SSDB 39; Game is Over☠️

275 45 35
                                    

*****

Bukan tusukannya yang menyakitkan, melainkan saat kamu berbalik ke belakang, dan melihat siapa yang memegang pisaunya.

*****

.

.

.

🌙🌙🌙

"Lo udah gila, ya?!"

Mata Belva menatap begitu tajam pada kakaknya. Gurat pertentangan terpancar jelas di sana. Ia tidak setuju. Sama sekali tidak setuju jika harus bekerja sama dengan Raja ataupun HYDRA.

"Demi Bulan. Lo mau Bulan dapat keadilan kan?"

"Tapi, Kak, mereka itu licik! Raja itu licik! Gimana kalo dia punya rencana lain di balik ini semua?"

Satya memegang kedua bahu gadis itu, berusaha menenangkan sekaligus memberi keyakinan pada Belva bahwa Raja tidaklah main-main.

"Bel, lo sendiri kan yang bilang, kalau kita nggak boleh jadi penjahat beneran. Kita cuma mau cari keadilan buat Bulan."

"Dan keadilan Bulan cuma bisa didapat dengan membunuh Raja Bumantara." Balas Belva, sengit. "Lo nggak ingat sama pin kepala kobra yang dulu ditemuin Papa di lokasi kejadian??"

Benar. Pin berbentuk kepala kobra dengan tulisan HD yang sempat mereka temukan itu adalah satu-satunya bukti. Alasan mengapa mereka mengincar Raja dan KING HYDRA selam ini.

"Itu bisa kita tanyakan ke Raja, nanti. Sekarang udah waktunya kita ganti mindset kita dengan cara yang lebih baik. Lo nggak capek, apa, kalau terus-terusan pakai emosi dan harus berantem sana-sini?" Tutur Satya. Sorot matanya begitu teduh dan tulus. Menjadikan benteng pertengangan Belva itu perlahan luruh.

"Kita selama ini salah, Bel. Kita terlalu marah dan termakan nafsu buat balas dendam. Pin itu memang punya HYDRA, tapi kita nggak pernah tahu kebenarannya seperti apa. ─⁠─ Gue punya keyakinan kalau Raja emang bener-bener punya niat baik."

Belva terdiam. Meski masih sulit untuk menerima, tetapi hati kecilnya membenarkan itu semua. Selama ini ia memang terlalu berambisi untuk balas dendam, terlalu berambisi untuk menghabisi Raja, padahal belum tentu jika laki-laki itu memang pelakunya.

"Pin itu sekarang dimana?" Tanya Satya kemudian.

"Ada, sama Papa."

"Papa hari ini libur tugas, kan? Lo kabarin Papa, nanti sore kita mau cek rekaman CCTV, dan jangan lupa minta pin itu."

🌙🌙🌙

Pasukan MAGNUM tiba tepat saat matahari lengser di ufuk barat. Mendatangi tempat yang sudah di isi oleh ratusan anak HYDRA, di suatu taman─ di ibukota.

Tidak hanya pasukannya saja yang dibawa oleh sang ketua, melainkan juga seorang Perwira TNI Angkatan Darat yang terlihat datang dengan mobil dinasnya.

Raja seperti dejavu saat melihat presensinya. Ia tentu masih ingat. Pria berperawakan tinggi dan tegap yang keluar dari mobil bersama Belva itu adalah orang yang sama dengan ayah Bulan─ yang artinya, dia adalah ayah dari Satya dan Belva juga.

Seindah Sabit di BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang