Bagian Sembilan

45 6 0
                                    

HAMPARAN bintang terlihat indah lantaran tidak lagi tertutup awan mendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAMPARAN bintang terlihat indah lantaran tidak lagi tertutup awan mendung. Meski hawa dingin tetap melekat hari ini, namun pemuda Osmond tampak duduk di teras toko dengan tangan yang saling bertaut. Sepasang matanya terpejam, tampak tenang sebelum menghela nafas lega kala doanya telah usai disampaikan pada bintang yang bersinar terang.

"Hari ini, ayahmu bahkan sangat bangga dengan bagaimana putranya telah berhasil menjadi dirinya hari ini." Jaemin tersentak, menoleh kebelakang untuk menemukan Jeno yang tegak berdiri di tempatnya.

"Maaf jika terkesan mencampuri tetapi mereka yang melihat saja tidak akan tau bagaimana keadaan yang merasakan." Kemudian, Jeno mengambil langkah untuk memposisikan diri di sebelah Jaemin. Duduk sembari menatap bintang yang berhamburan tanpa pola di langit.

"Sudah malam dan musim dingin memang selalu ditemani dengan udara yang tidak baik untuk kesehatan banyak orang, sebaiknya kita pulang sekarang." Jeno berikan senyuman hingga sepasang matanya menghilang kala menemukan Jaemin terdiam sembari menatapnya sendu.

"Sepedaku sedang kedinginan, dia mungkin butuh penumpang untuk membuatnya hangat." Hasil dari ucapannya adalah tawa Jaemin yang tersuara dengan volume pelan.

"Terima kasih." Tatapannya masih betah pada titik fokus sebelumnya.

"Untuk tumpangannya? Tidak ma—

"Untuk semuanya. Untuk hari ini dan sebelumnya. Maaf jika kehadiranku membawa hal-hal negatif untukmu dan bibi." Manik itu tidak lagi menatap pemuda Dixon dihadapannya.

Kepalanya menunduk dalam, memperhatikan sepasang boots yang terpasang apik di kedua kakinya yang menapak tanah berlapis salju.

"Hal negatif? Bagaimana bisa seseorang yang telah membantu menyelamatkan toko roti ibuku mengatakan hal demikian?" Lalu Jeno memberi tanggapan dengan sedikit berlebihan. Menatap Jaemin dengan membelalak sembari bersuara dengan nada yang dibuat seterkejut mungkin.

"Aku bahkan mungkin akan membakar dapur toko ibuku hari ini. Untung saja kau cepat datang." Ada helaan nafas lega setelahnya. Jeno mengusap-usap dadanya sembari menggeleng. Kemudian berhenti kala mendengar Jaemin terkekeh diam-diam sembari masih menunduk.

"Ayo! Sekarang sepedanya akan membeku karena menunggu penumpangnya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DECEMBER [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang