JAEMIN sedikit kebingungan ketika datang ke toko roti milik Taeyong. Pasalnya, ia tidak menemukan eksistensi dari sosok hangat tersebut dimana-mana. Melainkan Jeno saja yang tengah sibuk berkutat di dapur.
"Selamat pagi." Sapaan itu Jaemin berikan sebagai bentuk sopan santun sekaligus untuk mendapatkan atensi Jeno yang terlihat kesulitan memanggang roti.
"Oh Astaga!" Jeno jelas terkejut, ia nyaris menjatuhkan adonan yang hendak di masukkan ke dalam oven.
"Maaf!" Jaemin juga dengan panik meminta maaf. Kemudian suasana diisi canggung.
Jeno melanjutkan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum menghadap Jaemin dengan senyuman khasnya.
"Bubu sakit, jadi aku berinisiatif untuk membantu di toko roti." Penjelasan ini memberikan jawaban bagi pertanyaan yang tadinya hinggap di kepala Jaemin.
"Oh..bagaimana dengan pekerjaanmu?" Sembari mengelilingi pandang ke seluruh dapur yang tampak seperti kapal pecah, Jaemin mengajukan pertanyaan untuk sekedar basa-basi.
"Itu—emm sebenarnya sulit untuk membuat roti meski sudah diajarkan beberapa kali oleh bubu." Menyadari gerak pupil mata Jaemin, Jeno memberi pengakuan yang membuat Jaemin menatapnya dalam hening.
"Pfftt!" Kemudian tertawa meski sudah berusaha untuk ditahan. "Maaf, maaf." sebelah tangan Jaemin melambai di depan dada. "Aku sungguh tidak bermaksud mentertawaimu." Katanya dengan sisa tawa yang masih terdengar dan tangan yang mengusp air matanya.
Menyadari tidak ada reaksi dari Jeno, Jaemin buru-buru melihat reaksi pemuda Dixon tersebut. Jeno diam tanpa kata. Terlihat kecewa dan sedih. Bodoh! Jaemin merutuki dirinya sendiri yang terkesan mengejek Jeno.
"Maaf aku sungguh—
Sebelum berhasil menyelesaikan kalimat permintaan maafnya lagi, seruan tawa Jeno menggema ke seluruh penjuru dapur. Si pemilik surai blonde itu tertawa terbahak sampai tidak mampu berdiri dengan benar.
"Itu—reaksimu lucu sekali!" Katanya disela-sela tawa.
"Apa?" Dan Jaemin tampak kebingungan. "Jadi kau tidak tersinggung?" Gelengan kepala Jeno membuat Jaemin tidak dapat berkata-kata lagi. Paniknya menguap begitu saja.
"Ck! kau terlihat bahagia sekali setelah membuatku panik." Omelan itu tersuara dengan lancar. Jaemin bahkan membersihkan dapur dengan langkah dihentak-hentak. Menunjukkan rasa kesalnya pada Jeno yang mulai mengendalikan diri agar berhenti tertawa seperti orang gila.
"Hey, aku minta maaf, okay?" Kali ini permintaan maaf disampaikan oleh Jeno.
"Em." Dan Jaemin menjawab tanpa repot menoleh pada Jeno.
"Sepertinya toko tidak bisa dibuka hari ini." Untuk mencairkan suasana, Jeno berusaha mengangkat topik baru yang sekiranya akan membuat Jaemin bersuara kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECEMBER [Nomin]
FanfictionBersamaan dengan datangnya musim dingin yang diiringi turunnya salju, ada sebuah kisah yang terajut apik membentuk kenangan. Nyaris mengubur habis berkas-berkas halaman lama yang membawa duka dalam relung hati. Sebuah kisah, yang diharapkan akan ind...