1

246 22 4
                                    

"Dewasa bukan hanya perkara usia karena terkadang keadaan lah yang memaksa."

_Saka A_

Happy Reading.

📖📖📖

Kehidupan memiliki banyak masa mulai dari titik yang tidak berarti hingga menjadi satu garis tak berujung, mulai dari masa lalu sampai nanti di masa yang akan datang. Semua beriringan, berdampingan, diikuti pula oleh sebab-akibat yang di mana menjadi cikal bakal lika-liku perjalanan waktu mengarungi semesta.

Yang berlalu kan dikenang tak bisa diubah seperti halnya sebuah pukulan seorang ayah yang sampai detik ini masih teringat jelas di benak pemuda berseragam sekolah menengah atas dengan sebelah lengan kemejanya dilipat dan jangan lupa bandana merah bertuliskan "Don't need anyone!" Yang sengaja ia sablon itu.

Tidak ada yang mudah dari masa kecil yang penuh lebam membiru bahkan bekas sabitan pisau masih membekas menggarisi alis bagian kiri, mengingat itu menimbulkan kemarahan dalam diri laki-laki bernama lengkap Arkashaka Cairo Arkatama atau kerap di sapa Saka itu. Pemuda berperawakan tinggi jurusan IPA yang kini berada masa putih abu-abu, dia tidak mengikuti organisasi apapun selama menempuh pendidikan tidak juga berlomba-lomba mengejar prestasi akademik seperti teman sebaya yang ambisius. Saka lebih senang mengikuti lomba karate mengikuti hobinya juga impiannya menjadi seorang atlet karate internasional.

"Cih memuakkan!" decih cowok itu bersedekap dada memerhatikan sekumpulan anak OSIS yang sepertinya akan memulai aksi razia barang yang di bawa siswa.

Saka mengupas bungkus permen karet lalu mengunyahnya, seringaian licik tersungging ia mengeluarkan sebatang rokok dari saku baju beserta pematiknya. Dia lantas berjalan menyusuri lorong sepi menuju ruangan paling ujung dimana tempat itu difungsikan untuk menyimpan barang-barang lama, ia melirik ke sekitar memastikan tak ada pasang mata yang melihat ia bersembunyi di dalam sana.

"Cukup kotor tapi okelah"  gumam Saka menempel ampas permen karet ke dinding.

Ia bergerak menggeser kursi untuk di duduki, kemudian dia mengapit sebatang nikotin diantara bibirnya tak lupa menjentikkan pematik menyulut ujungnya. Pemuda itu menikmati sensasi asap yang berhembus dari mulutnya, sambil bermain ponsel ia tersenyum lebar menstalking media sosial orang lain.

"Cantiknya.... tinggi, rambutnya panjang, matanya indah mendebarkan hati" kagumnya seraya menghirup tembakau yang kian memendek.

Peduli amat dengan agenda OSIS yang mengincar anak-anak bermasalah seperti dirinya, yang terpenting dia sudah bersembunyi sebagai upaya penyelamatan diri dari buku kematian di ruang BK. Ia cukup sadar diri namanya baru saja tercatat kemarin sebagai tersangka perusak fasilitas sekolah, padahal ia hanya iseng mencoret-coret dinding dengan spidol warna.






Brak





Pemuda itu terkejut sampai hampir menjatuhkan ponselnya, ia menoleh ke arah pintu di mana sang ketua OSIS beserta tinga pengurus OSIS lainnya berdiri di ambang pintu dengan menampilkan mimik masam.

"Anjir kok mereka tahu gue di sini sih" gerutu Saka mematikan ponsel dan memasukkannya ke dalam saku baju.

Padahal ia sudah mencari tempat paling strategis untuk menyembunyikan diri juga memastikan tidak ada yang melihatnya menyambangi tempat ini tapi tetap saja si intel sekolah dapat menemukannya, Saka jadi curiga mereka mempunyai mata ketiga atau jangan-jangan punya kekuatan gaib.

"Ngapain lo di sini?" tanya cowok dengan pakaian yang super rapi juga mengenang almamater lengkap dan sesuai tempat.

Saka mendengus cowok itu adalah musuh paling menyebalkan di sekolah ini, dia selalu ikut campur dan terlalu mengurusi apapun yang ia lakukan. Arthur Buana Anggasata sosok yang paling tidak ia sukai, jika ia adalah sosok pemberontak maka Arthur itu sebaliknya dia pintar dan disiplin.

Tak Tentu Arah [Saka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang