"Meski sudah mempersiapkan diri kala harapan dipatahkan tetaplah terasa menyakitkan."
_Saka A_
Happy Reading
🩹🩹🩹
Saka melangkah santai sambil membawa keranjang belanja, ia mengambil beberapa bungkus camilan yang berjejer di etalase kemudian berjalan menuju lemari pendingin untuk mengambil beberapa minuman. Cowok itu mengambil beberapa jenis minuman bersoda dan satu jenis minuman susu rasa coklat yang tidak bisa ia lewatkan, dari dulu ia selalu menyukai susu coklat itu bahkan ia sampai pernah menangis di depan umum karena ayahnya tak mau membelikan ia susu coklat tersebut.
Ketika tangannya hendak mengambil minuman berkemasan botol itu tangan lain juga ikut meraihnya, ia terdiam beberapa saat sampai akhirnya menoleh melihat orang itu.
Saka terpaku matanya tak lepas dari wajah perempuan paruh baya yang tingginya sebatas mata Saka, wanita itu juga tak mampu mengalihkan pandanganya. Netra itu mulai berkaca-kaca penuh rindu pada sosok pemuda yang kini berdiri tepat didepannya, anak yang telah lama ia rindu kini ia lihat lagi wajahnya secara nyata.
"Saka.... ini kamu nak? Saka" ucap wanita itu menyentuh pipi anak yang bertahun-tahun lalu ia tinggalkan.
Ia tak menyangka hari ini akhirnya tiba dimana ia bisa bertemu kembali dengan anak yang berhasil membuat ia merasa bersalah juga terpenjara dalam rindu. Pemuda jangkung itu tersadar dari keterkejutannya, sontak ia menepis kasar tangan wanita yang begitu asing dimatanya. Saka tak mau mengakuinya dengan sebutan Bunda.
"Saka i-ini Bunda, Bunda sangat merindukan kamu nak. B-bunda merindukanmu" ucapnya mencekal lengan pemuda bekas luka dia antara alis sebelah kirinya.
Namun lagi-lagi ditepis kasar. Tak ingin berbicara cowok itu segera menuju kasir guma membayar barang belanjaannya, ia merasa sesak saat betemu dengan wanita jahat itu. Saka benci dipertemukan dengan sosok yang paling tidak ia harapkan.
"Rokok 2 bungkus" ucap Saka menambah barang belanjaannya.
Hera Oktavia wanita 40 tahun itu juga bergegas membayar belanjaannya ke kasir tepat di sebelah anaknya berdiri, untungnya belanjaannya hanya sedikit dan tak perlu mengantri. Dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, takdir mempertemukan setelah lama terpisah bukankah seharusnya ini pertanda baik? Iya, dirinya yakin pertemuannya dan saka kali ini adalah akhir dari penyesalannya selama ini.
Hera berlari mengejar sang anak yang sudah keluar dari dalam mini market tersebut.
"Saka! Tunggu Bunda ingin bicara!" Hera menghadang anaknya yang berusaha menghindar.
"Nak, Bunda tidak menyangka bisa bertemu kamu kembali meski kamu sudah tumbuh begitu besar dari yang terakhir kali Bunda ingat. Bagaimana kabarmu hm? Apa selama ini kamu makan dengan benar? Bunda... Bunda sangat merindukanmu"
Tanpa bisa dicegah netra wanita itu berembun, perlahan menetes air mata haru atas rindu yang kini terobati. Tak segan ia merengkuh raga tegap yang teramat ia rindu, Hera tidak tahu bagaimana harus mendisiplinkan rasa bahagianya hari ini. Buah hati yang dulu ia tinggalkan kini sudah tumbang menjadi remaja tampan dan gagah persis mantan suaminya ketika masa SMA.
"Maafkan Bunda karena meninggal kamu, Nak. Maaf karena menjadi Ibu yang buruk untuk kamu... Tapi bunda bersyukur kamu tumbuh dengan baik, sungguh Bunda menanti hari ini tiba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Tentu Arah [Saka]
DiversosDia adalah remaja yang sering orang-orang juluki urakan, segala keburukan sudah melekat layaknya kulit pada tubuhnya. Berkelahi dengan teman, melawan orang tua, merokok, minus sopan santun, bahkan dia adalah peminum kelas berat. Tak sedikitpun nila...