Bagian Enambelas

78 7 0
                                    

MESKI diawali canggung, siapa sangka dalam hitungan menit keempatnya telah bertukar tawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MESKI diawali canggung, siapa sangka dalam hitungan menit keempatnya telah bertukar tawa. Hyunjin adalah yang paling banyak melontarkan lelucon, Jihoon menjadi si ahli tangkap dengan memutarbalikkan lelucon hyunjin hingga membuat pemuda tinggi itu kadang memasang wajah masam.

Felix sendiri sibuk memperhatikan Jaemin yang menjelaskan cara membuat roti dengan benar. Sepasang matanya berbinar memperhatikan gerakan tangan Jaemin yang cekatan. Sepertinya ia menemukan sesuatu yang lebih menarik dari mengantar surat. Sesekali keduanya juga tertawa mendengar celotehan protes Hyunjin yang dijadikan bahan ledekan oleh Jihoon.

Untuk Jaemin, momen ini adalah momen langka yang tidak pernah sama sekali hadir dalam bayangan kepalanya. Sungguh sebuah kejutan yang menyenangkan. Dengan Jeno sebagai penghubung, Jaemin merasa takdirnya perlahan mulai mengulur tangan untuk bersahabat dengannya.

Jaemin Osmond adalah sosok yang hidup berdampingan dengan rasa sakit. Teman-temannya adalah gelisah, duka, dan sepi. Setelah kepergian sang ibu, Jaemin dikirim untuk tinggal bersama ayahnya. Benar, ibu dan ayahnya berpisah karena keadaan. Dan setelah beberapa waktu tinggal dengan sang ayah, ayahnya juga berpulang. Karena itu, Jaemin disebut sebagai si pembawa sial.

Sedang disisi lain, Jeno bersandar pada tembok di belakangnya. Menyadari bahwa meski sosok yang paling terkasih sekalipun telah pergi, hidupnya akan terus berlanjut. Karena waktu tidak pernah memihak.

"Hey kau!" Lamunan Jeno buyar sudah, kini atensinya tertuju pada Jihoon yang menunjuknya terang-terangan. Nada suaranya juga terdengar sinis.

"Kami tengah mengikuti kursus, kau seharusnya juga ikut memperhatikan." Dengan wajah yang sama dengan nada suaranya, Jihoon menghampiri Jeno untuk menyeret pemuda itu.

"Aku ini pekerja dibalik layar." Kata-kata ini adalah bentuk pembelaan dari Jeno.

"Ha?" Sedang Hyunjin yang mendengar, dengan sengaja membuka mulut lebar dan memasang wajah kebingungan. Mendekatkan wajahnya dengan Jeno untuk membuat pemuda itu jengkel.

"Tugasku adalah—" Sembari mendorong Hyunjin menjauh dan beri jarak yang lebih lebar, Jeno tersenyum sebelum kembali melanjutkan kata-katanya yang belum selesai "Semangat teman-teman!"

Sunyi, keempatnya menatap Jeno datar. Sedang yang mendapat sorotan kini tersenyum kikuk. "Itu tugas yang penting kan? Memberi semangat agar performa kerja kita lebih baik." Satu lagi pembelaan diri.

"Ku hitung sampai tiga." Kemudian Felix bersuara tiba-tiba dengan suara dalam yang terdengar mengerikan. "Jangan sampai aku berhasil menangkapmu setelah hitungan ketiga, atau.." Ucapannya dihentikan dengan sengaja. Dibiarkan menggantung sedang Jeno makin kikuk di tempatnya berdiri.

"Satu—

Kemudian Jeno berlari, semampunya agar tidak tertangkap. Dan setelah hitungan ketiga, Felix turut mengejar. Pemandangan yang tidak baru untuk Hyunjin dan Jihoon. Namun untuk Jaemin, ini adalah aksi yang menyenangkan untuk ditonton.

DECEMBER [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang