Bagian Keenam

76 11 1
                                    

December
[nominist_23]

SEIRING dengan waktu yang terus bergerak tanpa diminta, bulan desember juga semakin dimakan oleh waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEIRING dengan waktu yang terus bergerak tanpa diminta, bulan desember juga semakin dimakan oleh waktu. Bahkan rasanya baru kemarin memasuki bagian awal desember, namun hari ini sudah nyaris setengah bulan penghujung tahun itu telah dicapai.

Ada perkembangan yang nyata antara hubungan Jaemin dengan keluarga Dixon yang dikenal murah senyum. Mereka bertemu nyaris setiap hari dan bersamaan dengan itu meminimalisir kemunculan fenomenal pemuda Osmond di kantor pos. Jelas menjadi perbincangan di kalangan para pengantar surat—tepatnya teman-teman Jeno yang diserbu penasaran.

"Ini tidak benar." Mulai Hyunjin ketika mereka tengah menikmati waktu istirahat makan siang. Meski nyatanya siang hari tidak lagi terasa sebagaimana mestinya.

"Apanya? jangan berkata sesuatu yang tidak penting. Lidahku nyaris beku jadi aku tidak akan menanggapimu jika kata-kata tidak berguna keluar dari mulut lebarmu itu." Lidah beku yang tajam ini adalah milik Jihoon. Laki-laki bersurai cokelat gelap dengan pakaian berlapis yang setia membalut tubuh atletisnya.

"Tunggu, pembicaraan belum bisa dimulai karena Jeno belum disini." Hyunjin mengangkat kedua tangan, gestur menyerah saat Jihoon terlihat siap memegangi bangku rotan yang akan digunakannya duduk.

"Hai!" Sapaan penuh semangat ini tidak lain berasa dari Felix yang gembira ketika menyambut eksistensi Jeno yang datang dengan termos susu. "Sekarang ayo mulai!" Tatapan penuh binar yang ditujukan dari si pemilik freckless nyaris membuat Hyunjin tersedak. Jelas pemuda berambut sebahu itu salah tingkah. Hey! Felix itu adalah manusia paling menggemaskan di dunia—kalau kata Hyunjin.

"AW!" Pekikan itu datang dari Hyunjin. Bukan tanpa alasan, tangan besar Jeno tanpa sungkan telah meninggalkan bekas di dahi Hyunjin yang memerah. "Fuck you!" Kemudian menghadiahi Jeno dengan umpatan dan jari tengah.

"Hyunjin, ayo mulai." Hilang sudah kesal dan amarahnya, Hyunjin mengangguk dengan senyuman yang dibuat sebaik mungkin.

"Ok, jadi kenapa tuan Osmond sudah tidak pernah datang lagi?" Lagi-lagi pembicaraannya tidak jauh dari pemuda yang tinggal sebatang kara di kota ini.

"Itu pilihannya, mungkin saja seseorang yang dikiriminya disana sudah pulang atau mungkin dia kehabisan uang."

"Tidak mungkin dia kehabisan uang, keluargaku rutin membeli rajutannya yang indah. Jadi, hanya untuk mengirim surat seharusnya dia mampu saja sih." Sahutan Felix membuat Hyunjin kembali berpikir.

"Kalau begitu mungkin benar. Jeno, kau tau rumahnya kan? Apa kau pernah melihat seseorang disana?" Jeno yang ditembak pertanyaan menoleh. Menyesap susu panasnya sebelum memberi anggukan.

"Wah! Kalau begitu benar, yang dikirimi pesan pasti sudah kembali!" Seruan semangat itu lagi-lagi datang dari Felix.

"Kenapa senang sekali sih?" Usakan di atas kepala menjadi hadiah dari Hyunjin.

DECEMBER [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang