Bagian Tujuhbelas

55 7 0
                                    

MENIMBUN semua pertanyaannya di dalam hati, Jaemin hampiri Jeno untuk menyampirkan pakaian hangat di bahu lebar tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MENIMBUN semua pertanyaannya di dalam hati, Jaemin hampiri Jeno untuk menyampirkan pakaian hangat di bahu lebar tersebut. Jalanan masih bersalju, itulah mengapa Jaemin pergi untuk menyusul Jeno yang keluar tanpa persiapan.

"Jika masih ada ragu, tujuanmu akan menjauh perlahan." Jaemin tidak berniat menggurui, hanya ingin membuat Jeno berbagi. Tidak menanggung beban pikirannya sendirian.

"Sampai saat ini, belum ada hal yang kulakukan dengan baik karena rasa tidak percaya diri yang selalu menyertaiku." Jemari jaemin bergerak untuk menautkan diri dengan milik Jeno. Mereka berhadapan, dengan Jeno yang menatap sendu pada sepasang manik Jaemin yang membawa hangat.

"Tentang tawaran yang diberikan tuan Lamont, untuk menemukan jawabannya kau harus memikirkan dirimu sendiri bukan kota atau orang lain." Jaemin mendapati genggaman yang mengerat pada tangannya.

"Cari tau keinginanmu sendiri kemudian temukan alasan mengapa keinginan itu ada. Saat kau tau alasannya, kau akan menemukan jawaban atas pertanyaanmu saat ini." Saat itu, Jeno terkesiap akan ucapan Jaemin yang berdiri tenang di depannya. Bagaimana pemuda itu bisa membaca isi kepalanya? Bahkan saat Jeno tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Kau tau, semua yang hari ini kusaksikan dan ku rasakan adalah hal paling bahagia yang membuat hatiku berdebar dengan riang. Perasaan baru yang ku pahami sebagai kebahagiaan. Semuanya dapat kuraih berkatmu, terima kasih ya." Senyum itu mengembang cantik. Wajahnya bersinar karena cahaya matahari, dan yang Jeno tau, sosok itu sempurna.

"Terima kasih banyak semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih banyak semuanya." Setelah berkegiatan sepanjang hari, ketika matahari mulai turun dan langit berubah oranye, Jihoon, Hyunjin serta Felix berpamitan untuk pulang.

Sedang Jaemin melambaikan tangan sembari berterima kasih dengan ramah. Jeno sendiri hanya berdiri disebelah Jaemin dengan senyum yang berhasil menghilangkan kedua matanya.

"Guru Jaemin yang terbaik, aku akan segera meninggalkan pekerjaanku sekarang dan bergabung dengan toko rotinya ketika tokonya sudah kembali dibuka." Suara Felix terdengar ceria seperti biasa.

"Apa? Aku akan sendirian dong?" Hyunjin menatap Felix dengan lesu.

"Kalau begitu ayo bersama!"

"Be-bersama? Kita berdua?" Semu merah di pipi Hyunjin timbul dengan cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DECEMBER [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang