3

218 19 3
                                    

"Mereka hanyalah sekumpulan tokoh munafik."

_Saka A_









Happy Reading

📖📖📖









Kemunafikan adalah salah satu sifat manusia paling menjengkelkan, orang-orang seperti itu jelas memiliki kemampuan berubah warna kulit selayaknya bunglon. Isi hati dan kalimat yang keluar dari mulut mereka berbeda, tak ada yang bisa dipercaya.

Akalnya penuh tipu daya hingga sulit membedakannya, mereka terus berubah-ubah pada situasi-situasi tertentu. Mencoba terlihat baik hanya untuk mencari empati yang pastinya untuk kepentingan pribadi sekalipun itu merugikan orang lain, mereka terlalu licik.

Saka bersedekap dada bersandar di depan pintu apartemen yang dahulu pernah menjadi hunian mendiang ayahnya ketika masih berkuliah, tak jadi membuka pintu ia memilih berdiam menyimak pembicaraan tamu-tamu tak diundang dari balik pintu.

"Di mana sih keponakan kamu itu nyimpan surat-surat berharga peninggalan kakak ipar? Ini sudah ke-tiga kalinya kita datang menggeledah tempat ini tapi tak ada apapun yang kita temukan" seorang wanita duduk di sofa depan televisi sambil mengomel.

"Ck! Dia cukup pintar menyembunyikan dokumen kekayaan itu." timpal suara bariton menyahut meluapkan kekesalannya.

Wanita yang saat ini menyalakan televisi itu mendengus, sia-sia saja mengeluarkan tenaga mencari berkas-berkas wasiat yang ternyata tak ada di sudut manapun apartemen, ia yakin keponakannya itu pasti menyembunyikan di satu tempat. Tapi di mana bocah ingusan itu mampu menyembunyikannya?

"Lagian kenapa kakak ipar tidak memberikan kepada kita saja sih, yang jelas-jelas lebih mampu mengelola saham-saham itu ketimbang bocah pembuat onar itu!"

"Ya mana aku tahu! Selamat ini kan aku dan Kakak saling bersaing" ucap Aryo Mahawira, nama pria berkisar 40 tahunan itu dengan nada ketus.

Memiliki batas usia satu tahun tak menjadikan Aryo akrab dengan Fajar—mendiang sang kakak— ketimbang di sandingkan sebagai saudara mereka lebih layak di sebut musuh bebuyutan.

Aryo selalu ingin lebih daripada kakaknya, begitupun Fajar yang tak mau didahului. Berbagai cara Aryo lakukan agar bisa lebih daripada sang kakak bahkan sampai dewasa pun hubungan mereka tak memperlihatkan setitik cahaya, malahan semakin gelap.

"Kekayaan itu harusnya hanya menjadi milikku" cetusnya serakah.

Pria dewasa itu memukul pinggiran sofa dia mengingat kembali saat usaha kulinernya hampir gulung tikar dan untungnya ia memperoleh sedikit suntikan dana sebanyak 5% dari warisan almarhum kakaknya, ia akui Fajar memang lebih sukses dibandingkan dirinya.

Namun, apalah arti 5% yang diberikan. Ia ingin lebih banyak lagi, dia menginginkan buah hasil kerja keras kakaknya karena sebagai sebagai seorang adik bukankah ia yang lebih pantas? Uang, saham, tanah, semuanya harusnya menjadi miliknya.

"Aku tuh tidak mengerti kenapa Saka diberikan warisan segitu banyaknya padahal Kakak ipar tahu anak itu tak bisa apa-apa, kerjanya hanya membuat onar saja" Istri Aryo itu masih tak habis pikir apa yang diharapkan dari bocah ingusan itu.

"Padahal kan Kakak ipar gak terlalu menyukai Saka karena mirip banget sama mantan istrinya."

"Entahlah, tetapi yang jelas Kakak sudah berlaku tidak adil padaku karena semestinya aku mendapat setidaknya 50% warisannya."

Tak Tentu Arah [Saka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang