Lisa beranjak meninggalkan kursi penonton, berusaha melewati orang-orang yang begitu padat memenuhi stadion. Dia panik ketika melihat Shohei menolak menerima bantuan dari tim medis yang ingin membantunya menuju ruang ganti. Laki-laki itu bahkan berjalan dengan kesal ke dugout sambil melempar topinya entah ke arah loker, Lisa tidak begitu jelas melihat. Shohei bahkan tidak pernah lagi menatap ke arahnya, dan hanya terus berusaha menunjukkan kemarahan atas rasa sakit dan perfomanya yang kian buruk. Karena itu tanpa pikir panjang Lisa berusaha mencapai pintu keluar menuju ruang ganti dari arah depan. Keamanan menolaknya mendekati dugout karena pertandingan masih terus berlangsung.
Lisa susah payah mencapai pintu staf dan meminta agar diizinkan masuk. Jika bukan karena salah satu staf yang mengenalkannya sebagai kekasih Shohei, Lisa pasti akan diusir seketika itu juga. Ditambah lagi, membiarkan siapapun di luar pemain mendekati ruang ganti sebenarnya tidak diperbolehkan kecuali dengan izin pihak yang berkepentingan. Lisa selama ini dapat melenggang dengan santai di Anaheim sebab dia selalu datang bersama Shohei dan Ippei. Jika Lisa sendiri saja, mustahil dia bisa mendekat.
Sesampainya di dalam, Lisa mendengar suara perdebatan hebat di area ruang ganti. Dan Lisa tahu betul itu suara Shohei. Bukan hanya berdebat, bunyi barang-barang yang dihempaskan ke lantai juga terdengar dengan jelas. Selama bersama dengan Shohei, laki-laki tidak pernah betul-betul marah kecuali jika itu menyangkut pertandingan. Shohei pernah akan melawan wasit karena membuatnya strike out pada lemparan yang jelas-jelas foul ball. Meski berhasil menahan diri, mood Shohei langsung rusak, membuatnya meninggalkan dugout begitu saja dan membiarkan Phil meneriaki wasit sesukanya.
Lisa mendekati pintu perlahan dan bersembunyi. Tidak ingin membuat suasana menjadi lebih buruk. Lisa tahu Shohei sampai saat ini masih belum begitu terbuka soal kehidupannya sebagai pemain bisbol. Lebih kepada laki-laki itu tidak ingin membebani Lisa dengan masalah tidak penting. Menurutnya.
"Sudah kubilang aku baik-baik saja!" Teriak Shohei membuat Lisa terkejut setengah mati. Ini pertama kalinya dia mendengar Shohei membentak seperti itu. Detik berikutnya terdengar sesuatu kembali dihempaskan dengan kuat ke lantai. Lisa menduga-duga itu helm pemain.
"Aku akan kembali ke pertandingan saat ini juga,"
Lisa merapat ke dinding panik. Bisa gawat jika Shohei tahu dia ada di sana.
"Itu gila. Bagaimana bisa kau menganggap cedera ini biasa saja?" Ippei terdengar sangat khawatir dan dalam hati Lisa setuju dengan itu. Shohei selalu keras kepala padahal menyangkut keselamatannya sendiri.
"I know my limits the best. It's not you or anybody to tell,"
Jika saat ini Lisa ada di hadapan Shohei, gadis itu pasti sudah membentak Shohei keras karena berani mengatakan hal seperti itu pada Ippei. Seseorang yang lebih tua darinya dan harus dihargai.
"Sudahlah Ippei. Aku mendukung pendapat Shohei. Apa yang dikatakannya benar. Jika menurutnya dia sanggup, maka aku percaya padanya," Minasian selaku general manager memberi komentar.
Ippei menggeleng kencang tidak suka. "Ini tidak benar. Shohei tolong--"
Lisa tidak tahan lagi. Saat ini dia menutuskan masuk ke ruang ganti dan menatap Shohei dan yang lainnya serius. Di sana ada beberapa orang dari bagian front office, orang-orang penting di Angels, dan satu-satunya yang seperti benar-benar peduli pada Shohei hanya Ippei seorang. Lisa tidak akan membiarkan itu.
"Ippei-san, benar, Sho. Kumohon cukup untuk hari ini,"
Shohei terlihat dilema. Kemarahan masih nampak jelas di wajahnya, tapi saat ini ditambah perasaan bingung seperti tidak tahu harus berbuat apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOWTIME [END]
FanfictionApa yang terjadi jika seorang artis terkenal sekelas Lisa Blackpink yang tidak pernah terlibat skandal percintaan selama karirnya, tiba-tiba mendapati dirinya tertarik pada seorang atlet bisbol asal Jepang? Sekarang, sepertinya ia mengerti bagaimana...