Bagian Kedua

99 15 1
                                    

DECEMBER
[nominist_23]

MUNGKIN ini seperti kisah romansa di film atau novel remaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MUNGKIN ini seperti kisah romansa di film atau novel remaja. Namun pada akhirnya sosok itu jatuh tidak sadarkan diri. Tidak akan mengherankan dengan wajahnya yang pucat. Sedang Jeno yang panik, sama sekali tidak dapat berpikir jernih.

Untuk pergi ke rumah sakit memerlukan waktu yang cukup lama. Mengantarkan orang ini pulang juga adalah hal yang mustahil karena Jeno sama sekali tidak mengenalnya kecuali nama ayahnya yang baru saja diketahui siang ini. Bagaimana jalanan telah sepi karena musim dingin yang semakin dekat membuat Jeno semakin kehabisan akal.

Satu-satunya pilihan adalah membawanya pulang. Untuk meninggalkannya disini adalah pilihan yang buruk. Dia mungkin akan ditemukan besok pagi dengan tubuh kaku tak bernyawa.

"Apa anda bisa mendengar suara saya?" Jeno berusaha menepuk pipi dinginnya.

Manik itu kemudian terlihat terbuka dengan lemah. Namun sepertinya hanya itu saja yang bisa dilakukan dengan sisa tenaganya.

"Tolong berpegangan." Pada akhirnya, Jeno menggendong tubuh kurus itu dipunggungnya. Meninggalkan sepedanya yang kempes begitu saja dan berlari untuk segera pulang.

Syukurnya Jeno telah berjalan cukup jauh, jadi rumahnya mungkin akan dicapai sekitar delapan atau tujuh menit.

"Ayah." Suaranya terdengar serak. Menyebut sosok yang Jeno ketahui telah berpulang.

"Ayah, aku takut.." Lagi, racauan itu membuat Jeno turut terbawa. Namun lebih daripada itu, kakinya berlari secepat yang ia bisa.

Tepat ketika sampai, Jeno dengan segera menggedor pintu rumahnya yang telah tertutup. "Bubu! Tolong buka pintunya!" Seruan panik Jeno berhasil membuat sosok laki-laki berparas indah menghampiri dengan terburu. Membuka pintu dengan cepat dan terkejut mendapati pemandangan putra tunggalnya yang gemetar dengan sosok pemuda di punggungnya.

"Astaga nak, apa yang terjadi?" Yang disebut bubu—Taeyong Dixon— segera bergegas menuju dapur. Kemudian kembali dengan baskom air hangat.

Jeno telah membaringkan pemuda Osmond di kursi panjang ruang tamu rumahnya. Tepat di depan kobaran api yang sengaja dinyalakan untuk mengahangatkan rumah.

"Nak, duduk lah disini. Bubu ambil air hangat dulu untuk diminum ya." Dengan segera Taeyong kembali ke dapur untuk kemudian membawakan putra semata wayangnya segelas air hangat. Jeno menerima dengan baik. Meneguk air hangat dengan cepat untuk meredakan tubuhnya yang menggigil.

"Bubu akan ambil selimut di atas, jika mungkin, tolong bantu bubu untuk kompres anak ini dengan air hangat." Sebuah anggukan Jeno berikan sebelum mulai bergerak untuk mengikuti perintah ibunya.

Taeyong kembali dengan dua selimut tebal ditangan dan dua pasang pakaian hangat. "Segera ganti baju, kemudian kembali kesini ya."

Ketika kembali, yang Jeno dapati adalah pakaian dari putra Yuta Osmond yang telah terganti. Pemuda itu telah diselimuti oleh ibunya yang setia duduk disisinya. Ibunya memang memiliki karakter yang penyayang dan peduli. Salah satu yang membuat Jeno selalu bersyukur telah lahir dari sosok itu.

DECEMBER [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang