DECEMBER
[nominist_23]"Kau suka bulan?"
PERTANYAAN itu dilayangkan tepat setelah fokusnya menangkap binaran indah yang terlihat memukai di sepasang netra yang saat ini terpaku karena benda luar angkasa yang memikat hati. Tampak begitu tenggelam dengan kepala yang entah diisi oleh apa.
Jeno setia memandangi sosok pemuda di sebelahnya, pun yang menjadi objek fokus turut setia memandangi bulan yang menurut Jeno tidak lebih menarik saat ini. Tunggu, apa? Jeno buru-buru menggeleng. Meyakini bahwa ada yang salah dengan dirinya hari ini.
"Itu indah." Jaemin tiba-tiba bersuara.
Saat ini, mereka tengah berdiri berdua di pinggir pantai. Ini adalah ide Jeno yang menawarkan Jaemin untuk berkunjung karena mendengar bahwa pemuda itu berkeinginan untuk pergi ke tempat ini.
"Benar." Persetujuan itu datang begitu saja saat si pemilik surai blonde menatap lawan bicaranya.
"Apa kau juga suka bulan?" Jaemin sedikit bersemangat, setidaknya berhasil membuat Jeno tersadar dan sedikit gugup. Berterima kasih pada Jaemin yang tidak menyadarinya, Jeno buru-buru mengalihkan pandang menuju langit.
"Itu cantik, tetapi aku bukan pengagum bulan. Tapi bahkan ini bukan bulan purnama, meskipun begitu, kau terlihat begitu menyukainya." Ucapan Jeno dihadiahi gelengen semangat dari Jaemin.
"Kenapa harus bulan purnama yang selalu menjadi pusat, padahal bulan sabit adalah yang terindah." Komentarnya dengan mata yang kembali beralih untuk melihat bulan sabit di atas langit.
"Ku dengar bulan sabit memiliki makna kehidupan dan kesucian, apa itu yang membuatmu menyukainya?" Pertanyaan ini diberikan oleh Jeno untuk si pengagum sabit.
Jaemin menggeleng, "tidak juga, aku menyukai sabit karena meski katanya belum sempurna, namun dia tetap bersinar indah dengan sebagaimana adanya. Memang tidak secerah purnama, tapi dia tidak membiarkan dirinya tenggelam terkalahkan bintang-bintang." Ada damba yang nyata disana, kemudian sendu yang menghiasi sepasang netra indah tersebut.
Jeno tersihir hingga membeku. Mendengarkan tiap tuturnya yang mengudara dengan intonasi lembut. Penuh penghayatan dan Jaemin yang turut terhanyut akan kata-kata dan pemandangan dihadapannya.
"Aku mengerti mengapa kau menyukainya sekarang." Jeno tersenyum tepat setelah mendapat tanggapan berupa tatapan dari Jaemin. "Aku menjadi satu lagi pengagumnya sekarang." Tambah Jeno yang dihadiahi tawa oleh Jaemin.
"Mari pulang." Mendengar ucapan Jeno, raut bahagia Jaemin memudar.
"Tidak bisa sebentar lagi? Ini menyenangkan untuk tinggal di luar selama beberapa waktu." Katanya dengan nada kecewa. Tanpa sengaja menunjukkan sisi kekanakannya di depan sosok yang belum lama dikenal.
"Kita bisa datang lain waktu. Namun jika tetap disini untuk waktu yang lebih lama lagi, kemungkinan besar menjadi snowman itu sangat besar." Raut kecewa berhasil dihapus. Sebab Jaemin saat ini kembali tertawa dan tampak ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
DECEMBER [Nomin]
FanfictionBersamaan dengan datangnya musim dingin yang diiringi turunnya salju, ada sebuah kisah yang terajut apik membentuk kenangan. Nyaris mengubur habis berkas-berkas halaman lama yang membawa duka dalam relung hati. Sebuah kisah, yang diharapkan akan ind...