SSDB 38

277 46 8
                                    

*****

Benci dan cintailah seseorang dengan sewajarnya. Sebab suatu saat, semuanya bisa berbalik. Benci bisa saja menjadi cinta, dan musuh juga bisa menjadi teman.

*****

.

.

.

🌙🌙🌙

Bulan Ziana Arabella. Meninggal di usia 15 tahun, tepat saat ia akan menginjak masa SMA. Gadis malang itu terbunuh secara mengenaskan. Namun dalang di balik pembunuhannya, belum juga ditemukan.

Bulan belum mendapatkan keadilan, bahkan hingga 2 tahun setelah kepergiannya.

Entah sehebat apa pelaku itu. Entah sebesar apa backingan si pembunuh itu, sampai-sampai polisi pun enggan melanjutkan penyelidikan terhadap kasusnya.

Raja juga tidak tahu. Saat itu ia hanya anak remaja yang juga berumur 15 tahun. Pergi bersama Bulan dengan niat mencari keperluan untuk Orientasi siswa baru, dan tidak pernah menyangka jika kejadiannya akan seperti itu.

Raja tidak tahu apa-apa. Ia hanya ingat bagaimana tubuh gadis itu yang sudah dipenuhi luka─ yang membuatnya terkejut dan takut luar biasa.

Raja yang panik saat itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menghubungi orang tuanya.

Mereka datang. Lalu kemudian, Raja dibawa pulang oleh mamanya, dan Bulan yang sudah tidak bernyawa itu diurus oleh ayahnya. Setelah itu Raja tidak tahu apa-apa lagi. Terlebih saat ia dan keluarganya pindah ke sisi lain dari kota, ia benar-benar kehilangan akses mengenai informasi kasus itu.

Raja pikir semuanya telah selesai dengan semestinya dan sewajarnya. Namun rupanya tidak. Masalah itu berbuntut panjang, hingga sekarang kembali pada dirinya lagi. Ia tidak menyangka jika sekarang dirinya menjadi buronan balas dendam dari saudara-saudara Bulan.

Laki-laki itu bersih. Seratus persen bersih dari kasus ini. Semua tuduhan Satya dan Belva tak lain adalah salah paham semata, tetapi rumitnya─ Raja tidak punya bukti untuk membela diri.

Saat ini laki-laki itu berada di depan markas MAGNUM. Terhitung sudah kali ketiga ia ke tempat ini. Meski dua hari kemarin ia mendapat penolakan dan cacian dari Satya, Raja tidak menyerah. Sama sekali tidak. Terlebih, hari ini ia tidak datang dengan tangan kosong. Laki-laki itu berhasil mengantongi satu clue atas usahanya sendiri, sepotong puzzle yang ia dapat dari satu taman, tempat Bulan terbunuh secara mengenaskan.

*Flashback on

Semilir angin sore berhembus perlahan. Menggerakkan dedaunan juga anak rambut Raja yang terhitung sudah hampir tiga puluh menit duduk mematung di atas motornya.

Sembari menikmati sebatang rokok, mata katana laki-laki itu menatap lurus pada sebuah tempat mirip terowongan yang berada di tengah-tengah taman. Ingatannya berputar. Mengulik kembali kejadian dua tahun lalu.

"Lagi galau, ya, Mas?"

Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Raja. Suara dari seorang penjaga taman yang sedang bersih-bersih di area itu.

"Sabar, Mas, cewek mah banyak. Masnya juga keren gini, pasti cepet dapetnya." Lagi, pria paruh baya berseragam orange itu bersuara. Sedikit dibumbui candaan agar suasana tidak terlalu tegang.

Seindah Sabit di BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang