Bagian Ketiga

96 11 0
                                    

DECEMBER
[nominist_23 present]

JENO memperhatikan sekitar rumahnya untuk menemukan kekosongan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JENO memperhatikan sekitar rumahnya untuk menemukan kekosongan. Tidak ada ibunya atau pemuda asing yang ditolongnya kemarin malam. Bahkan setelah memanggil sang ibu dan berjalan menyusuri tiap rumah karena cemas, Jeno masih belum menemukan tanda-tanda kehadiran ibunya.

"Bubu." Jeno bahkan pergi keluar tanpa berpakaian hangat. Menoleh kesana-kemari karena ibunya tidak pernah pergi keluar tanpa berpamitan. "Astaga, bubu pergi kemana?" Monolognya kemudian disusul langkah cepat untuk masuk ke dalam rumah. Meraih coatnya dan bergegas pergi.

Namun baru saja langkahnya sampai di depan pintu, Jeno telah dikejutkan oleh eksistensi Taeyong yang baru saja pulang. Pria yang telah menginjak kepala empat itu menatap anaknya bingung kala Jeno menghembuskan nafas lega di depannya dengan terang-terangan.

"Bubu, pergi kemana saja?"

"Pergi mengantar Jaemin." Jawaban Taeyong diberikan sembari melangkah semakin masuk. Menggantung coatnya dan berjalan menuju dapur dengan beberapa roti dalam keranjang belanjanya.

"Jaemin?" Nama asing itu belum pernah Jeno dengar sebelumnya.

"Pemuda yang kemarin telah Jeno tolong. Namanya Jaemin." Sembari menyiapkan roti dan segelas kopi hangat dengan telaten, Taeyong dengan setia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang putranya sampaikan.

"Dia putranya Yuta Osmond, teman ayah yang juga sudah pergi. Dulu mereka pergi kemanapun bersama, hingga saat ayah dikebumikan, paman Yuta membantu bubu merawat Jeno untuk sementara waktu." Taeyong terlihat menatap kosong ke depan. Tangannya telah berhenti bergerak dan menyelam dalam lautan memori di kepalanya.

"Astaga!" Maka ketika pelukan hangat didapatkan, Taeyong jelas terkejut meski kemudian tertawa saat menemukan putranya sudah berdiri di belakangnya dan memeluk manja tubuh kurus ibunya.

"Jeno sekarang ingat. Kemarin seorang teman menyebutkan nama itu dan pantas saja Jeno seperti familiar dengan namanya. Ternyata paman Yuta adalah paman galak." Paman galak adalah sebutan yang Jeno berikan untuk Yuta Osmond. Gaya berpakaian dan rambut panjangnya lah yang membuat pria itu mendapat sebutan demikian dari putra temannya.

"Oh iya, darimana bubu tau paman galak— maksud Jeno, paman Yuta telah pergi?" Melepaskan pelukannya, Jeno kini mendudukkan diri di kursi meja makan.

"Jaemin mengatakannya pada bubu. Kami tidak lagi saling berkabar untuk waktu yang lama setelah kepergian ayah. Itu karena kami harus menjaga jarak agar tidak ada rumor buruk tentang hubungan bubu dan paman Yuta." Kemudian Taeyong datang dengan sepiring roti gandum dan kopi panas untuk putranya. Turut duduk di hadapan Jeno untuk menemaninya sarapan.

"Jaemin, anak malang itu sekarang tinggal sendirian di kota. Bubu tidak bisa membayangkan jika putra bubu yang bernasib demikian. Jadi ketika tau fakta itu, bubu memintanya untuk jangan sungkan datang kemari. Bubu juga sudah memberitau bahwa ayahnya adalah teman dekat ayahnya Jeno. Dan saat bubu menawarkan untuk sarapan bersama, dia menolak. Karena itu bubu memaksa untuk setidaknya dibiarkan mengantar pulang." Penjelasan itu kemudian berhenti disana saat Taeyong kembali terlihat murung.

DECEMBER [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang