"Kamu waras? Ini di tempat umum dan kamu main cium-cium kayak gitu?" Hanni melepaskan genggamannya setelah mereka berhasil keluar. Ia menatap Jungwon yang juga menatapnya, "kenapa kamu malah diem sih?!"
"Kamu risih? Kamu risih kalau aku tiba-tiba cium kayak tadi?"
"Bukan masalah itu tapi kamu tau kan ini di tempat umum dan banyak orang, kalau kita berbuat sesukanya yang ada bakal ngerug–"
Jungwon tiba-tiba melangkah begitu saja meninggalkan Hanni, "terserah kamu, aku capek mau pulang." Jungwon melangkahkan kaki mendahului Hanni, tapi belum lima langkah ia berhenti.
"Shit!" Umpatnya pelan sambil mengacak rambut, perlahan ia menoleh. "Ayo pulang kita omongin di rumah."
Jujur saja perasaan Hanni campur aduk antara marah dan sedih tapi gadis ini enggan untuk memperbesar masalah. Kakinya perlahan mengikuti langkah Jungwon, meskipun ada jarak di antara mereka dan sepanjang jalan menuju ke parkiran keduanya hening.
Di mobil juga Hanni langsung buru-buru menutupi wajahnya menggunakan jaket. Ia berusaha menutupi tangisannya, Hanni bingung harus bagaimana karna saat ini merupakan pertengkaran pertama mereka setelah resmi menjadi sepasang kekasih. Ia bertanya-tanya harus bersikap seperti apa dan masih banyak lainnya pertanyaan di kepala mungilnya itu.
Jungwon sendiri juga teramat menyesal dengan perbuataannya tadi. Dia tidak seharusnya cemburu dan tiba-tiba mencium Hanni tanpa persetujuan gadis itu, sungguh dia bodoh.
Akibatnya sekarang gadis itu enggan untuk bicara padanya atau pun menatapnya. Bahkan sesaat setelah mobil terparkir Hanni langsung masuk rumah meninggalkan Jungwon tanpa sepatah kata.
Dan begitulah dua hari ke depannya mereka masih enggan untuk saling berbicara.
Meskipun makan di meja yang sama, baik Hanni dan Jungwon terlihat sangat canggung. Mereka akan menghindari kontak mata sampai-sampai membuat Eunha gemas, "lagi berantem?" Tanya gadis yang kemarin baru saja mewarnai rambutnya menjadi blonde itu.
Jungwon yang asik rebahan sambil memakan stik kentang menghiraukan pertanyaan Kakaknya, sampai sebuah bantal menghantam wajahnya cukup keras.
"Lo ngapain sih?!" Protes Jungwon.
"Nyebelin, orang lagi nanya tuh dijawab jangan malah diem aja. Bisu?"
"Ck." Jungwon memungut bantal yang terjatuh ke lantai, melempar kembali ke arah Eunha. "Ya lagi berantem."
"Wih seru tuh," celetuk Eunha mengubah posisi duduknya. "Ada rencana sebelum balik Malang putus gak?"
"GAK!" Dengan nada tidak terima Jungwon membalas perkataan Kakaknya, "lo doa yang baik-baik dong sama adeknya malah di doain yang jelek," protesnya.
"Ya palingan lo bikin Hanni sebel makanya dia marah kan? Klasik banget tau."
Darimana coba Eunha tau?
"Tuh kan bener ya tebakan Kakak?" Eunha tersenyum kecil sebelum melangkah dan duduk di sebelah Jungwon. Gadis ini merangkul pundak adeknya, "terus sekarang lo bingung kan mau gimana? Hahaha, tipikal anak muda banget."
Jungwon mengigit bibir bawahnya sambil mengangguk. Dia tuh kalau sama Mama sama Kakaknya nggak bakal bisa bohong, ya sama Hanni juga sih.
"Aduh memang anak-anak muda ini ya." Eunha melepaskan rangkulannya dan merebahkan diri di samping Jungwon, "berantem tuh wajar sih dalam hubungan apalagi hubungan labil anak remaja seumuran kalian berdua, ego masing-masing masih sama gedenya, gengsi pun juga gitu."
"Jadi keinget masa-masa cinta monyet dulu deh," gumam Eunha.
Jungwon melirik sekilas, "terus lo kalau berantem gimana Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend Rent [END]
FanfictionHanni selama ini selalu penasaran bagaimana rasanya pacaran sampai salah seorang teman merekomendasikan Hanni untuk mencoba jadi pelanggan bf rent yang lagi rame di aplikasi burung biru. "pacaran kok bayar sih??"