10

119 10 2
                                    

"Kekalahan melawan ego."

_Saka A_

Happy Reading

🩹🩹🩹

"Gue muak sama kelakuan lo, Saka! Lo gak kayak Arthur yang soft boy, lo bajingan yang gak punya etika sama sekali. Puas Lo bikin acara tadi kacau? Puas?!" cecar Ashilla kepada cowok yang duduk bersandar di tembok samping pintu masuk rooftop.

Setelah meminta maaf atas keributan yang terjadi ia lantas menyusul Saka yang pergi begitu saja tanpa rasa bersalah.

"Gue gak ngerti kenapa lo se-emosial ini, lo gak pernah mau ngaku salah dan selalu menyalahkan orang lain. Lo selalu berbuat semaunya, apa karena lo pikir lo jago beladiri terus bebas mukulin orang?"

Kemampuan Bela diri seharusnya dipergunakan dengan bijak untuk melindungi diri dari situasi membahayakan, atau bisa juga dijadikan ajang perlombaan untuk meraih prestasi membanggakan bukan sebaliknya malah dijadikan alat menidas orang.

Contohnya seperti Saka dia pintar dalam Karate bahkan seringkali ikut lomba dan memperoleh juara, tetapi sayangnya kelebihan itu justru sering digunakan untuk berkelahi dengan teman sekolah bahkan menindas orang-orang yang tidak sejalan dengan dirinya. Hal itu tentu tidak baik dan tidak dibenarkan, seringkali ditegur tetapi tak didengarnya.

"Gue melakukan apa yang gue anggap benar apa salah? Dia yang nyari gara-gara gue cuma gak mau orang lain semena-mena sama gue kok" kilah cowok dengan kain bandana merah tersimpul di lengan kirinya.

"Apa yang lo anggap benar gak selamanya benar Saka, dan apa lo bilang? Dia yang cari gara-gara? Lo pikir gue gak tahu kalau lo yang nabrak dia sampai makanannya jatuh? Lo yang salah tapi lo menyalahkan orang lain."

"Gue gak merasa bersalah atas apa yang gue lakukan, lagian jadi cowok kok lemah. Gertak dikit sok paling tersakiti" ucap Saka dengan angkuh.

"Lo emang gak pernah berubah ya, lo cowok paling kasar dan egois yang pernah gue temuin dan itu adalah penyesalan dalam hidup gue. Lo tahu kenapa orang-orang gak suka sama lo? Itu karena sikap lo sendiri yang gak bisa menghargai orang lain" ucap Ashilla tak habis pikir dengan cowok itu.

Ini adalah sisi buruk Saka yang paling tidak disukainya, cowok itu terlalu angkuh dan sulit dinasehati. Selalu ingin dimengerti seakan orang lain harus terus membenarkan perilaku yang sudah jelas salah. Saka tidak memiliki sopan santun yang berarti di mata orang-orang sebab kelakuannya yang terlalu begajulan.

"Gue mau lo minta maaf sama adik kelas tadi dan akui kalau lo yang salah" ujar Ashilla bernada rendah.

Pemuda itu tersenyum congkak ia bangkit dan bersedekap dada, ekspresi wajahnya sungguh menjengkelkan.

"Gue gak mau, lagian masalah sepele untuk apa minta maaf segala" tolaknya.

Terbiasa hidup bebas tanpa dampingan orang tua membuat ia merasa tidak perlu mengucapkan kalimat maaf semacam itu, lagi pula ia tidak merasa salah kok. Sopan santun bagi Saka hanya hal formal, dia tidak pernah benar-benar diajari bagaimana seharusnya ia berprilaku oleh orang tuanya.

Sejatinya peranan orang tua sangatlah penting untuk membentuk karakter seorang anak, tidak sepenuhnya mengandalkan belajar di sekolah sebab implementasi dalam kehidupan diawali dari rumah. Seorang anak akan melihat dan mengamati perilaku orang tuanya, selain itu penerapan pendidikan karakter sejak dini juga teramat penting untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan berpikir dan berprilaku yang baik, memiliki disiplin, tanggung jawab dan berbudi pekerti luhur.

Ashilla geleng-geleng kepala tidak tahu lagi caranya menurunkan barang sedikit ego pacarnya itu, jujur saja ia sudah cukup muak dengan segala macam sifat Saka.

Tak Tentu Arah [Saka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang