuah buku sejarah dengan lanskap kota Pasmall di selipkan di halaman depan dari buku itu

"Ini Pasmall, tempat kita semua berdiri saat ini, tempat aku di lahirkan, tempat setan itu mengubah hidup keluargaku..."

***


Castle de Haller, Techton

   Malam yang dingin di Castle de Haller, Renair sedang duduk di kamarnya sambil meneguk segelas minuman. Tak lama kemudian sesuatu menghampirinya melalui balkon, itu adalah Yelena yang baru saja menyelesaikan "misi" kotornya

"Sudah selesai?"

Yelena masuk menghampiri Renair, dan berdiri dengan tegak di hadapannya. Perempuan itu mengenakan pakaian hitam pekat dengan noda darah yang berceceran di sekujur pakaiannya

"Selesai, semuanya sudah habis yang mulia, sesuai perintah mu"

Renair tersenyum dan memujinya dengan tulus, dia mempersilahkan Yelena untuk duduk di seberangnya, sambil turut menuangkan minuman ke gelas yang kemudian dia suguhkan pada Yelena

"Kamu pasti lelah, kerja bagus Yelena"

Yelena menurutinya dan melakukan apa yang yang dia arahkan, dia duduk di sana dan ikut meneguk minuman yang renair suguhkan padanya. Renair memutar rekaman telepon yang ia terima sebelumnya, beberapa rekaman yang dia terima dari rumah "mereka"

"Kamu dengar itu? Mereka mulai melaporkan semua kematian"

Semuanya terdengar dengan jelas, Renair menunjukkan wajah puas dan lega sambil mengambil nafas panjang. Hal itu membuat Yelena turut senang

"Para tikus kotor sudah di basmi... Tinggal sisanya, masyarkat sudah mulai menyuarakan kemauan mereka"

Renair mengangkat kakinya, dan menghadap keluar jendela, dia mengucapkan kata-kata jahat itu dengan lancar, keinginannya untuk kedepan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASTERIÓS • Birth Of CalamityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang