SSDB 41; Peluk kala pelik

284 38 21
                                    

🎶PENJAGA HATI ─ NADHIF BASALAMAH🎶

.

.

.

*****

Terkadang, hadirnya cinta itu bukan semata untuk mengobati hati yang kesepian, tapi juga sebagai teman─ sebagai alasan untuk menepi dari jahatnya garis kehidupan.

*****

.

.

.

🌙🌙🌙

Dalam hidup, ada satu hal yang hadirnya sama sekali tidak diinginkan. Dia tenang, tapi menjengkelkan. Dia juga senang mendatangkan kesedihan. Sifatnya menenggelamkan. Wujudnya sunyi, lalu namanya sepi.

Dan Tsabita, beberapa hari terakhir ini telah berteman akrab dengannya.

Gadis itu merebahkan kepalanya di atas meja belajar. Menjadikan lengan kirinya sebagai bantal, sedangkan tangan kanannya sibuk menekan tombol on/off pada lampu belajar secara bergantian.

Ada beberapa buku yang masih tertutup di depannya. Lalu ada satu buku yang terbuka, juga ada sebuah ponsel di sebelahnya.

Namun Tsabita sama sekali tidak tertarik dengan benda-benda itu─ kecuali ponsel, sesekali. Ia lebih memilih untuk memainkan lampu belajarnya─ meski sejujurnya ia tidak menaruh fokusnya di sana.

Gadis itu─ kesepian.

Beberapa hari terakhir ini semestanya terasa hampa. Tidak ada jalan-jalan, tidak ada yang menyenangkan, bahkan tidak ada kabar dari Raja. Tante Nindy pun sedang ada urusan di luar kota, sehingga sepi menjadi lebih leluasa untuk menggerogoti hari-hari Tsabita.

Soal Raja, Tsabita mengerti. Amat sangat mengerti dengan keadaannya. Namun, kapan masalah itu akan berakhir? Harus berapa lama lagi?

Bita tidak menuntut. Ia hanya─ rindu.

Tak terhitung berapa kali dalam sehari gadis itu memeriksa ponselnya. Namun kabar dari yang tercinta, belum juga muncul pada bilah notifikasinya. Tak ada panggilan, tak ada pesan, atau bahkan sekedar balasan dari pesan-pesan yang ia kirimkan.

"Raja ... Aku pengen cerita─ tapi kayaknya kamu lagi gak bisa denger, ya?"

Bita menekuk bibirnya ke bawah. Ia letakkan lagi benda pipih itu sembari menahan rasa sedihnya.

Hari ini, masih tidak ada kabar.

Jarum jam masih menunjukkan pukul tujuh malam, tapi sudah tidak ada energi yang tersisa  dalam diri Tsabita─ bahkan untuk sekedar membuka mata.

Dengan lesu, gadis itu beranjak dari duduknya. Ia ingin tidur saja. Ingin menutup hari yang masih sepi ini dengan harapan baik untuk esok pagi.

Bita menyeret langkahnya menuju jendela. Berniat menutup gorden sebelum mendaratkan tubuhnya dengan nyaman di atas ranjang.

Namun, hal itu urung ia lakukan. Tangannya sudah meraih ujung kain gorden itu, tetapi fokusnya mendadak beralih ke sisi lain. Mata Tsabita memicing─ sebelum akhirnya melebar sempurna setelah mampu memproyeksi objeknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seindah Sabit di BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang