Dibayangan Jungwon, liburannya di Jogja ini akan penuh dengan petualang seru tapi nyatanya badannya terlalu lelah untuk diajak kemana-mana.
Sangat remaja jompo sekali, tapi mau bagaimana lagi toh pemandangan di desa ini cukup memanjakan matanya. Bahkan Jungwon juga ikut Pak Hoseok ke sawah, mencangkul, menanam benih-benih padi, bahkan sampai membajak sawah menggunakan sapi.
Kegiatan yang tidak mungkin Jungwon lakukan ketika berada di Jakarta maupun di Malang.
Hanni pun sepertinya juga enggan untuk diajak jalan-jalan ke kota, gadis itu terlihat cukup enjoy melakukan apapun yang Ibunya suruh. Mungkin karna memang sudah lama tidak berada di rumah, "gak kamu ajak ke Malioboro atau ke Keraton tah nduk? Sesok kamu wis balik loh, jalan-jalan sana." Suara lembut milik Bu Wendy terdengar sampai ke luar dapur.
"Bosen Bu, lagian Jungwon loh malah seneng kalau diajak Bapak ke sawah," jawab Hanni sembari memindahkan nasi baru matang ke wadah. Gadis ini menoleh dan tersenyum kepada Ibunya, "Hanni yo lebih seneng ndek rumah daripada keluar-keluar, bantuin Ibu masak gini aku loh seneng banget."
Bu Wendy balas tersenyum. "Yowis kalau kalian berdua wis sepakat gitu," jawab Bu Wendy, "iku godong gedang e wis kowe rijiki? nek wis nasi e langsung dibungkusi, ndang dikirim wis awan ben Bapak karo Jungwon maem."
"Siap Bu!" Hanni langsung mematuhi omongan Ibunya, memgambil daun pisang yang sudah dibersihkan kemudian membungkus nasi dan lauk pauknya.
Sementara itu di sawah, Pak Hoseok berhenti sejenak setelah melihat jam sudah menunjuk pukul 11 siang. Beliau juga meneriaki nama Jungwon untuk berhenti mencari belut dan bergabung dengannya, istirahat.
Jungwon yang juga baru pertama kali menangkap belut amat sangat excited. Meskipun ia selalu gagal menangkap tapi semangat juangnya tinggi, ia berusaha sampai benar-benar mendapatkan belut tersebut meskipun sejak dua jam yang lalu ia hanya mendapatkan tiga ekor belut.
Di saung pinggir sawah, mereka berdua duduk bersebelahan. Pak Hoseok mengipasi wajah menggunakan topi yang beliau kenakan sementara Jungwon hanya menyeka keringat menggunakan handuk.
"Dulu Bapak itu gak setuju kalau sampai Hanni kuliah ke Malang jauh dari orang tua," ujar Pak Hoseok.
Jungwon menoleh sambil mendengarkan.
"Tapi," Pak Hoseok melanjutkan kembali perkataannya, "anak itu bener-bener gigih memperjuangkan apa yang dia mau. Ya mirip banget sama Ibunya, kalau sudah pilihannya A ya harus A itu."
"Bapak sebenarnya cuma takut kalau sampai Hanni ikut-ikutan pergaulan bebas, belum lagi di berita itu banyak banget kasus aneh-aneh yang menggerikan kan yang kejadiannya menimpa sama anak perempuan. Kekerasan, pemerkosaan, sampai pembunuhan juga, aduh Bapak yang denger beritanya itu ngeri banget," ujar Pak Hoseok.
"Tapi untungnya Hanni itu anak yang pemberani, dari kecil juga sudah Bapak ajari buat bela diri. Tapi Bapak ini masih aja khawatir, mau sekuat apapun anaknya yang namanya kejahatan itu nggak mandang bulu."
Jungwon masih serius mendengarkan perkataan Pak Hoseok.
"Pak Hoseok sebenarnya nggak mau minta Nak Jungwon buat jagain Hanni, Bapak percaya kalau anak Bapak itu pasti bisa jaga diri sendiri, cuma bagaimana ya kalau bisa saja kalian saling menjaga satu sama lain gitu. Ya, kalian masih muda dan nggak ada yang tau masa depan gimana bisa saja kalian lanjut sampai menikah tapi ada juga yang cuma cinta-cintaan monyet sesaat."
"Intinya saja sudah ya tolong sampai kalian sudah benar-benar dewasa secara usia dan mental, tolong saling menjaga satu sama lain. Kalian juga sudah mengerti mana yang baik dan buruk jadi Bapak percaya ke kalian, kalian tidak akan mengecewakan orang tua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend Rent [END]
Fiksi PenggemarHanni selama ini selalu penasaran bagaimana rasanya pacaran sampai salah seorang teman merekomendasikan Hanni untuk mencoba jadi pelanggan bf rent yang lagi rame di aplikasi burung biru. "pacaran kok bayar sih??"