"Tolong disesuaikan ekspektasi dan realitanya."
_Saka A_
Happy Reading
🩹🩹🩹
"Kalian ini apa tidak punya kerjaan lain? Tidak malu sudah kelas 12 bukannya fokus belajar tapi malah berkelahi begini?" cecar Bu Ayuni selaku guru bimbingan konseling.
Beliau menatap dua remaja yang kini duduk bersampingan di depannya, ia heran dengan kedua siswa itu bukannya mengerjakan tugas yang diberikan malah asik bertengkar.
Usia yang bukan lagi anak-anak harusnya mulai paham apa yang baik dan tidak, pemikiran pun mestinya mulai dewasa. Apalagi enam bulan lagi sudah hari kelulusan yang mestinya waktu sesingkat itu dipergunakan untuk mendalami pelajaran serta memikirkan tujuan kedepannya.
"Tugas yang diberikan Pak Didi sudah selesai?"
"Belum Bu."
Wanita yang tak memiliki tinggi 153 itu menghela napas berat, semakin menatap dingin kedua siswanya.
"Nah kan, sudah saya duga. Kalau guru sedang berhalangan hadir bukan berarti kalian semaunya saja, di berikan tugas itu dikerjakan bukan buat keributan. Kalaupun sudah selesai di pelajari lagi, baca-baca bukunya."
"Maaf Bu, saya tidak akan mengulanginya lagi" ucap Ardan dengan tutur kata sesopan mungkin.
Bu Ayuni mengurut pelan batang hidungnya beliau juga mulai mencatat nama kedua siswa laki-laki itu ke dalam buku pelanggan.
"Baik untuk kali ini Ibu pegang ucapan kamu Ardan, sekarang kamu bisa mengobati lukamu itu dan setelah itu kerjakan tugas yang diberikan Pak Didi. Nanti sebelum pulang kamu bertugas membersihkan kelas sebagai sanksi atas pelanggaran yang kamu lakukan, paham? Dan terkusus untuk kamu Saka, tetap di sini, ada hal yang ingin Ibu bicarakan" jelas Bu Ayuni memberikan sanksi.
"Paham Bu" Kini di ruangan berplang BK itu menyisakan dua orang berbeda generasi, selama beberapa detik tak ada yang memulai pembicaraan.
"Kamu tidak lelah Saka keluar masuk ruangan saya? Kamu itu sudah besar, sebentar lagi sudah ujian, kamu bukan lagi anak-anak yang.... Huh, bingung saya harus bagaimana lagi menasihati kamu. Saya paham darah muda memang masanya mencari jati diri, saya juga mengerti di usia ini kamu ingin menunjukkan kehebatan tapi tidak begini caranya Nak, ada tempatnya kamu menunjukkan kelihaian karate kamu."
"Beruntung sekolah tidak sampai mengeluarkan kamu, kalau itu sampai terjadi bagaimana dengan masa depan kamu? Apa kamu bisa bayangkan bagaimana sedihnya orang tua kamu? Ibu memang tidak tahu kedepannya akan seperti apa, tapi jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari" papar wanita itu tak henti menasihati murid bandelnya.
Entah sudah beberapa kali ia mewanti agar Saka berhenti melanggar tata tertib sekolah, sampai ia sendiri kehabisan akal. Mungkin lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang, oleh karena itu ia sering kali mencoba melibatkan Saka pada hal-hal berbau positif berharap dengan begitu bisa mempengaruhi dirinya.
Bu Maria selalu memberikan sanksi yang sekiranya dapat mengsugesti muridnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, contohnya seperti memungut sampah di sekitar sekolah atau menyuruh membaca buku yang nantinya akan ia beri pertanyaan berkisar yang dibaca, pernah juga ia memberi sanksi berupa membuat satu karya tulis entah puisi ataupun artikel.
"Kamu disekolahkan itu untuk belajar, menimba ilmu untuk masa depan kamu bukan berkelahi dengan teman. Belajar, itu yang mestinya kamu utamakan berhenti melakukan hal-hal yang akan merugikan dirimu sendiri. Masa yang sekarang kamu jalani tidak akan terulang di masa depan jangan sampai kamu menyesal karena menyia-nyiakan waktu di masa remaja ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Tentu Arah [Saka]
AléatoireDia adalah remaja yang sering orang-orang juluki urakan, segala keburukan sudah melekat layaknya kulit pada tubuhnya. Berkelahi dengan teman, melawan orang tua, merokok, minus sopan santun, bahkan dia adalah peminum kelas berat. Tak sedikitpun nila...