Teruntuk detik yang terus bergulir,
berhentilah sejenak.
Itu sebuah permohonan.
Lantas aku dengar bisikan tanya "Untuk apa?"Aku tak ingin membeku di detik itu.
Aku tak ingin meleleh di detik itu.
Aku juga tak ingin menangis di detik itu.
Dan, aku tak ingin terkejut pada saat itu.Aku hanya ingin bungkam.
Memberikan senyuman termanis bersama pendar syukur yang kurangkai di atmaku.
Dan menyaksikan kau membalas dengan senyum khasmu yang amat adiwarna itu.Detik yang berarti layaknya mentari.
Sekuat tenaga menggenggam seakan tak ada hari esok.Kumohon.
Hentikan waktu di detik itu!
Karena kini kuciptakan sebuah pengakuan
; jikalau detik itu hanyalah milik kau dan aku....
Karawang, 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangkai Tua & Daun Kering
PoesiaPenggalan puisiku ini lahir dan hidup bersama aliran darahmu. Namun di balik itu, ia akan tetap abadi meski kau sudah tak ada di bumi. Bait-bait puisiku ini adalah namamu; diciptakan dari keindahan. Meskipun sederhana, sebab sesungguhnya yang megah...