SSDB 33; The Game⚠️

852 84 146
                                    

‼️WARN‼️
PART INI BERISI 80% ADEGAN KEKERASAN.

Bagi yang suka membaca sambil mendengarkan musik, ada baiknya putar lagu 'Royalty' by Egzod & Maestro Chives agar lebih dapat feelnya.

Sekarang, silahkan cari posisi paling nyaman.

Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan dengan perlahan.

Siapkan mental,

dan, selamat membaca!

🌙🌙🌙

.

.

.

*****

"Bagaimana bisa rupa ceria yang punya energi positif itu ternyata ular berkepala dua?"

*****

.

.

.

🌙🌙🌙

Suasana di dalam markas MAGNUM kian menegang setelah Satya membongkar siapa Belva sebenarnya. Gadis ceria yang dikenal berteman dekat dengan Tsabita itu ternyata adalah alat dari kakaknya sendiri untuk mencari informasi mengenai Raja.

Malam ini terkuak sudah. Misteri tentang teror pengendara perempuan bernomor polisi B 333 LS yang selalu ingin mencelakai panglima HYDRA dengan segela caranya.

"Bel─??" Tsabita menatap Belva, tersirat rasa tak percaya yang begitu besar di pancaran matanya. Bagaimana bisa teman yang selama ini ia kenal super baik, ternyata seorang penyelam handal di kubangan gelap seperti ini?

Belva pun membalas tatapan Bita. Sedikit ragu, sebab ada kekhawatiran yang begitu kentara. Ia tidak peduli apa yang akan Raja lakukan kepadanya setelah ini, Belva hanya takut jika Tsabita akan menjauhinya.

"Bita ini─"

"Menjauh dari cewek gue!" Sentak Raja, tajam. Membuat Belva yang hendak mendekat pada Bita menjadi beralih menatapnya.

"Dia temen gue. Gue cuman mau ngelindungin dia." Belva membantah. Sebab benar, ia memang ingin menyelamatkan sahabatnya.

Tatapan Raja semakin tajam, mengunci Belva dalam ruang penuh kebencian. "Munafik! Penjahat, perempuan licik! Jauh-jauh dari Bita. Lo nggak pantes jadi temen dia!"

Dingin dan datar, tetapi Raja memberikan tekanan penuh pada silabel katanya. Menjadikan Belva menggeram, merasakan bagaimana jutaan emosi kacau-balau menggempur rongga dadanya.

"BAJINGAN!! INI SEMUA GARA-GARA LO, YA, SIALAN!!"

Belva tidak bisa menahannya lagi. Gadis itu melangkah dengan tangan yang terkepal, bersiap menghadiahkan tinjuan kepada Raja.

"Munafik! Penipu handal!" Sekali lagi, sebelum perkelahian itu benar-benar terjadi.

Belva menyerang Raja dengan membabi buta, seolah meluapkan semua emosi dan juga dendam yang selama ini bersarang di dalam dirinya.

Seindah Sabit di BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang