SSDB 9

1K 177 61
                                    

*****

"Tidak ada bayaran yang setimpal untuk nyawa. Adikku, harus mendapatkan keadilannya."

─ LM. Prasatya

*****

.

.

.

🌙🌙🌙


Di dalam luasnya kamar yang bernuansa gelap itu, kepahitan bertamu dengan tidak tahu dirinya. Begitu lancang memutar memori lama, membuka luka lama yang mampu mencekik dada.

Malam memang belum larut, namun laki-laki berkaos putih itu sudah tenggelam dalam pahitnya kenyataan dua tahun lalu yang sukses memporak-porandakan dunianya.

Bahagianya, semua warna yang ada dalam hidupnya di masa itu, hilang. Terseret paksa dalam kegelapan.

Nyawanya seperti direnggut, namun jiwanya masih utuh.

Dia sekarat, namun dia tidak mati.

Hidupnya masih berlanjut. Namun bedanya, dia berubah menjadi seseorang dengan aura hitam yang penuh dendam. Dia menjadi sosok licik. Dia jahat, tak berperikemanusiaan. Dia tidak akan puas sebelum dendamnya terbalaskan.

Dia, Laksman Mahardika Prasatya. Ketua MAGNUM yang tempo hari bergabung dengan BLACKMOON untuk menyerang Raja dan HYDRA.

Di remang-remangnya cahaya kamar yang berbaur dengan kesunyian, laki-laki itu duduk di tepian ranjang yang berhadapan langsung dengan balkon. Matanya sedari tadi terpaku pada bingkai kecil dengan foto seorang gadis di dalamnya. Fokusnya seolah tertanam, hingga dinginnya hembusan angin yang masuk melalui celah jendela ia abaikan.

Dia begitu tenggelam. Sebelum akhirnya, seruan seseorang memecah lamunannya.

"Kak, jelasin!"

Bola mata dengan iris legam itu bergulir, melirik sumber suara yang berada di ambang pintu melalui ekor matanya.

"Jelasin sekarang sama gue!" Seseorang itu bersuara lagi. Kata-kata yang ia ucapkan begitu sarat akan nada menuntut.

Satya terpaksa menghela nafasnya. Ia letakkan bingkai foto itu di atas nakas, kemudian menoleh sempurna pada seseorang itu.

"Konteks lo apa? Dateng-dateng bukannya ketuk pintu dulu."

Kemudian terdengar decakan dari bibir gadis itu, bersama dengan bola mata yang berputar malas. "lo beneran gabung sama BM?"

"Lo udah tau?" Satya bertanya balik. Menyunggingkan senyum miring kemudian beralih ke depan jendelanya. "Gue yakin lo udah tau jawabannya."

"Raja?? Hydra??" Gadis itu menghembuskan nafasnya sembari berdecak lagi. "Emangnya gak ada cara lain apa?" Kemudian kakinya ia langkahkan mendekati sang kakak.

"Kak, lo tau sendiri kan BM itu kayak apa? Lo gabung sama Argan, itu sama aja lo nganterin MAGNUM ke pintu kehancuran! Kita bakal dikuasain sama mereka."

Gadis itu sungguh tidak habis pikir dengan kakaknya sendiri, kakak satu-satunya yang merangkap sebagai ketua di geng motor yang ia geluti juga. Bagaimana bisa laki-laki itu dengan mudahnya menyerahkan MAGNUM untuk tunduk di bawah kekuasaan BLACKMOON.

Seindah Sabit di BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang